XIX

95 22 0
                                    


SE-IMAN tak SE-AMIN

Malam ini Farel berhasil dibuat kepikiran oleh Vania. Orangnya dirumah, tapi pikirannya kelayapan kesana kemari memikirkan Vania seorang.

Farel mengacak rambutnya frustasi. Benar benar gila yang tadi itu. Berani sekali seorang Farel Yuda Maheswara berlaku bodoh didepan Vania Winata Ayudya.

"Argghh gila lo Rel. " dibalik penyesalannya, Farel tertawa kecil. Bisa bisanya ia membodohi dirinya dengan bersikap rendah didepan Vania.

Farel menggelengkan kepala berkali kali. Didepan cermin kamar, Farel menatap dirinya antusias. "Apapun yang terjadi gue bakal terima resiko. Yang terpenting adalah, gue udah berhasil ngungkapin perasaan ke Vania. "

Tiba tiba senyuman lebar yang terbingkai di wajahnya seketika luntur. Ucapan Firman beberapa waktu lalu kembali teringat dibenak Farel.

"Wanita yang baik untuk pria yang baik. "

Dari ambang pintu kamar, Vanesha tersenyum kecil melihat Farel. Ia berjalan mendekat, lalu menyentuh pundak Farel dengan pelan.

"Nak, "
"Mama. "

Vanesha mengambil posisi duduk di sofa kamar Farel bersama sang empu di sampingnya.

"Mama kenapa? "
"Kakak kamu Rel, "
"Bang Firman kenapa? "

Vanesha tersenyum getir. Tadi pagi Firman pulang ke rumah. Semenjak pernyataan Firman tentang wanita lain dihatinya, semenjak itu juga Firman tidak lagi tinggal bersama keluarganya.

Dan pagi tadi, Firman pulang tapi hanya untuk mengambil beberapa pakaiannya saja.

"Firman pergi. "

Degg...
Farel membulatkan matanya sempurna. Sungguh, Farel benar-benar tidak tahu dengan apa yang sudah terjadi dengan Firman.

Pelan pelan Vanesha mulai menceritakan tentang semuanya. Dari awal Firman mengakui hal itu, sampai Satria mengusir Firman dari rumah.

Dengan antusias, Farel berhasil menjadi pendengar yang baik. Hingga setelah Vanesha selesai menceritakan tentang Firman, saat itu juga Farel mengambil posisi berdiri untuk pergi.

"Mau kemana? " tanya Vanesha sambil menahan tangan Farel.

"Farel mau cari kak Firman ma, Farel yakin kalau semua ini cuma salah paham. "

Vanesha menangis dalam diam melihat kepergian Farel. Harapannya saat ini, semoga dugaan Farel benar. Semua ini hanyalah salah paham.

***
"Vania, bangun nak. " ucap Sajidah pelan sambil mengelus kepala Vania.

Vania membuka kedua matanya pelan, samar-samar ia bisa melihat uminya yang sudah berdiri menunggu kebangunan anaknya.

"Umi, kenapa umi? " tanya Vania dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Sajidah tersenyum kecil, pasti Vania lupa kalau besok sudah memasuki bulan puasa.

"Sahur, lupa ya kamu kalau besok puasa. "

Rasa kantuk yang menyerang Vania kini langsung hilang seketika. Jantungnya spontan berdetak lebih kencang karna terkejut mendengar ucapan Sajidah.

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang