Asya sudah berada didalam kantin bersama teman-temannya. Wajahnya sangat kesal, ia kesal karena ucapan Kelvin tadi. Padahal Asya sudah sangat berharap, tapi ternyata lelaki itu hanya bercanda. Tidak bisakah ucapan itu serius? Asya sangat menginginkannya.
"Kenapa lu Sya?"
"Gak"
"Dih, ngapa sih lu?" Tanya Ivana lagi. Asya yang kesal karena terus diberi pertanyaan langsung menatap Ivana sinis.
Mood nya sedang tidak baik. Ia meletakkan kedua tangannya diatas meja dengan bibir yang sengaja ia kerucutkan. Gadis itu langsung merebut nasi goreng milik Anya yang sedang dinikmatinya. Ia memasukkan lima sendok makan nasi goreng kedalam mulutnya tanpa meminta ijin terlebih dahulu kepada Anya.
"Ih...babi nyeee"
"Nyobain" ucap Asya singkat.
"Nyobain mah sesendok doang, lah elu udah berapa sendok itu?!" Gerutu Anya. Asya langsung mengembalikan piring itu kepada Anya. Tenang saja, makanan gadis itu tidak ia habiskan.
Namun acara makannya kembali terganggu karena kedatangan Salsa, "Anya, ditungguin Bu Candra tuh di perpustakaan"
"Lah, mau ngapain emang?"
"Gue gak tau, gih buruan" Salsa meninggalkannya. Sedangkan Anya menatap makanannya memelas. Padahal nasi goreng nya belum sempat ia habiskan, namun lagi-lagi acara makannya terganggu.
"Udah sono, keburu di ceramahin Bu Candra lu" suruh Key. Gadis itu hanya mengangguk dan berjalan menuju perpustakaan dengan langkah malas.
Keempat gadis itu kembali memakan makananya. Moza juga sangat lahap, ia sejak tadi terus diam dan sangat menikmati pesanannya.
Moza sudah Asya anggap sebagai anggota Bradiz. Moza adalah anggota Bradiz termuda setelah Asya. Dibalik wajah Moza yang polos terdapat nyali yang kuat. Sekarang Moza juga menjadi bahan rebutan bagi sebagian pria di sekolahnya. Mereka berusaha mendekati Moza namun gadis itu terus mengacuhkannya karena sepertinya Moza jatuh hati pada Arga.
"Za, lu suka sama Arga?" Tanya Asya tiba-tiba.
Uhuk uhuk
Moza yang tadinya tengah menikmati makanannya menjadi tersedak karena pertanyaan Asya. Gadis itu menatap Asya dengan tatapan takut.
"Hehehe suka sih...cuma Moza takut. Takut kalau di tolak sama Bang Arga"
"Idih bego, perjuangin lah!" Sentak Ivana.
"Lu positif thinking aja, urusan di tolak atau gak itu belakangan. Deketin aja dulu, kasih Arga kenyamanan. Tapi, lu tetap harus jadi diri lu sendiri. Jangan sampai lu berubah jadi orang lain hanya karena cuma mau di sukain sama Arga" lanjutnya. Asya dan Key juga mengangguk setuju atas ucapan Ivana.
"Emang nya Kak Asya gapapa?" Tanya Moza ragu-ragu.
"Ya gapapa lah, gak usah takut sama gue. Di hati gue cuma ada Kelvin seorang, ceeiilah...." Ucapan gadis itu mampu membuat kedua temannya kesal. Mereka lantas menoyor kepala Asya sangat gemas.
"Ketua kita bisa bucin juga ya ternyata,"
"Baru pertama kali gue liat ibu negara bisa sebucin ini" ucap Ivana dan Key bergantian. Asya sudah menemukan orang yang cocok untuk ia perjuangkan. Itu membuat teman-temannya juga ikut senang.
Mereka kembali bercanda bersama di dalam kantin. Namun Asya kembali berfikir, ia terus mencari Andra keseluruh sudut kantin. Tumben sekali gadis itu tidak mengganggunya. Tapi biarlah, Asya sedikit merasa damai atas ketidak hadiran Andra.
Asya baru ingat tentang rencananya untuk membalas perbuatan Fino. Kali ini ia tidak bisa memaafkannya, walaupun Anya terlihat acuh dihadapan Fino namun saat gadis itu sudah berada dikamar, ia akan menangis lagi dan terus menyebut nama Fino setiap malamnya. Tapi Asya yakin jika gadis itu lama kelamaan akan melupakan Fino.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓ [SEGERA TERBIT]
Fantasy"Kelvin, terimakasih dan sampai jumpa..." Ini tentang Zatasya Louvina. Wanita yang banyak sekali memiliki musuh dihidupnya. Bagaimana seorang Asya bisa memiliki musuh? Itu terjadi karena peristiwa dua tahun yang lalu. Asya sendiri termasuk salah sa...