Bagian 29 : Harapan (2)

12 6 0
                                    

Mereka berlima mendongak melihat lubang berwarna putih keemasan yang ada di langit itu. Aura yang terpancar kuat membuat salah satu dari mereka memeluk tubuhnya merinding.

"Lubang apa itu?" tanya Hesha yang masih tak berhenti menatap lubang tersebut.

Kedha mengangkat bahunya, "mana ku tahu, kalau ku tahu akan kukatakan dengan langsung lubang apa itu." cibiran yang diberikan dari mulut Kedha itu membuat Hesha menginjak kakinya kesal.

Clarissa yang berada didekat mereka berdua tiba-tiba berjalan ke tengah dan memisahkan kedua adiknya itu.

Mereka sempat terkagum, namun rasa kagum itu tergantikan dengan sebuah perasaan was-was. Aura yang terpancar begitu kuat kini perlahan memudar diiringinya cahaya putih keemasan yang perlahan turun ke tanah itu.

Begitu memijak tanah, cahaya putih itu kini berpenjar begitu terang membuat mereka berlima memejamkan mata, silau karenanya.

"A-a-a-a-ada, i-istananya!"

***

Cahaya putih itu memudar diiringinya beberapa monster yang rupanya sudah tidak bisa di deskripsikan.

Monster-monster itu memijakkan kakinya tepat didepan sebuah istana megah.

Penghuni istana yang isinya manusia setengah hewan itu terkejut bukan main saat mendapati pemimpin dari monster tak berupa tersebut.

Pemimpin dari monster itu menyerupai mereka. Manusia setengah hewan.

Sosok manusia setengah hewan itu mengangkat tangannya, kemudian diarahkannya lah tangannya itu kedepan istana. Monster-monster itu mengerang dan berlarian menyerang istana.

Penduduk asli Shapeshifter pun berteriak dan berhamburan kesana-kemari mencari tempat perlindungan.

Beberapa jam setelahnya, monster-monster itu meratakan halaman depan istana. Dan kini monster itu tengah berjalan menuju pekarangan istana.

"Hahaha, mari kita bermain."

***

"K-kita terlambat!" Hesha berseru dirinya menutup mulut tak percaya dengan yang dilihatnya.

Pekarangan serta halaman istana sudah rata, dan beberapa bercak darah berserakan dimana-mana.

"A-astaga, kenapa bisa seharusnya sihir teleportasi tidak memakan waktu yang cukup lama." Clarissa yang berada disampingnya ikut menutup mulut tak percaya.

Mereka turun dari bukit dan menjelajahi tanah yang sudah rata itu. Mereka meneliti dan kedua gadis itu menahan air matanya agar tidak tumpah karena melihat warganya telah binasa.

'Tap tap'

Langkah kaki terdengar dari kejauhan membuat mereka berlima memasang pose waspada dan memperhatikan sekeliling. Namun tak kunjung si pemilik langkah kaki itu memunculkan batang hidungnya.

Helaan nafas terdengar, "Aku kira kita akan menghadapi sesu

HMPH!" mereka berempat menoleh dan membulatkan mata sempurna. Hesha yang tadinya berada disamping Fedha kini menghilang tanpa jejak.

"Hesha!!" seruan demi seruan terus terlontar tapi Hesha tak kunjung menyahuti.

'Tap tap'

Tak lama sebuah langkah kaki kembali terdengar membuat mereka kini mendekat dan merapatkan diri dengan cara berpegangan tangan.

"Eh eh, seru sekali ternyata ya bermain dengan kalian?"

Deg

Kedha melepas pegangan tangannya, dirinya tertunduk dan memegangi jantungnya. Seakan ada sesuatu yang berusaha mencabik-cabik jantungnya itu.

"Lohh? Baru segitu saja sudah lemas, dasar Rubah tidak berguna." sebuah suara dari yang lainnya terdengar.

Clarissa memperhatikan sekitarnya, "dimana kalian! Tunjukkan wujud kalian!" teriak Clarissa yang masih memperhatikan sekitarnya itu.

Lees memejamkan matanya tak lama dirinya kemudian melihat Kedha yang masih berada dibawah mereka. Kedha yang malang.

"T-t-tolong berhenti ... jika tidak aku akan mati." sebuah lirihan terdengar dari Kedha membuat sebuah sosok itu tertawa terbahak-bahak.

'Tap tap'

Langkah kaki kembali terdengar kali ini agak nyaring membuat mereka tambah waspada.

"Rubah ya? Kau pikir

Kami akan tertipu dengan ilusimu lagi?"

TBC
10 Maret 2021

A/n

-

--Rie♡

--Rie♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Necromancer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang