ASBD 19 - Untitled

24.1K 2.2K 238
                                    

Kagumi saja dari jauh, daripada dia tau lalu menjauh.

•••



Chapter ini di private, jika paragraf atau dialog tidak lengkap berarti kalian belum follow akun sagittarydea

Jika sudah follow tetapi masih acak, hapus dari library lalu tambahkan kembali.

Maaf merepotkan, hanya ingin melindungi karya orisinil saja.

••••

"Apa yang ingin kau katakan? Sampai meminta bertemu." Tanya pemuda tampan yang duduk diseberangnya.

Mereka berdua sedang berada di sebuah cafe, memesan tempat VIP agar lebih terjaga privasinya.

Gadis yang berada diseberang pemuda itu nampak sedikit gugup, terbukti dengan jemarinya yang tak henti henti meremas tali tas miliknya yang sudah lusuh termakan usia.

Hidangan sebuah cake red Velvet dan juga chocolate panas sudah tersaji diatas meja cafe. Sebelum berbicara, ia meminum chocolate panas itu satu teguk guna menetralisir detak jantungnya.

Kata orang, meminum sesuatu bisa membuat rasa gugup berkurang. Dan gadis berkaos biru itu membuktikannya.

"Aku tidak ingin dibayar lagi."

Ucapan gadis itu membuat sang pemuda menaikan satu alis guna bertanya.

Mengerti, ia langsung meneruskan kalimatnya. "Berteman tanpa dibayar, sepeser pun."

Pemuda berbadan tegap itu menumpukan kedua tanganya penuh diatas meja cafe, berlagak lebih serius.

"Alasannya?"

"Perasaan bersalah terus menggerogotiku, membuatku tak tenang seandainya sampai ketahuan pasti akan membuat hubungan pertemanan kami rusak. Aku berjanji tidak akan mengecewakannya meskipun tak dibayar, aku tulus berteman denganya." Jelasnya.

Respon yang ia terima hanya anggukan pelan dari pemuda tersebut, membuatnya gugup kembali.

"Bukankah kau membutuhkan uang?"

"Aku bisa bekerja paruh waktu, aku hanya tidak ingin membuat dia terluka, itu saja."

"Apa pekerjaan yang ingin kau dapat?" Tanya pemuda tersebut.

"Hah?" Beonya.

Disenderkanya kembali tubuh tegap itu pada senderan kursi, agar lebih nyaman. Suasana yang tadinya canggung perlahan melonggar.

"Pekerjaan yang ingin kau lakukan." Ulangnya dengan lebih jelas.

"Ah? Apapun yang terpenting bisa kulakukan sepulang sekolah."

"Aku mungkin bisa membantumu." Entah kenapa, ada sedikit perasaan tidak tega kepada gadis ini jika dibiarkan lontang lantung mencari pekerjaan sendiri, itupun tak tentu satu hari bisa langsung dapat.

Mata gadis berkaos biru itu berbinar ceria. "Benarkah? Pekerjaan apa?"

"Selalu datang jika aku perlu, aku akan membayarnya."

Memutar otak sementara untuk memahami kalimat yang dia katakan. Beberapa detik kemudian, matanya melotot dan tanganya secara reflek menggembrak meja cafe. Membuat bunyi yang cukup nyaring, untungnya ruang VIP dalam cafe ini dibuat kedap suara.

ASLAN : Sweet, but Dangerous [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang