16. Kebaikan yang tidak akan terlupakan

15.9K 1.7K 18
                                    

"Pak, tolong bawa mereka semua"

"Biaya Rumah Sakit saya yang akan bayar"

"Siap, Mbak" petugas Rumah Sakit langsung mengangkat kesepuluh pria itu kedalam mobil ambulance. Amarah Asya mulai mereda, tetapi nafas nya masih tak beraturan.

"Sya, ada apa sebenernya?"

Mereka semua memilih duduk di trotoar pinggir jalan. Anya masih menunggu jawaban dari Asya yang kini tengah melamun dengan pandangan kosong.

Asya sediripun bingung, ia tidak mengenali pria itu, tetapi mengapa ia mengatakan bahwa dirinya pembunuh?

Bahkan Asya sama sekali tidak pernah membunuh seseorang, sebenarnya apa yang terjadi sebelum nya? mengapa Asya seperti orang bodoh yang tidak mengetahui apapun.

"Gue juga gak tau"

"Lu kenal sama mereka?" tanya Key, dengan memijat pelan kakinya yang sengaja ia selonjorkan.

"Gue gak kenal sama mereka, tapi mereka kenal sama gue"

"Mereka sempet bilang gue pembunuh" jawab Asya melemah.

"Sya, lu pernah bunuh orang?" tanya Ivana serius.

"Gila lu ya, kagak lah!" sentak Asya.

"Tapi seru juga ya, udah lama kita kagak berantem" Anya tertawa keras. Ketiga teman nya langsung menatap Anya kesal.

"Seru pala lu! gue hampir sekarat bege!" Ivana kembali mengingat lawan nya tadi. Lawan yang ia sebut cosplay sebagai Upin Ipin.

"Pegel-pegel bandan gue, balik yuk" Asya berdiri menghampiri motor nya yang masih diam terparkir dipinggir jalan, diikuti ketiga sahabatnya.

Mereka memilih untuk kembali ke base camp. Setelah itu baru ia akan pergi ke rumah sakit. Melihat keadaan lawan nya, terutama Antaris, ketua geng itu.

******

Sesampainya di bace camp, mereka membantu Asya untuk mengobati sedikit luka nya, karena hanya Asya yang terluka.

"Gue masih bingung, kenapa gue yang di tuduh pembunuh" ucap Asya dengan perasaan tak enak hati.

"Ada yang gak beres sih menurut gue" kata Ivana dengan tangan yang tengah mengobati luka di bagian kaki Asya.

"Lu beneran gak inget apa-apa?" tanya Anya menimang-nimang. Asya mencoba mengingat apa yang sebelum nya tengah terjadi. Tetapi kepalanya seakan sangat sakit secara tiba-tiba.

"Akkhhhh" Asya terus memegangi kepala nya yang sakit. Membuat ketiga teman nya sangat cemas.

"Sya, lu kenapa?"

"Heh Sya!" ujar Key panik.

Rasa sakitnya perlahan memudar, diganti dengan rasa pusing di bagian kepalanya. Asya masih mengingat kembali perkataan Antaris. Dua tahun? ada apa dengan dua tahun yang lalu? itu yang membuat Asya bertanya-tanya.

"G-gue gapapa, aman-aman"

"Ayo ke Rumah Sakit"

"Mau jengukin mereka?" tanya Ivana malas. Mengapa juga mereka harus menjenguknya? padahal jelas-jelas mereka yang sudah memulai perkelahian.

"Iyalah. Mereka tetep tanggung jawab kita, kan kita juga yang bikin babak belur"

"Tapi mereka dulu yang mulai!" sentak Anya tak terima.

"Maafin aja ya?" ucap Asya lembut, ketiga teman nya pasrah, dan mengikuti apa kata Asya.

"Key, lu yang nyetir mobil ya?"

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang