XV

113 22 0
                                    


SE-IMAN tak SE-AMIN

Vania berjalan pelan dibawah teriknya matahari. Akhir akhir ini cuaca sore hari selalu mendukung. Cerah, dan sedikit terik menerpa wajah-wajah manusia.

Vania menghembuskan napas pelan. Rasanya tidak bisa lagi ia melanjutkan jalan kakinya. Lokasi kampus dan halte bis sangat jauh, seharusnya Vania pergi kesana dengan taxi paling tidak ya ojek.

Tapi karna pesanannya terus di cancel, terpaksalah Vania harus berjalan kaki sampai halte.

Lima menit mungkin cukup untuk mengistirahatkan kakinya. Vania mengipaskan telapak tangan kanannya, didepan wajahnya yang berkeringat.

Sang empu mengedarkan padangan sekitar, tidak lama kemudian mobil putih yang sangat Vania kenal itu melintas.

Sang empu pengendara memberhentikan mobilnya. Lebih tepatnya, memarkirkan mobilnya didepan supermarket disana.

Jika kalian menduga itu Farel, kalian salah. Sang empu yang sangat Vania kenali itu adalah Firman.

Belum sempat Vania menerbitkan senyuman manis khasnya, saat itu juga senyuman sang empu langsung memudar.

Ternyata Firman tidak menyadari keberadaan Vania saat ini. Firman turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa. Tingkahnya itu berhasil membuat Vania semakin menjadikan sang empu pusat pandangan.

Vania membulatkan matanya sempurna. Terkejut? Jelas. Ya, bagaimana tidak. Ternyata, Firman bergegas tergesa hanya untuk membukakan pintu seseorang. Terlebih, seseorang itu adalah perempuan lain.

Kakinya memaksa untuk mendekat. Mulutnya ingin sekali menyerang pertanyaan dan kejelasan dari Firman tentang semua ini. Namun hatinya, berkata tidak dan saksikanlah.

Selain bukan karakter Vania yang suka melabrak orang lain, suasana sekitarnya juga sangat ramai. Hal itu semakin membuat Vania tak yakin untuk mendekat.

Banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin Vania tanyakan. Siapa perempuan itu, apa hubungan mereka, dan mengapa keduanya bersama?.

Sungguh, rasanya sangat sesak melihat orang yang kita cintai tengah bersama perempuan lain. Terlebih, wanita itu berhijab tentu saja Firman tidak akan mendekati perempuan sembarangan.

Vania yakin kalau mereka mempunyai hubungan khusus. Tapi apa? Mengapa Firman menyembunyikan semuanya dari Vania?.

"Kak Firman.. " panggil Vania sambil berjalan mendekati sang empu.

Saat ini Vania masih menyimpan emosinya baik-baik. Meskipun sudah melihat kejadian beberapa menit yang lalu, Vania masih bisa menerbitkan senyuman manis dan mengulurkannya kepada mereka.

Melihat Vania, Firman juga tersenyum. Tidak ada sedikitpun rasa bersalah diwajahnya. Berbeda dengan hatinya, sungguh Firman ingin sekali mengucapkan beribu ribu maaf kepada Vania.

"Assalamualaikum, " salam Vania yang diangguki kepala oleh Firman.

"Waalaikumsalam, "
"Waalaikumsalam, " tambah perempuan lain disamping Firman.

"Di-dia siapa kak? " tanya Vania to the poin. Namun, dibalik semua itu Vania masih bisa tersenyum dan bersikap biasa layaknya tidak terjadi sesuatu.

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang