ASBD 28 - Traitor?

16.1K 1.6K 224
                                    


Visi tanpa eksekusi hanyalah halusinasi.

••••


mkssiii kalian yang udah nongolin diri buat comment ❣️

yang masih jadi pembaca gaib, yukk nongol yukk!

•••••

Pemandangan kios-kios di trotoar jalan memang menarik, namun tidak bisa mengalihkan atensi Zoya dari pria yang sejak tadi diam menatap lurus jalanan yang ada didepanya.

Gadis bersurai coklat itu memilin jari jemarinya yang terasa berkeringat, dua orang dalam satu mobil dan hanya diam saja sangat membuatnya terasa canggung.

Zoya menghela nafas, ia mengaku bersalah. Pasti Aslan tidak suka melihatnya bersentuhan dengan lawan jenis. Karena yang sudah Aslan klaim sebagai miliknya, itu berarti hanya kepunyaannya.

"Aslan, kenapa diem aja?" Sudah tidak sabar dengan kecanggungan yang ada, akhirnya Zoya buka mulut, "katanya gak marah." lanjut gadis itu dengan suara pelan.

Aslan melirik Zoya sekilas, kemudian menatap jalanan kembali.

Zoya berdecak, kemudian mengguncang lengan Aslan dengan pelan. "Ayo ngomong ih! Jangan cuekin aku terussss."

"Aku lagi nyetir, jangan ganggu dulu."

Bibir Zoya mengerucut, ia memundurkan duduknya kembali. Dan bersender pada kursi penumpang.

Ia mengambil nafas sejanak sebelum berkata, "Dia tadi nanya, katanya jadi minta tolong gak? Karena aku ingat kamu gak ngebolehin akhirnya aku jawab, gak jadi." Zoya memberi tahu, "Waktu Ezw——

"Jangan sebut namanya!" Ucapan Aslan menyela Zoya.

Zoya mengulum senyum, Aslanya sangat menggemaskan kalau sedang cemburu begini. Kemudian ia meneruskan kembali ceritanya. "Waktu dia pegang tangan aku, itu karena aku pengen cepet cepet pergi. Udah itu aja, kita gak ada macam-macam, Aslan."

Terdengar helaan nafas dari mulut Aslan, mau bagaimanapun kesalnya dia, Zoya tetaplah menjadi kelemahannya. Ingin rasanya Aslan marah pada gadis itu, namun tidak bisa.

Ia begitu luluh terhadap Zoya. Hanya gadis itu yang sanggup memporak-porandakan hati yang tadinya beku dan kokoh oleh kebejatan.

Tangan Aslan bergerak menepuk pucuk kepala Zoya, "lain kali jangan berinteraksi sama dia lagi,"

Zoya tersenyum ria, ia mengangguk lucu. "Kamu udah gak marah kan, sekarang?"

Saat Aslan ingin menarik kembali tanganya dari pucuk kepala Zoya, gadis itu menahanya. Membawa tangan kekasihnya keatas paha, kemudian menganggamnya erat.

Aslan tersenyum, tingkah menggemaskan Zoya membuat ia jatuh kembali ke-lubang cinta yang semakin dalam.

"Sejak kapan aku marah?"

"Tadi, kan kamu diemin aku terus."

"Gak marah, cuma malas ngomong aja."

ASLAN : Sweet, but Dangerous [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang