XXXIX

200 23 0
                                    


SE-IMAN tak SE-AMIN

Sore ini, Farel sudah di izinkan pulang oleh dokter. Tapi Satria menolaknya untuk pulang sekarang.

Karna menurutnya, semua ini akan sangat nanggung.

"Kita tunggu sampai maghrib. Nanti buka disini aja ya. " ucap Satria yang diangguki kepala oleh Farel.

"Vania nyariin nggak ya pa kalau Farel kelamaan disini? "

Satria menghembuskan napas pelan, menatap Farel. "Kalau nyariin sih pasti. Tapi nanti malam kan pulang, yaudahlah Rel nggak papa." sahut Satria meyakinkan.

Allahuakbar allahuakbar..

"Alhamdulillah, " ucap Satria dan Farel bersamaan, setelah mendengar adzan maghrib berkumandang.

Sebelum memakan porsi makannya, yang pertama Farel ambil adalah air putih, meminum obat lalu memakan kurma sebagai hidangan pembuka.

Setelah dua menit meminum obat, Farel langsung turun dari ranjang untuk pergi.

Begitupun dengan Satria. Ia menyusul dari belakang Farel untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat maghrib.

***
Dirumah, Vania juga tengah melaksanakan buka puasa. Tapi hanya sendiri, selama akhir puasa ini Vania sering melaksanakan buka puasa sendiri.

Vania tersenyum kecil, serasa ia sia-sia memasak makanan enak tapi tidak ada seseorang yang menemaninya makan.

Jujur, Vania memasak hidangan buka ini semata mata juga mengharap Farel yang memakannya.

Tapi saat itu juga Vania langsung menjernihkan pikirannya. Vania kembali memakan apel yang sudah ia kupas bersih sebagai pembuka makannya.

Setelah ia rasa cukup, Vania langsung pergi ke belakang. Mengambil air wudhu, lalu melaksanakan sholat.

15 menit kemudian..
Setelah melaksanakan sholat, Vania langsung melipat mukena yang ia gunakan.

Dan setelah itu, Vania akan kembali merasakan kesepian rumah tanpa adanya seseorang.

Vania menghembuskan napas pelan. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Farel hingga pulang terlambat?. Sudah dua hari ini Farel tidak pulang. Kabar? Hanya kemarin saja mengabari dan sekarang ponselnya tidak aktif.

Vania berkeliling rumah. Dari lantai atas, hingga ke lantai bawah. Vania mengelilingi rumah bak orang yang kurang kerjaan. Memang kurang kerjaan.

Mengelilingi lantai atas, pergi ke lantai bawah, kembali keatas, dan yang terakhir Vania putuskan untuk kembali lagi ke lantai bawah.

Tidak lupa membawa koran tadi pagi, Vania akan duduk diruang tamu sambil menunggu kepulangan Farel.

Dari tadi juga Revani tidak menampakkan batang hidungnya. Kemana dia?.

Entahlah. Kepalanya pusing, pusing karena rumah sebesar ini hanya Vania seorang yang menghabiskan hari hari panjang didalamnya.

Jam berganti jam. Hingga malam ini pun Vania tidak melaksanakan sholat tarawih hanya demi menunggu kepulangan Farel.

Vania menyanggah kepalanya di bagian dagu. Kantuknya mulai menyerang, dan akhirnya.. Bel rumah pun berbunyi.

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang