ASBD 36 - Zoya [ 2 ]

17.3K 1.7K 862
                                    


Satu sahabat akan mengerti seribu air matamu, dari ribuan teman yang hanya mengerti tawamu.

ramadhanioktavia907

•••

Terimakasih mbak Ramadhani udah nyumbangi qoutes nya❣️


•••

[ Zoya POV ]

Aku mengedarkan pandang ditempat perpijakan. Tempat ini terasa sangat asing dipandang, aku sama sekali belum pernah melihat tempat ini sebelumnya.

Banyak sekali cahaya berwarna putih yang teramat menyilaukan. Aku menatap tubuhku yang terbalut pakaian putih, telapak tanganku juga terlihat bercahaya dan sangat putih. Kulitku memang putih, tapi warna putih ini berbeda dengan warna kulitku sebelumnya.

Udaranya juga sangat menyengat tubuhku, dingin dan panas terasa bersamaan.

Seakan akan aku sedang berada diperbatasan antara surga dan neraka.

Wah, omonganku sangat melantur.

Lagi lagi aku mencoba mengedarkan pandang, mencari cari kekasihku atau siapapun yang bisa aku mintai tolong.

Namun tempat ini sangat sunyi, seperti tidak ada kehidupan sama sekali. Dimana aku?

Aku mencoba melangkah lebih jauh. Telapak kakiku tidak terbalut apa apa, tetapi untungnya tempatku berpijak terselimut rerumputan yang halus. Jadi aku tidak perlu khawatir telapak kakiku akan terluka nantinya.

Senyum tersunggi dibibirku saat melihat ada dua sosok manusia. Langkah kakiku berjalan mendekat kearah mereka.

Semakin langkahku mendekat, aku bisa melihat dengan jelas siapa kedua orang itu.

Jantungku berpacu dengan cepat. Aku mengucek kedua mataku.

Tidak salah lagi, mereka Ayah dan Ibu.

Jadi, aku ada dimana sebenarnya? Kenapa ada kedua orang tuaku yang sudah tiada?

Tunggu. Aku sedang tidak di akhirat kan?

"Ayah, Ibu?"

Ibu mendekat ke arahku, ia memeluk tubuhku begitu erat. Aku balas memeluknya, dengan erat pula. Rindu sekali rasanya dengan wanita yang melahirkan aku ini.

Kalau Aslan ada disini, sudah pasti aku akan menyuruhnya untuk sungkem. Karena ibu juga berjasa untuk Aslan, yaitu karena telah melahirkan gadis secantiku yang sudah membuat hati Aslan terjerat dalam pesona.

"Ibu merindukanmu nak," bahuku terasa basah, sudah pasti ibu menangis.

"Aku juga, Bu. Ibu bahagia kan?" Pelukan kami terurai, ibu menatapku lekat.

"Melihatmu bahagia dibawah sana, ibu pasti disini bahagia nak."

Aku tersenyum, kemudian beralih memandang ayah yang tengah menyembunyikan cairan berwarna bening dalam matanya.

"Ayah, kangennn." Aku meleburkan diri dalam dada Ayah yang masih terasa sama, nyaman.

Tangan ayah mengelus punggungku yang bergetar karena tangis, "Kami selalu memantaumu disini, nak. Aslan menjagamu begitu baik, hm?"

ASLAN : Sweet, but Dangerous [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang