SE-IMAN tak SE-AMINPagi tadi, Farel berangkat ke kantor lebih awal. Seusai sholat subuh, sebenarnya Farel ingin sebentar saja istirahat dan kembali tidur setelah tadi malam begadang karna pekerjaan kantor.
Tapi segera Farel lupakan keinginannya itu. Setiap kali Farel akan lalai, setiap itu juga Allah mengingatkan. Mengingatkan Farel, yang tidak suka dengan orang-orang penunda waktu.
Farel meregangkan tangan-tangannya yang terasa pegal. Seharian penuh matanya melihat layar laptop tanpa henti.
Punggungnya pegal, begitupun dengan jari-jemarinya yang ia gerakkan untuk mengetik beberapa dokumen baru.
Farel tersenyum kecil. Ternyata menjadi seorang suami tidaklah mudah. Terlebih ketika sudah menjadi seorang ayah, pasti bebannya akan semakin berat untuk menghidupi anak istri.
Seperti Satria, Farel juga yakin. Ia yakin sebelum papanya bisa sesukses ini, pasti dahulu sudah Satria lewati susah payah dan ujian ujiannya dalam menjadi orang sukses.
Niat, usaha dan doa. Tidak akan termulai suatu usaha tanpa adanya niat. Tidak akan terjadi sesuatu hanya dengan berdoa tanpa disertai usaha. Dan, tidak akan ada usaha yang membuahkan hasil tanpa adanya doa dan niat. Paham? Pahamlah.
Farel meraih ponsel yang ia letakkan disamping laptopnya. Mencari nama Vania didalam kontak ponsel, lalu menekan tombol telepon menghubungi sang empu.
Tidak butuh waktu lama, akhirnya Vania menerima sambungan dari Farel.
"Assalamualaikum, "
"Waalaikumsalam, ada apa kak? "Farel tersenyum kecil mendengar panggilan 'kak' dari Vania. Aneh rasanya, sudah bersuami istri kenapa nggak manggil 'mas'?.
"Van, nanti malam aku pulang terlambat. Kayaknya lembur. "
"Oh gitu ya. ""Kamu dimana? " tanya Farel setelah mendengar helaan napas pelan dari Vania.
"Dirumah. "
"Oh iya satu lagi, "
"Apa? "
"Nanti kalau ada tamu dateng, terus ngakunya dokter, kamu bilang aja aku nggak ada dirumah. Bilang sama dia, pertemuannya diundur jadi besok. ""Oh iya kak, dokter tapi dokter ap-"
Sebelum Vania menyelesaikan ucapannya, saat itu juga Farel langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa mengucapkan salam.
Farel meletakkan ponselnya asal. Tampangnya sangat frustasi. Farel mengacak rambutnya, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan.
"Maafin aku Vania, "
***
Dirumah, Vania mengerutkan dahi bingung. Apa yang sebenarnya Farel maksud. Mengapa dia mematikan sambungan telepon sebelum menyelesaikan perbincangan?.Hm entahlah, mungkin saja ada seseorang yang tiba-tiba masuk keruangan Farel, dan mengganggu pembicaraannya.
Vania kembali larut kedalam aktifitasnya. Membersihkan rumah sebesar itu benar-benar membutuhkan tenaga yang lebih.
Saat Vania akan mengambil kemoceng dibelakang, saat itu juga bel rumahnya berbunyi.
Ting tong..
KAMU SEDANG MEMBACA
SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√
General FictionBANTU TEMBUSIN 1K:) TEMBUS 1K, AKU NEXT PART YANG UNBROKEN. "Kita se Iman, tapi tak se amin. "-VANIA WINATA AYUDYA. "Dalam hitungan hari, gue bisa jamin se iman kita juga akan segera se amin. " -FAREL YUDA MAHESWARA. Cerita Fiksi! Cerita mereka...