12. Pendekatan

18.5K 1.7K 43
                                    


Untuk bisa bahagia sendiri, kita harus membuat setidak nya satu orang bahagia.
-Kelvin

Asya berlari menghampiri para sahabatnya. Nampaknya Anya juga sudah selesai dengan pertandingan nya, dimana Bradiz yang kembali memenangkan pertandingan malam ini. Mereka semua sedang bercanda ria di atas motor. Ivana yang melihat Asya dengan nafas nya yang begitu tersenggal-senggal merasa heran.

"Darimana sih lu?" tanya Anya sedikit ngegas.

"Gue abis nolongin Kelvin tadi" jari Asya menunjuk mengarah belakang. Menandakan bahwa ia baru saja menolong Kelvin di belakang jalan yang tampak sepi itu. Memang sangat sepi, sampai-sampai tidak ada orang yang berlalu lalang sama sekali.

"Kelvin? dia kenapa emang?" tanya Ivana bergantian.

"Di keroyok orang"

"Terus lu gapapa?" spontan Key memutar balikkan badan Asya berulang kali. Ia hanya ingin melihat keadaan Asya, apakah ia terluka atau tidak.

"Key, pusing tau"

"Gue gapapa, kek gak tau gue aja" ucap Asya dengan mengibaskan rambutnya, hingga mengenai wajah Ivana yang tengah fokus menatapnya.

"Biasa aja kalik, rambut lu kemakan ini!" sinis Ivana.

"Pulang yuk, udah hampir pagi, besok kita sekolah" Anya menaiki motor sport nya lebih dulu dan mulai menjalankan motor nya keluar dari kawasan balapan liar.

Disisi lain, Kelvin juga hendak pulang tetapi mata nya kembali menatap perban di tangan nya yang tadi sempat Asya obati. Dengan senyuman yang masih merekah ia terus membayangkan gadis yang tadi telah membantunya.

"Bisa gila gue lama-lama"

Kelvin berusaha menaiki motor nya. Luka di kakinya sangat sulit untuk di tekuk, tapi sebisa mungkin ia harus menahan nya sampai rumah. Ia juga takut jika Oma nya akan terbangun dan mengkhawatirkan nya.

Sedangkan Asya kini sudah bersiap-siap untuk tidur. Ia mulai meregangkan otot-otot tangan nya yang sangat pegal dan berniat ingin tidur walaupun hanya beberapa jam saja. Pikirannya kembali mengingat bagaimana tatapan mata Kelvin saat menatap nya tadi.

Asya berguling-guling di atas kasur nya, rasa salting nya sudah mulai meraja lela. Bibir nya seperti ada tarikan untuk selalu tersenyum bila ia mengingat kembali kejadian itu.

"Kelvin tanggung jawab lu!"

"Bikin gue baper aja bisanya"

Ia langsung memaksakan mata nya untuk terpejam, jika tidak di paksakan bisa-bisa ia tidak tertidur seharian. Karena merasa sangat lelah sampai-samapi gadis itu cepat sekali terlelap dalam tidur nya.

Suara alarm berdering sangat nyaring, membuat sang pemilik alarm terganggu, ia segera mematikan alarm itu, dengan rasa terpaksa Asya kembali membuka mata nya.

"What?! Jam 7?!" Asya terkejut. Seketika ia beranjak dari kasur nya, dan berlari menuju kamar mandi. Yang benar saja, seperti nya belum lama ia memejamkan mata, mengapa sekarang sudah pukul tujuh saja?

Setelah selesai dengan ritual mandi bebek. Asya mulai memakai seragam, dan mengoleskan sedikit gel di area kantung mata untuk menutupi mata pandanya.

Asya sudah siap, ia segera turun. Dilihat nya base camp ini begitu sepi dan sunyi, "Kampret, di tinggal sendirian gue, liat aja di sekolah gue hajar satu-satu"

Tidak mau membuang waktu terlalu lama, Asya langsung mengunci pintu dan mengeluarkan motor Vespa dari garasinya. Diperjalanan Asya terus saja merutuki kebodohannya sendiri.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang