Bukan lagi tentang mereka yang merendahkan, tetapi tentang bagaimana cara kamu bersyukur.
••••••
SELAMAT MEMBACA!
•••••
Gadis bersurai coklat itu memijakkan langkah kakinya diatas lantai marmer perusahaan. Badan yang ideal terbalut Stradivarius floral mini dress berwarna hitam bercampur pink, tak lupa kaki jenjangnya terpasang sepatu boots berwarna hitam dengan tali pita sebagai motifnya.
Dibelakang gadis itu, sudah ada dua pengawal berotot besar yang bertugas untuk melindungi.
Dari pertama masuk loby kantor, hingga sampai depan pintu lift khusus, gadis itu tidak henti hentinya menjadi perhatian karyawan. Ini kedua kalinya untuk mereka melihat gadis secantik dia, apalagi saat tidak mengenakan masker sehingga bisa leluasa mengamati wajahnya. Masih ingat pertama kalinya Zoya datang ke kantor ini bersama Aslan? Dia benar benar tertutup, dilapisi banyak sekali kain dari ujung rambut sampai kaki.
Ia mengetuk-etukan kakinya didasar, seraya menunggu pintu lift terbuka. Perasaanya sedikit gelisah.
Ting!
Zoya bersama dua pengawalnya keluar dari lift, berjalan dengan langkah pasti menuju pintu yang didalamnya terdapat ruangan sang kekasih.
Gadis itu memberhentikan langkahnya saat tepat didepan pintu ruangan Aslan. Menghembuskan nafas pelan sebelum tanganya meraih headle pintu.
"Astaga!" Kejut Zoya, saat membuka pintu wajah Aslan sudah ada didepanya persis.
Menetralkan degup jantungnya, mata gadis itu memicing, "ngapain berdiri didepan pintu?"
Aslan berbalik, kemudian duduk di sofa ruanganya. "Mau nyusul kamu tadinya," jawab pria itu.
"Kenapa gak pake masker? Kamu diliatin karyawan aku tadi." Tanya Aslan, dari nada bicaranya terselip rasa tidak suka.
Zoya memutar bola matanya malas, pasti Aslan mengawasinya dari CCTV. Dia ikut mendudukan diri disebelah kekasihnya, meletakan Dior lady bag blush miliknya diatas meja kaca.
"Kenapa? Malu punya aku?" tantang Zoya, ia menaikkan sebelah alisnya. Menghadap sepenuhnya kepada Aslan.
Manik kelam Aslan menajam, tidak suka jika gadisnya berkata demikian. "Omong kosong."
Zoya terkekeh ringan, tak berlangsung lama wajahnya kembali seirius, seraya bertanya, "kenapa bohong?"
Jika mengingatnya, maka yang bisa Zoya definisi kan adalah merasa sesak. Tidak tahu spesifiknya seperti apa, ia sendiri bingung menjelaskanya.
Bayangkan jika kamu mempunyai teman yang dianggap tulus berteman dengan-mu, namun nyatanya dia berteman hanya untuk demi secercah uang. Apa rasanya?
"It's not important for you to know." Ungkap Aslan tenang.
Zoya mendelik kesal. "Kalau aku boleh jujur, aku sangat kecewa. Sama kamu dan Gita."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASLAN : Sweet, but Dangerous [TAMAT]
Teen FictionGENRE ; DARK ROMANCE, PSYCO, ACTION •••• SINOPSIS ; Aslanio Zuconus. Bukan goodboy, bukan juga badboy. Tapi dia amat sangat berbahaya. Tujuan hidupnya cuma satu, melindungi gadis yang menjadi separuh nafasnya. Layaknya manusia yang membutuhkan oksig...