Hari Sabtu, dimana seluruh siswa SMA Cakra Birawa menikmati masa libur nya. Sekolah itu hanya menerapkan lima hari bersekolah.
Asya terbangun. Sinar itu belum seutuhnya muncul dari arah timur. Kegelapan masih terlihat, walaupun sudah ada beberapa bagian yang terkena pantulan cahaya matahari. Sebelum sinar itu akan menunjukkan jati dirinya, Asya segera bergegas menuruni tangga.
Saat sampai di pertengahan tangga, ia mencium aroma rempah-rempah yang begitu harum. Apakah teman nya yang memasak? tapi tidak mungkin, kamar mereka saja masih tertutup rapat.
Asya segera berlari untuk mengecek dapur. Betapa lega nya ia ketika melihat Moza yang sedang memasak. Kini sudah banyak hidangan yang ada di atas meja makan, semua ini adalah buatan Moza.
"Moza, lu bisa masak?" tanya Asya masih setengah sadar.
"Eh, Kak Asya ngagetin aja. Bisa dong gue gitu loh..."
"Kenapa gak bangunin gue tadi? kan bisa gue bantu"
"Takut ganggu, hehehe"
"Aishhh" Asya terus melihat masakan Moza yang telah dibuatnya, masakan ini begitu lezat walaupun hanya di lihat. Aroma nya pun juga sangat harum.
Karena semua masakan sudah siap di meja makan, Asya berinisiatif untuk membangunkan semua punghuni rumah ini. Tidak dengan menghampiri kamar mereka satu persatu, tetapi dengan ide jail nya yang kembali muncul.
Asya terus mencari alat itu disetiap sudut markas nya. Ia berhasil mendapatkan benda itu. Toa speaker ini lah yang dulu sempat Anya ambil dari sekolah.
"Gue bangunin bentar" Asya terus mencoba untuk menyalakan speaker itu.
"Tes tes"
"087258 sudah lama menunggu tapi belum ada kepastian..."
"Hiyaa...nyesek"
"Nah udah bisa nih" Alat itu berhasil menyala. Untung saja alat ini tidak rusak karena sudah lama tidak pernah Asya gunakan.
"SAOR SAOR SAOR!"
"DIHARAPKAN SELURUH PENGHUNI RUMAH INI SEGARA TURUN UNTUK MENGIKUTI SARAPAN BERSAMA!"
"GUE ITUNG NIH YA SAMPE SERATUS!"
"Kebanyakan Kak..." Moza terus memandang wajah Asya. Ternyata orang yang berada di hadapannya masih bisa bercanda. Awal nya Moza kira Asya wanita yang selalu serius, seperti yang dikatakan orang-orang di sekolahannya bahwa Asya adalah gadis judes dan cuek. Tetapi semua itu tidak benar.
Bagi Moza Asya wanita yang sangat baik, tak lupa dengan ketiga inti Bradiz yang juga begitu baik padanya. Jadi kesimpulannya adalah jangan melihat seseorang dari cover dan dari ucapan orang-orang disekitar. Terkadang sesuatu yang di katakan oleh orang lain belum benar adanya.
"EH IYA, MAAP. GUE ITUNG SAMPAI TIGA, NIH!" ucap Asya berteriak disebelah telinga Moza.
"SATU!"
"DUA!"
"DUA SEPEREMPAT!"
"DUA SETENGAH!"
"BERISIKKKKKK!!" Anya berteriak dari atas lantai dua, ia menghampiri Asya dengan jalan tergesa-gesa. Di sumpel nya mulut Asya menggunakan kain yang ia bawa dari dalam kamarnya sendiri.
"Diem ya, cantik." ucap Anya dengan menepuk pelan pipi Asya. Caranya kini berhasil membangunkan keenam orang sekaligus untuk sarapan bersama.
Satu persatu mulai turun dan duduk di atas kursi meja makan dengan sangat rapi. Ivana dan Key masih setia menutup matanya walaupun mereka sudah berkumpul di meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓ [SEGERA TERBIT]
Fantasy"Kelvin, terimakasih dan sampai jumpa..." Ini tentang Zatasya Louvina. Wanita yang banyak sekali memiliki musuh dihidupnya. Bagaimana seorang Asya bisa memiliki musuh? Itu terjadi karena peristiwa dua tahun yang lalu. Asya sendiri termasuk salah sa...