"Selamat pagi Ayah" sapa Asya sangat ceria. Asya hanya ingin melupakan kejadian tadi malam yang membuat dirinya begitu sedih. Gadis itu masih menunggu jawaban David yang tengah duduk di meja makan. Ia masih tersenyum manis, lalu senyuman itu luntur ketika David sama sekali tidak menjawabnya.
"Selamat pagi Ayah..." sapa Alena bergantian dengan nada sangat keras.
"Selamat pagi juga sayang, sini duduk di samping Ayah" balas David sangat lembut.
Asya masih menatap mereka dengan tatapan sedu. Apakah suara Asya belum terdengar keras? Sampai-sampai untuk menjawabnya pun David enggan.
"Selamat pagi anak Bunda, Asya duduk di samping Bunda ya?" Asih sudah menatap Asya sejak tadi. Ia sedikit sedih saat menatap wajah pilu Asya.
Gadis itu tersenyum tipis dan mulai menghampiri Asih. Ia memilih duduk di samping wanita itu dengan menutupi kesedihannya. Sudah banyak makanan yang berada di depan mata Asya, namun seperti biasa gadis itu hanya tertuju kepada selembar roti dan selai coklat kesukaannya.
Asih mengambil selembar roti itu dan mulai mengoleskan sedikit selai coklat di atasnya. Ia segera menyodorkan roti itu kepada Anaknya dengan tersenyum lebar. Seperti hal nya dengan Asih, Asya juga menerima roti pemberiannya dengan senyuman manis andalannya.
Asya langsung melahap habis roti itu dan segera meneguk susu coklat di sebelahnya sampai tak tersisa setetes pun. Asya hanya tidak mau memakan banyak waktu, karena hari ini ia ingin beranjak pergi ke sekolah bersama David dan juga Alena. Asya sudah lama tidak melakukan hal itu.
"Alena jaga Bunda ya?, Setelah ini Ayah harus pergi keluar kota lagi" ucap David. Asya menoleh dan menatap ke sumber suara. Pria itu tengah asik mengusap rambut Alena dengan perasaan sayang.
"Yah...Ayah kan baru pulang, kenapa harus pergi lagi?" tanya Alena dengan memanyunkan bibir.
"Karena ini memang sudah kewajiban Ayah"
"Mas, mau aku bawakan makanan?" tawar Asih. Asya beralih menatap Asih dengan tatapan berbinar, "Bunda, biar Asya saja yang menyiapkan makanan untuk Ayah"
David menatapnya intens. Gadis itu langsung berlari menuju dapur untuk mengambil tempat makan yang akan David bawa. Asya kembali menuju meja makan untuk mengambil nasi beserta lauknya. Gadis itu menata makanan David dengan sangat rapi dan terkesan lucu. Ia segera memberikan tempat makan itu kepada David dengan sopan. David langsung merebut pemberian Asya sedikit kasar dengan tatapan tidak sukanya.
"Kalau gitu aku berangkat ya, Alena ayo berangkat bersama Ayah" ujar David bangkit dari kursinya. Ia berpamitan dengan Asih dan mencium kening istri tercintanya.
"Ayah, Asya ikut ya?" ucap Asya. David kembali menatapnya dengan tatapan tidak suka. Pria itu langsung melangkah pergi bersama Alena. Namun Alena terus menatap Asya yang sedang mengambil tas sekolahnya, "Ayah, tunggu Kakak"
"Biarkan saja"
Asya mengambil tas sekolahnya yang berada di kamar. Saat ia turun untuk menikmati sarapan, Asya baru tersadar jika dirinya lupa membawa tas sekolah dipunggung nya. Setelah mendapatkan benda itu, ia langsung berlari dengan kecepatan kilat. Tak lupa, ia berpamitan dengan Rita dan juga Asih yang berada di meja makan, "Gurita, Asya sekolah dulu ya"
"Bunda, Asya berangkat ya" setelah gadis itu mencium telapan tangan Rita dan Asih, ia kembali melanjutkan langkahnya menghampiri David.
"ASYA HATI-HATI, JANGAN LARI-LARI NANTI KAMU JATUH" ucap Asih sedikit teriak. Asya membalas ucapan Asih dengan mengangkat ibu jarinya keatas kepala.
David dan Alena sudah masuk kedalam mobil. Asya sudah bertekad untuk membuka pintu mobil bagian belakang. Namun David sudah lebih dulu menguncinya. Asya terus berusaha membuka pintu itu, namun apa boleh buat? Pintu itu tetap terkunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓ [SEGERA TERBIT]
Fantasy"Kelvin, terimakasih dan sampai jumpa..." Ini tentang Zatasya Louvina. Wanita yang banyak sekali memiliki musuh dihidupnya. Bagaimana seorang Asya bisa memiliki musuh? Itu terjadi karena peristiwa dua tahun yang lalu. Asya sendiri termasuk salah sa...