VIII

127 26 0
                                    

SE-IMAN tak SE-AMIN

"E-yooo papa mau kemana cakep bener. "

Satria terlonjak kaget. Respon yang diberikan papanya itu berhasil membuat Farel tertawa lepas menertawakannya.

"Kamu ini bukannya salam malah e-yooo e-yooo! "Tegur Satria yang akhirnya ikut tertawa kecil.

Hubungan Satria dan Farel memang tidak sedekat hubungan Satria dengan Firman. Meskipun Farel selalu mencari masalah dengan sang empu, kemarahan keduanya ketika bertengkar tidak akan bertahan lama.

"Iya papa ganteng, Assalamualaikum. "
"Hmm waalaikumsalam. "

Kedua mata Farel berhasil mendapati Vanesha dan Firman yang tengah berjalan bersama. Keduanya tampak asyik bercanda gurau tanpa menyadari keberadaan Farel.

"Wahh kayaknya mau makan diluar ya kalian semua tanpa Farel? " selidik Farel menyipitkan kedua matanya.

Vanesha terkekeh kecil, ia mendekati Farel dan mencium sang empu yang selalu menghindari ciuman itu. Bukan apa-apa, diusianya yang hampir menginjak dewasa bagi Farel semakin menanggung rasa malu kalau harus dicium. Bagaimana jika citranya hancur karna dianggap anak mami?.

"Mama nggak usah cium Farel ah. " Farel tersenyum kaku melihat Firman yang sudah menertawakannya.

"Pa, Farel diajak nggak? " tanya Vanesha yang berhasil membulatkan mata Farel sempurna.

Sudah seperti orang lain saja harus minta izin.

"Ya kalau Farel mau ajaklah. " sahut Satria yang masih sibuk dengan dasinya.

"Nggak usah ma. Ngeributin doang pasti tuh anak. " gurau Firman.

Ingin sekali Farel menipuk mulut kakaknya. Tapi rasa takut dan tidak beraninya lebih besar daripada rasa keinginan memukulnya.

"Ganti baju gih, buruan jangan lama-lama"
Pinta Vanesha yang diangguki Farel setuju.

Farel berlari menuju kamarnya. Entah mau kemana keluarganya malam ini, yang pasti niat Farel untuk ikut juga sangat besar. Padahal tidak biasa-biasanya Farel mau ikut keluar bersama mereka.

Tidak butuh waktu lama, akhirnya Farel kembali menemui keluarganya di ruang tamu. Selalu dengan jaket kulit hitamnya dan celana jeans hitam.

Bukannya tidak punya baju ganti yang lain. Farel mempunyai banyak baju bermerek mahal dilemarinya. Tapi apa boleh buat semuanya kalau sang pemilik hanya suka satu model.

"Udah? " tanya Satria diangguki Farel.

"Ayo berangkat. Bismillahirahmanirrahim. "

Farel mengerutkan dahi, "apa ini? "

Satria tersenyum penuh kemenangan. Ia menggandeng tangan isterinya lalu mengambil duduk dikursi belakang.

"Itu kunci. Kamu yang nyetir haha" jelas Firman sambil menertawakan Farel.

Farel memutar bola matanya malas. Selalunya seperti ini, dia yang akan menjadi supir keluarganya kemanapun itu perginya. Mau tak mau Farel hanya mengiyakan. Farel berlari kecil menyusul Firman untuk pergi kerumah.. Vania.

SE-IMAN TAK SE-AMIN [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang