"BUNDAAAA," Asya berlari menuju Asih dengan perasaan rindu nya. Diperjalan menuju rumah ia sempet bingung, harus mulai dari mana Asya katakan yang sejujurnya kepada Asih tentang rahasia nya. Asya juga tidak mau jika harus terus-terusan untuk berbohong.
Tapi Asya tetap akan mengatakan semua nya, sedikit demi sedikit Asya akan menceritakan semua itu.
Dipeluk nya Asih dengan sangat erat, "Bunda..Asya kangen banget," Asih mengelus rambut Asya dengan rasa sayang.
"Bunda juga kangen sama kamu" Asih langsung mencium kening Asya, putri nya kini sudah tampak besar, padahal rasanya Asya seperti baru lahir kemarin.
Asya menuntun Asih berjalan menuju sofa. Rumah nya tampak sepi, Rita dan Udin tengah mengambil cuti tujuh hari. Sedangkan Adik nya tengah mengerjakan tugas kerja kelompok di rumah teman kelas Alena.
"Bunda udah makan belum?"
"Udah sayang"
"Bunda baik-baik aja kan?"
"Iya anak Bunda.."
"Asya kan khawatir"
"Cerewet banget anak Bunda" ditarik nya hidung Asya sampai memerah, "Bunda...sakit tau" dumel nya dengan hidung yang masih memerah.
"Bunda" Gadis itu kembali memanggil nya dengan ragu-ragu.
Perlahan ia harus jujur terhadap Bundanya. Tetapi bagaimana jika Bunda nya akan marah besar? Tetapi tidak apa, Asya akan menerima semua konsekuensi nya.
"Kenapa?"
"Ada yang mau Asya bicarakan dengan Bunda," Asya mencoba mengubah posisi duduk nya menghadap Asih.
"Maaf"
"Maaf Asya sudah bohong"
"Untuk?" jawab Asih singkat. Asya makin dibuat takut jika Bunda nya sudah berkata seperti itu.
Asya mencoba menarik nafasnya dalam-dalam, ia harus mengatakan ini kepada Bundanya sekarang, "Selama ini Asya tidak pernah menginap di rumah Anya, tapi Asya menginap dirumah Asya sendiri"
"Maksud kamu?"
"Aku, Anya, Ivana dan Key memiliki rumah sendiri Bunda. Asya membeli rumah itu dengan uang kita sendiri. Bunda ingat? dulu setiap Asya pulang sekolah sampai larut malam, sebenarnya Asya bekerja sebagai pegawai cafe. Sampai akhirnya uang kami cukup untuk membeli rumah, dan karena ada rezeki sekarang cafe tempat Asya bekerja, cafe itu sekarang milik Asya Bunda," Asya bercerita dengan tatapan menunduk. Masih tidak ada jawaban dari Asih. Ia tidak mendengar Asih berbicara sejak tadi, apakah Bundanya benar-benar marah?
"Asya.." panggil Asih dengan suara bergetar. Asya segera menatap manik mata Asih. Saat itu juga, Asih langsung memeluk nya begitu erat.
"Kenapa kamu gak bilang, Nak?" suara isak tangis kini terdengar di telinga Asya.
"Asya takut Bunda akan marah"
"Bunda bukan marah, tapi Bunda bangga sama kamu" Asya melepas pelukannya, di hapus nya air mata Asih yang terus mengalir melewati pipi nya.
"Bunda jangan nangis..."
"Nanti Bunda nya Asya jadi jelek" kekeh nya.
"Dengan umur kamu yang masih terbilang remaja, kamu sudah bisa mengahasilkan uang dengan kerja keras kamu sendiri"
"Bunda bangga sama kamu" Asih kembali memeluk Asya. Sekarang Asya merasa lega, walaupun masih banyak rahasia yang belum ia katakan.
"Makasih ya Bunda"
"Tapi, Bunda jangan bilang ke Ayah atau siapa pun, rahasiakan ini dari orang-orang ya?" ucap Asya serius.
"Kenapa begitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓ [SEGERA TERBIT]
Fantasy"Kelvin, terimakasih dan sampai jumpa..." Ini tentang Zatasya Louvina. Wanita yang banyak sekali memiliki musuh dihidupnya. Bagaimana seorang Asya bisa memiliki musuh? Itu terjadi karena peristiwa dua tahun yang lalu. Asya sendiri termasuk salah sa...