IV

186 33 0
                                    

SE-IMAN tak SE-AMIN

Salma menunjuk gerombolan Farel dan teman temannya. Tampak dengan jelas, sepertinya mereka akan pergi berfoya foya dengan mengendarai motor masing masing.

Vania menggelengkan kepala tidak habis pikir. Bisa bisanya Farel menjadi salah satu mereka yang sudah jelas tidak baik untuk dirinya.

Farel mengendarai motornya. Ia mulai mendekati Salma dan Vania lalu menghentikan motornya didepan kedua empu.

"Hai Van. "
"Waalaikumsalam, "
Farel terkekeh, "Assalamualaikum. "
"Waalaikumsalam, " jawab Vania dan Salma bersamaan.

Keduanya bertukar pandang, selain mencium bau rokok, Vania dan Salma berhasil mencium aroma minuman keras yang tercium dari hembusan napas Farel.

"Mau gue anterin pulang? "Tanya sekaligus tawar Farel.

Entahlah kepada siapa dia bertanya. Yang pasti Vania dan Salma mengira kalau Farel menawarkan keduanya untuk pulang bersama sang empu.

Serentak Vania dan Salma menggelengkan kepala untuk menolak tawaran dari Farel.

"Kita udah pesan taxi kak. " jelas Salma yang mendapat anggukan kepala dari Farel.

Farel melempar senyuman manis kepada Vania yang hanya ditatap kilasan. Vania kembali menundukkan kepala yang tak berniat sedikitpun untuk bertatap muka dengan Farel lebih lama lagi.

Farel menyanggah dagunya dengan telapak tangan diatas motornya. Ia memperhatikan wajah cantik Vania yang saat itu juga langsung mendapatkan tatapan tajam dari sang empu.

"Jangan liat liat bukan muhrim! " tegas Vania.

Taxi yang Vania dan Salma tunggu-tunggu dari tadi akhirnya datang juga.

Sebelum Vania dan Salma pergi sepenuhnya, Farel langsung menahan tas punggung Vania. Farel tidak berani menyentuh tangan sang empu.

"Assalamualaikum buat mama papa kamu," pesan Farel menitipkan salam untuk kedua orang tua Vania.

Vania hanya memutar bola mata malas.
"Belum kenal aja sok-sok nitipin salam. "

Gumaman Vania sangat lirih hingga tidak bisa didengar jelas oleh Farel maupun Salma.

Farel memang belum pernah pergi mengunjungi rumah Vania. Selain tidak percaya diri, Farel juga belum siap menjawab serangan serangan pertanyaan yang akan diberikan oleh Abi Vania.

Begitupun sebaliknya. Vania tidak pernah tahu kalau ternyata Farel adalah adik dari pria yang Vania kagumi selama ini yaitu Firman.

Kalian ingatkan waktu Salma ngaduin ke Vania tentang Farel yang mabuk mabukan? Ingat dong pasti.

Nah, Firman yang Salma maksud, Vania pikir Firman dosen kampus. Karna Firman bagi Vania ada dua, yaitu Firman dosen kampus, dan Firman orang yang mendapatkan nama 'hamba Allah' di kontak WhatsApp Vania.

Tanpa Vania sadari, raut wajah Salma kini berbeda dari sebelumnya. Senyuman manis yang Salma terbitkan kini mulai menghilang tergantikan dengan raut wajah datar.

***
"Assalamualaikum Vania, "
"Waalaikumsalam kak Firman, "

Firman tersenyum kecil, peci putih dengan sarung putih yang ia kenakan benar benar berhasil menambah ketampanan sang empu.

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang