XXVI

103 20 0
                                    


SE-IMAN tak SE-AMIN

"Vania, suapin abi ya nak. " pinta Sajidah yang tengah membuat sarapan pagi untuk suaminya.

Dokter menyarankan, hari ini lebih baik Abdullah berhutang puasa saja dulu untuk meminum obat. Karna sakitnya juga serius, bahaya jika telat minum obat apalagi tidak meminumnya sama sekali.

Vania yang merasa namanya terpanggil, kini ia langsung menghentikan aktifitasnya.

Hari ini banyak sekali tugas-tugas dari dosen. Terlebih besok adalah hari terakhir pengumpulannya, Vania akan terus sibuk untuk hari ini.

Vania tersenyum kecil, ia menganggukkan kepala lalu mendekati Sajidah dan mengambil obat serta sarapan pagi abi nya.

"Iya umi, sini Vania bantu. "

Sungguh, Sajidah benar-benar beruntung mempunyai anak seperti Vania. Selain baik, Vania sangat sempurna dimata kedua orang tuanya.

"Terimakasih ya, "
"Ah umi, sama anak sendiri aja bilang terimakasih. Ini kan kewajiban Vania. "

Senyuman di wajah Sajidah semakin melebar, ia mengelus pelan kepala putrinya yang terbalut dengan jilbab.

Sesampainya dikamar Abdullah, Vania langsung disambut dengan senyuman abi nya.

"Assalamualaikum abi. "
"Waalaikumsalam warahmatullah."

Vania tersenyum, pelan pelan ia mendekati abi nya lalu meletakan nampan berisi air, obat dan makanan di atas nakas orang tuanya.

"Abi makan dulu ya, habis ini minum obat, biar cepet sembuh. " ujar Vania yang diangguki kepala oleh Abdullah.

Abdullah terkekeh kecil, hal itu berhasil membuat Vania terheran.

"Iman kamu kuat kan? "
"Kenapa abi? "
"Nggak, takutnya kamu batal puasa cuma gara-gara nyuapin abi makan." gurau Abdullah yang berhasil memecahkan tawa Vania.

"Nggak gitu abi. Vania udah gede, nggak kayak dulu pas kecil. Puasa-puasa malah rebutan lolipop sama Salma. " balas Vania, lalu keduanya terkekeh bersama.

Vania mulai menyuapi abi nya. Dan suapan Vania itu langsung di terima baik baik oleh Abdullah.

Beberapa menit kemudian, Abdullah sudah menyelesaikan makannya. Vania langsung mengupas obat-obat, lalu memberikannya kepada Abdullah.

Tidak sampai disitu, Vania juga membantu Abdullah membenarkan duduknya. Ia memberikan segelas air putih, untuk membantu abinya meminum obat.

"Alhamdulillah. " gumam Abdullah setelah menyelesaikan aktifitasnya.

Lagi lagi Vania tersenyum, tangannya terulur membersihkan sisa-sisa makan disudut bibir Abdullah, dengan tissue yang ia bawa dari dapur tadi.

Vania diam sejenak, ia memperhatikan wajah Abdullah yang tampak semakin tua dan lelah.

"Nak, "
"Iya abi? "

Sebelum melanjutkan ucapannya, Abdullah menghela napas pelan. Tak luput dengan senyuman, ia juga menerbitkan senyuman kecil untuk Vania.

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang