Lucu rasanya, ketika ikatan darah itu sudah tidak lagi memiliki sebuah arti.
- asya
Asya tengah menatap jendela rumahnya dengan tatapan kosong. Air mata gadis itu masih mengalir deras. Perkataan David terus memutar dikepalanya. Dan juga banyak pertanyaan-pertanyaan yang menggumpal di otak Asya.
"Kalau Ayah gak sayang Asya, terus Asya harus sayang siapa?"
Tangisannya kembali deras setelah dirinya mengatakan kalimat itu. Asya hanya ingin tahu mengapa perlakuan David kepada Asya berbeda.
Tiba-tiba pintu kamarnya sedikit terbuka. Asya mengacuhkan kedatangan orang itu. Ia tetap menatap jendela kamarnya dengan tatapan kosong dan buliran air mata yang terus berjatuhan.
"Sayang..."
Asya mendengar suara itu, jelas itu adalah suara Asih, Bundanya. Namun suara itu tetap tidak mengubah pandangan Asya yang hanya terfokus pada jendela.
"Asya salah lagi ya, Bunda?"
"Kalau memang Ayah tidak suka dengan kehadiran Asya, mengapa dari dulu Ayah tidak membuang Asya saja"
"Tapi benar kata Bunda, sebenarnya Ayah sayang kan sama Asya? Buktinya Ayah tadi khawatir sama Asya" Asya terkekeh, tatapan gadis itu berpaling menatap Asih yang tengah menahan air matanya.
"Sini Bunda, duduk disebalah Asya" Asya menepuk kasur disebelahnya. Ia menyuruh Asih untuk duduk di sampingnya.
Asih berjalan menghampiri Asya dan langsung memeluk anaknya begitu erat, "Jangan dengarkan kata Ayah ya? Kamu itu anak Bunda yang paling baik"
"Maafkan perkataan Ayah mu" Asih mencium pucuk kepala Asya dengan setetes air mata yang berhasil lolos.
"Iya, Bunda"
"Kenapa kamu tidak mau mengatakan yang sejujurnya saja pada Ayah?"
Mendengar perkataan itu Asya langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Tidak Bunda, Asya tidak mau Ayah tau"
"Tapi, Bunda jangan bilang rahasia Asya ke Ayah ya? Bunda tetap harus jaga rahasia itu sampai Asya yang mengatakannya sendiri, oke?"
"Baiklah kalau begitu, Bunda tetap akan menjaganya. Darimana saja kamu tadi? Kenapa tidak telfon Bunda sebelum kesini?" tanya Asih.
"Asya tadi dari rumah Kelvin buat angetin badan. Karena tadi kita main hujan-hujanan di jalan hehe"
"Terus Asya ketemu sama Oma nya Kelvin. Namanya Oma Bunga, orangnya baik banget sama Asya. Asya sengaja gak telfon Bunda karena mau ngasih kejutan" lanjutnya.
"Bunda, Asya mau peluk..." Asya merentangkan tangannya. Asih langsung menarik gadis itu ke pelukannya. Dielus nya rambut Asya yang tergerai panjang. Ia mengelus rambut Asya sembari menyanyikan lagu kesukaan putrinya dengan suara kecil.
Namun tanpa Asih sadari ternyata Asya sudah tertidur di dalam pelukannya. Deburan nafasnya begitu tenang. Wajah Asya saat tidur pun juga memiliki kesan damai. Asih segera menaruh tubuh Asya keatas kasurnya, ditariknya sebuah selimut hingga menutupi dada gadis itu.
Wanita itu menatap putrinya dengan tatapan pilu. Sebelum ia keluar dari kamar Asya, Asih menyempatkan untuk mencium kening putrinya terlebih dahulu, "Selamat malam peri kecil Bunda..."
Asih keluar dari kamar Asya dengan menyeka air matanya. Bergantian dengan Rita yang datang. Wanita itu masuk kedalam kamar Asya seraya menatap Asya sedu. Asya yang sudah Rita anggap sebagai anak kandungnya sendiri kini harus kembali merasakan kesedihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓ [SEGERA TERBIT]
Fantasia"Kelvin, terimakasih dan sampai jumpa..." Ini tentang Zatasya Louvina. Wanita yang banyak sekali memiliki musuh dihidupnya. Bagaimana seorang Asya bisa memiliki musuh? Itu terjadi karena peristiwa dua tahun yang lalu. Asya sendiri termasuk salah sa...