ASDB 07 - Gita

38.9K 3K 158
                                    

Bertemu denganmu, adalah sebuah anugrah yang paling berharga.

••••

Zoya tersenyum masam, ketika para teman sekelasnya seperti tengah menyambut kedatanganya. Tentu dengan Aslan disampingnya yang berpengaruh, berbanding terbalik dengan kemarin yang sama sekali tidak mau mendekat kepada Zoya, justru mereka menjauh.

Sebenarnya Zoya enggan percaya omongan Aslan yang mengatakan bahwa 'teman itu munafik' tetapi yang sedang dirasakannya memang menjerumus ke opini tersebut. Tidak, Zoya tidak menuduh mereka semua munafik, mungkin karena mereka takut dengan Aslan makanya bersikap demikian. Zoya mencoba untuk positif thinking saja.

Dalam kehidupan, kita dihadapkan oleh banyak orang bermuka dua atau bahkan lebih. Tergantung bagaimana semestinya kita merespon mereka. Mencoba tidak tahu mungkin adalah jalur yang terbaik dibandingkan mengungkapkannya secara terang terangan.

Tanpa sadar, diri sendiri juga pernah ada diposisi keduanya. Ada dalam posisi orang yang bermuka dua, atau orang yang berhadapan dengan manusia bermuka dua.

We are all alike, duplicity and hypocrites. Maybe the portions are different, right?

Munafik sudah menjadi karakter seseorang, yang membedakan adalah seberapa sering mereka melakukanya atau seberapa kuatnya dorongan keadaan yang membuat seseorang mengeluarkan sifat tersebut.

Zoya meletakan tasnya diatas meja, begitupun dengan Aslan.

"Masih ada lima belas menit lagi sebelum bel masuk, jalan jalan dulu yuk?" Ajak Zoya, entah mengapa ia sedikit malas berada didalam ruangan ini.

Seakan atmosfer udara menyempit bahkan hanya sekedar untuk menghirup nafas.

Aslan mengangkat alis, tetapi tak lama mengangguk. Apapun ia turuti hanya untuk gadisnya.

Mereka berjalan di koridor sekolah, dibelakang keduanya diikuti oleh tiga orang lelaki berotot berpakaian serba hitam. Para pengawal Aslan senantiasa setia menemani tuanya kemanapun melangkah.

Bahaya bisa datang tanpa diduga, banyak rival Aslan yang mengincar nyawa dirinya dan Zoya. Mereka tahu bahwasanya Zoya adalah kelemahan Aslan. Jikalau mereka dapat mematikan Zoya maka itu akan lebih menyakitkan untuk Aslan dibanding mematikan nyawanya sendiri.

Maka dari itu, kemanapun dirinya dan Zoya berada pasti ada para pengawal yang menjaga entah itu dari jarak dekat atau jauh sekalipun.

Selama Aslan disekolah, maka urusan kantor Mike lah yang mengurus. Lelaki itu sudah Aslan andalkan dan diberi kepercayaan yang begitu besar. Jika Mike menggoyahkan kepercayaannya, yakinlah nyawanya akan melayang. Aslan tak akan pernah main main dengan ucapan.

"Sayang! Lihat deh, wajahnya kayak asing gitu gak sih? Siswi baru kah?" Zoya menunjuk seseorang gadis yang berjalan memasuki ruang kepala sekolah, wajahnya sedikit asing di penglihatan Zoya. Mungkin memang benar jika dia adalah murid baru.

Walaupun tidak punya teman, tetapi Zoya hafal dengan wajah wajah murid di sekolahnya. Selain pengamat yang baik, Zoya juga termasuk pengenal yang tidak buruk. Yang buruk adalah, dia bodoh dalam pelajaran.

Aslan menyeringai melihat gadis yang dimaksud oleh Zoya, "Mungkin."

Kemudian mereka berdua melanjutkan langkah menuju taman yang berada diujung koridor, tamanya begitu asri dilengkapi oleh tanaman hias dan beberapa pohon rindang yang daunya mengejukan.

Sinar mantari pagi hari menyempil malu malu di sela sela dedaunan rindang tersebut, tak merendam suara dari kicauan burung gereja yang nyaring.

SMA Ganesha memang tidak tanggung tanggung untuk menyuguhkan suatu keasrian didalam konsepnya, Aslan selaku pemilik sekolah juga ikut turun tangan dalam ide konsep tersebut. Meskipun dalam pengerjaanya ia tidak ikut andil tetapi modal yang dikeluarkan murni dari kantongnya dahulu. Ya, tentunya sekarang sudah kembali modal dengan uang pembayaran gedung dari para siswa dengan biaya fantastis.

ASLAN : Sweet, but Dangerous [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang