XXVIII

90 19 0
                                    


SE-IMAN tak SE-AMIN

Sebelum Muslimah kembali menampar Salma, saat itu juga tindakannya langsung di cegah oleh Sajidah.

"Muslimah! Apa apaan kamu ini. Nggak seharusnya kamu berlaku kasar terhadap anakmu. "

Sajidah mencium dahi Salma. Ia juga langsung memeluk sang empu, berusaha untuk menenangkannya.

Sajidah menghela napas pelan, sebenarnya sedari tadi Sajidah sudah tahu dengan awal pertengkaran keluarga ini.

"Kamu nggak salah nak, Salma nggak salah sama sekali. " Sajidah kembali menenangkan Salma.

"Rasa suka terhadap lawan jenis memang tidak salah. Tapi, saat ini kamu tengah mencintai orang yang salah. "

Salma berpikir. Ia mencerna baik-baik ucapan Sajidah, yang beru saja ia dengar.

"Tapi umi, Salma-"
"Salma nggak pernah minta dikasih rasa suka itu kan dari Allah? Iya umi tau kok. "

"Salma cuma butuh sedikit waktu. Waktu untuk mengikhlaskan orang yang Salma cintai untuk hidup dengan perempuan lain. "

Meskipun amarahnya belum hilang sepenuhnya, Muslimah sebagai seorang ibu juga bisa merasakan sesak melihat putrinya yang tengah terpuruk.

"Umi yakin kok, wanita baik pasti akan dapat laki-laki baik. Salma baik, umi yakin Salma juga bakal bisa dapetin laki-laki yang lebih baik. Kuncinya cuma satu, ikhlas dengan sabar yang menyertai. Jodoh sudah ada yang ngatur. Paham kan maksud umi? "

Salma mendongak, ia menatap Sajidah lalu menganggukkan kepala pelan dengan senyuman getir yang terpancar di wajahnya.

"Makasih umi, sekarang Salma paham. "

Sajidah menganggukkan kepala, ia juga melemparkan senyuman hangat untuk Salma.

"Ini masih sakit, butuh istirahat dan sekarang kamu tidur ya. " pinta Sajidah sambil menunjuk dada Salma.

Masih sesak, tapi setidaknya setelah Salma mendengar penerangan dari Sajidah, hatinya kini menjadi sedikit tenang dari yang sebelumnya.

Salma memeluk Sajidah sejenak, kali ini sang empu menerbitkan senyuman kecil, namun terlihat tulus untuk dipandang.

"Sekali lagi makasih umi. "

Sajidah membantu Salma berdiri. Ia menidurkan Salma diatas ranjang kamar Salma, menyelimuti sang empu, lalu mencium dahi sang empu.

Sajidah juga mematikan lampu kamar Salma, setelah keluarnya sang empu dari luar kamar, Saat itu juga Sajidah langsung mendapatkan pelukan hangat dari Muslimah.

"Makasih mba, "

Sajidah tersenyum kecil, ia menganggukkan kepala lalu melepaskan pelukan Muslimah perlahan.

"Mba tahu kan kalau Salma mencoba untuk-"
"Shyut, udah jangan ngomongin itu lagi. Mba tau kok, Salma lagi butuh dukungan. Makanya kalian berdua harus sering-sering luangin waktu buat bareng dia. " ucap Sajidah mengingatkan.

Kali ini Muslimah yang menghela napas pelan.

"Udah malem, mba pamit ya. Kasian ojol diluar nungguin kelamaan. "
"Mba naik ojol? "
"Iya. "

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang