29. Katakan Sebenarnya

13.7K 1.2K 177
                                    

Jam pelajaran telah berakhir, kini seluruh siswa SMA Cakra Birawa bisa beristirahat dengan tenang. Mereka mulai menghampiri kantin dengan suasana perut lapar. Seperti hal nya dengan Anya yang sedang membujuk Fino agar mereka bisa makan bersama.

"Kamu kenapa? Kita makan bareng ya?"

"Aku udah kenyang, kamu duluan aja, aku ada urusan."

"Sama siapa?"

"Icha." jawaban Fino mampu membuat mood Anya memburuk. Sebenarnya ada hubungan apa gadis itu dengan kekasihnya? Anya sangat kesal. Gadis itu selalu menganggunya.

"Iya udah, nanti kalau udah selesai kabarin aku lagi ya." Fino berjalan meninggalkan gadis itu tanpa sepatah kata apapun. Padahal semalam ia masih tertawa bersama. Anya jadi merindukan Fino yang sebelumnya.

Anya bisa saja melabrak Icha, tapi sepertinya ia tidak berani. Karena Fino pasti akan marah jika tau Anya kembali membuat onar di sekolahannya. Kini ia dan para sahabatnya tengah berada di dalam kantin sembari menunggu Asya datang.

Tak lama orang yang mereka tunggu akhirnya datang. Asya langsung memesan makanan terlebih dahulu mendahului para sahabatnya. Perut nya sudah tidak bisa lagi menahan rasa lapar.

"Kenapa lu, Sya?" Ivana mulai melontarkan pertanyaannya.

"Laper,"

"Terus gimana misi lu? Berhasil?"

"Berhasil dong," ungkap Asya sangat senang. Bagaimana tidak? masakannya saja sangat disukai Kelvin. Bahkan lelaki itu memakan masakannya di hadapan dirinya sendiri.

Asya kembali menatap perban ditangannya. Ia sudah tidak betah mengenakan kain perban seperti ini lagi. Dibantu dengan Moza, ia mulai melepas balutan kain itu dengan sangat hati-hati. Hanya ada bekas luka goresan saja yang masih tampak jelas. Namun rasa sakitnya sudah begitu pudar.

"Udah mendingan?" kata Key.

"Udah," jawab Asya singkat. Ia lalu berpaling menatap Anya yang sejak tadi terus diam dengan wajah murung. Tidak biasanya gadis ini diam. Pasti ada sesuatu yang tengah terjadi.

"Lu kenapa?"

"Fino cuekin gue, chat gue semalem aja nggak dibales sampai sekarang-"

"Waktu tadi gue nyegat dia, eh malah ada urusan sama si Icha." lanjutnya. Mood Anya saat ini memang benar-benar buruk. Nafsu makannnya saja menjadi sedikit menurun. Fino sangat membuat dirinya pusing.

"Putusin," celetuk Key. Gadis itu kembali mendapat tatapan tajam dari Anya.

"Gue gak mau!"

"Kenapa?"

"Ya, karena gue sayang sama dia lah!"

"Yakin?"

"Yakin lah! gue sama Fino udah saling melengkapi, jadi gak ada hambatan yang bisa halangin kita berdua"

"Ada yang bisa,"

"Siapa?"

"Tuhan." ucap Key singkat. Namun ucapan gadis itu membuat Anya tersadar dan tertohok. Ia kembali mengingat tentang perbedaan mereka. Mereka saling berbeda keyakinan. Anya yang beribadah di sebuah Gereja, sedangkan Fino di Masjid. Jadi, dimana letak kesamaan mereka?

"Bener kata Key, cepet atau lambat lu bakal ngerasain yang namanya perpisahan, Anya." Asya mencoba mengatakan secara lembut, karena ia tidak ingin jika perkataannya akan melukai hati gadis itu.

"Gue siap kok sama yang namanya perpisahan." ucap Anya lantang. Ia tersenyum manis. Namun mata gadis itu tidak bisa berbohong dari hadapan semua teman-temannya.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang