SE-IMAN tak SE-AMINSetelah pulang dari rumah orang tuanya, Farel langsung bergegas kembali pulang.
"Assalamualaikum, " salam Farel.
Farel mengedarkan pandangan sekitar, namun tak kunjung melihat seseorang yang membukakan pintu.
Dan Vania entah kemana dia.
"Assalamualaikum Vania, " salam Farel yang kedua kalinya. Namun tetap sama, tidak mendapatkan jawaban dari sang empu yang merasa namanya terpanggil.
Farel meraih knop pintu, ternyata pintunya tidak dikunci. Dan mungkin saja, Vania tidak mendengar salam Farel karna antara ruang tengah dan kamarnya sangat berjarak jauh dari ruang tamunya.
Rumahnya sudah sepi. Hanya terdengar samar samar suara televisi diruang tengah.
Farel menghela napas pelan setelah melihat apa yang dia lihat. Ternyata Vania sudah tertidur. Tertidur disofa ruang tengah, dengan televisi yang masih menyala.
"Vania, " Farel berusaha membangunkan Vania. Vania bukan tipe orang yang susah dibangunkan seperti Farel.
Dua detik setelah Farel membangunkan Vania, saat itu juga Vania langsung membuka kedua matanya pelan-pelan.
"Udah pulang? Maaf Vania ketiduran," ucap Vania dengan suara seraknya khas orang bangun tidur.
Vania langsung berdiri dan bergegas pergi. Saat itu, Farel langsung menahan tangan Vania.
"Kak, malam ini Vania mau tidur sendiri dulu boleh? "
Degg..
Farel terkejut, apa maksud Vania memisahkan diri. Tapi saat itu juga Farel langsung menepis kuat kuat pikiran negatifnya.
Wajar saja Vania mengatakan hal sedemikian. Mungkin saja Vania belum sepenuhnya siap menerima hal yang tidak ia inginkan.
Farel tersenyum kaku, "iya boleh. "
"Nanti Vania aja yang tidur di kamar tamu, kak Farel tidur dikamar ini juga nggak papa. " ujar Vania enteng.
Ucapan Vania itu berhasil membuat Farel memikirkan hal-hal aneh. "Ternyata kamu lebih milih tidur diruang tamu ya Van, daripada satu ranjang sama aku. " batin Farel tersenyum miris.
Farel menatap Vania sejenak, "nggak usah, biar aku aja yang tidur disini. "
"Dimana? "
"Disini. " sahut Farel menunjuk sofa panjang yang beberapa menit lalu Vania gunakan untuk tidur."Tapi disitu dingin. " ucap Vania. Seegois apapun Vania, dia masih bisa berpikir jernih. Suhu dingin malam ini cukup tinggi. Jika tidur diluar kamar, Vania takut kalau akan terjadi sesuatu dengan Farel.
"Nggak, yang tidur kan aku. Kamu nggak ngerasa dingin Van. "
Farel memulai aktifitasnya yang diperhatikan oleh Vania. Dari menyapu lantai yang sedikit kotor, membenarkan posisi Sofa yang salah, hingga merebahkan tubuhnya tanpa bantal ataupun selimut untuk ia gunakan.
Vania merasa kasihan dengan Farel. Tapi apa yang bisa ia lakukan, saat ini Vania belum siap untuk satu ranjang dengan laki-laki yang tidak bisa ia cintai.
Vania menutup pintu kamarnya. Dibalik pintu yang tertutup, Vania mulai mengeluarkan air matanya.
"Kenapa Allah kasih takdir Vania seperti ini?. Sekarang Vania merasa bersalah, salah karna sudah menyakiti seseorang yang tidak bersalah. "
KAMU SEDANG MEMBACA
SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√
General FictionBANTU TEMBUSIN 1K:) TEMBUS 1K, AKU NEXT PART YANG UNBROKEN. "Kita se Iman, tapi tak se amin. "-VANIA WINATA AYUDYA. "Dalam hitungan hari, gue bisa jamin se iman kita juga akan segera se amin. " -FAREL YUDA MAHESWARA. Cerita Fiksi! Cerita mereka...