V

154 32 0
                                    

SE-IMAN tak SE-AMIN

Taman kota, menjadi satu satunya tempat pelampiasan Farel ketika tengah merasa kesal. Meskipun ramai, setidaknya perasaan Farel bisa didamaikan disana sambil menatapi orang berlalu lalang.

"Argghhh sial! " decak Farel sambil menendang ban belakang motornya.

Selalu saja, Satria selalu membeda bedakannya dengan Firman. Itu adalah salah satu hal yang membuat Farel tidak betah dirumah lebih lama.

Farel inilah, Firman itulah, Sungguh anak mana saja pasti tidak akan suka kalau dirinya dibanding bandingkan dengan orang lain.

Jika memang kenyataannya seperti itu, harusnya Satria tidak perlu membanding bandingkan anaknya. Dia tidak pernah tau rasa apa yang Farel rasakan ketika dibandingkan dengan orang lain.

Begitupun sebaliknya, tujuan Satria membandingkan Farel dari Firman tak lain hanyalah ingin membuat Farel terinspirasi, bukan merendahkannya.

Dari kejauhan Agam melambaikan tangan. Satu tangan kanannya masih setia dengan stang motor, dan tangan kirinya melambai semangat mengarah kepada Farel.

"Hai bro. " sapa Agam sambil memarkirkan motornya disamping motor Farel.

Raut wajah Farel yang tadi terlihat kesal kini berubah seketika. Meskipun terpaksa, ada senyuman kecil yang berhasil diterbitkan langsung oleh sang empu.

Farel menerima jabatan tangan dari Agam, "nanti malam ada balapan liar lagi mau ikut nggak lo? "

Farel tampak berfikir. Baru saja ia dimarahi habis habisan oleh papanya. Apa ia akan menambah kemarahan sang empu dengan menambah masalah baru?.

"Sorry Gam, gue nggak bisa. "Tolak Farel sambil mengarahkan satu batang rokok untuk disalurkan dengan api dari korek yang dibawa Agam.

Keduanya kini mengambil posisi duduk. Agam mengerutkan dahi bingung sambil menatap antusias Farel yang tengah asyik dengan rokoknya.

Tidak biasa biasanya Farel menolak. Agam hanya menghela napas pelan, apapun keputusan Farel, Agam tidak bisa memaksa keputusan sang empu lagi kali ini.

"Gue cuma mau ngomong itu kesini. Gue cabut ya sekarang. "Izin sekaligus jelas Agam.

Farel hanya mengangguk, ia masih tetap setia memandang kosong kedepan yang akhirnya batuk dari mulutnya keluar.

Uhuk uhuk..

"Lo nggak papa Rel? " tanya Agam memastikan.

Farel mengangkat satu tangannya, menandakan agar Agam tidak perlu mendekat dan melanjutkan perginya.

"Nggak papa, kesedak asap aja. " canda Farel yang berhasil mendapatkan kekehan kecil dari Agam.

"Bisa aja lo. "

Farel tersenyum kecil. Ia membalas lambaian tangan Agam yang sudah melambaikan tangannya untuk Farel.

***
"Assalamualaikum Vania, "salam Farel yang kali ini tak salah.

Vania menganggukkan kepala, ia juga membalas salam Farel yang tak kalah hangatnya dari sang empu.

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang