SE-IMAN tak SE-AMINFirman memejamkan kedua matanya pelan. Takdir Allah memang tidak ada yang tahu, semuanya terjadi diluar perkiraan manusia.
Seperti saat ini yang Firman alami. Selain sedih karna tidak bisa meneruskan khitbahnya, Firman juga tidak bisa menjadi kakak yang baik sekaligus anak yang baik untuk keluarganya.
Seandainya Firman mengetahui perasaan Farel kepada Vania lebih awal, Firman akan selalu memastikan kalau tidak akan ada sedikitpun pengakuan ia menyukai Vania.
Entahlah semuanya terlambat. Firman tahu kalau keputusannya ini sangat membuat orang tuanya malu dan sakit hati. Terlebih keluarga Vania yang belum mendengar kabar tersebut, hal itu semakin membuat Firman ingin mengakhiri semuanya saja.
"Ya Allah, apa yang harus Firman lakukan? Bisakah Firman pergi saja dan membiarkan orang-orang terdekat Firman bahagia? "
Cairan bening yang keluar dari matanya, kini berhasil membasahi pipi Firman. Saat itu juga, sang empu langsung mengusapnya dan lebih memilih pergi dari danau damai didepannya.
Memang, terkadang kita harus rela mengorbankan diri untuk membahagiakan orang-orang terdekat kita.
Apapun yang akan terjadi, bagaimanapun alur yang akan dilalui, semua itu urusan yang diatas.
***
Vania berjalan cepat menyusuri koridor. Semangat paginya sangat menggebu kali ini. Tangannya menimang tumpukan buku, senyumannya juga tak pernah luntur ia ulurkan kesemua orang yang berlalu lalang.Hingga akhirnya, tanpa di sengaja seseorang menabraknya yang mengakibatkan buku Vania jatuh berserakan.
"Astaghfirullah, "
"Eh sorry. "Farel mengacak rambutnya kesal. Bukan karna kesal dengan Vania melainkan kesal karena dirinya yang tidak fokus berjalan.
"Sorry Van, "
"Iya kak nggak papa. "Tanpa diminta, Farel langsung berjongkok didepan Vania yang juga tengah berjongkok. Farel membantu mengumpulkan buku Vania, lalu memberikannya langsung kepada sang empu.
Farel tersenyum kecil, kemudian senyuman yang ia terbitkan beberapa detik yang lalu langsung luntur ketika sang empu mendapati seseorang berlari kencang ke arah Vania.
"Awas-"
Vania memejamkan kedua matanya rapat-rapat. Saat itu juga, orang-orang yang berlalu lalang langsung berhenti hanya untuk menyaksikan kejadian dihadapan mereka.
Ya. Bagaimana tidak, pasalnya Farel memegang erat lengan Vania bagian atas. Tidak hanya itu, jarak keduanya pun sangat dekat. Bahkan terlalu dekat.
Berbeda dengan Vania yang memejamkan matanya, Farel malah menatap bahkan menikmati kecantikan Vania. Satu detik, dua, tiga dan empat setengah detik kemudian Farel tersadar.
"Ekhem, nyium aroma-aroma kasmaran nih gue. " goda Melani, teman satu kelas Vania.
Farel langsung melepaskan sentuhannya. Begitu juga dengan Vania, dia langsung membuka kedua mata dan berhasil mendapati orang-orang yang sudah tersenyum ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√
General FictionBANTU TEMBUSIN 1K:) TEMBUS 1K, AKU NEXT PART YANG UNBROKEN. "Kita se Iman, tapi tak se amin. "-VANIA WINATA AYUDYA. "Dalam hitungan hari, gue bisa jamin se iman kita juga akan segera se amin. " -FAREL YUDA MAHESWARA. Cerita Fiksi! Cerita mereka...