34. Cemburu

13.5K 1.1K 65
                                    

Keesokan hari nya...

Seperti biasa seluruh anggota Bradiz sedang melakukan kegiatan yang dilakukan murid pada dasarnya. Keempat inti Bradiz kini tengah fokus menatap papan tulis dihadapannya. Terkecuali dengan Anya, ia sejak tadi sibuk menatap Fino dari dalam kelas nya. Kelas nya dengan kelas Fino bisa dikatakan berhadapan, jadi gadis itu bisa memantau nya melalui dalam kelas.

Anya mencengkram bolpen di tangannya sangat kuat, ia melihat jelas jika Fino tengah fokus menguncir rambut Icha. Mereka sama-sama tertawa penuh kegembiraan. Apakah Fino tidak bisa menghargai dirinya sebagai kekasih? Jika memang dia dan Icha tidak memiliki hubungan apapun, lalu mengapa setiap harinya mereka selalu dekat?

"Pelajaran kita sampai sini dulu ya, karena Ibu ada panggilan mendadak dari kepala sekolah,"

"Terimakasih semua nya" ujar Bu Maya.

"Terimakasih Bu..." sontak seluruh murid XI IPA 2 berseru menjawab ucapan Bu Maya. Satu persatu siswa mulai meninggalkan kelas dan berjalan munuju kantin. Namun tidak dengan Anya, ia masih menatap Fino dengan tatapan marah.

Sial, Fino kira dia saja yang bisa. Anya juga bisa melakukan hal sama seperti nya, "Azka, sini lo!"

Azka yang bertekad ingin melangkah keluar kelas terhenti ketika dirinya mendengar panggil Anya, "Apaan dah?"

"Duduk di depan gue" perintah nya.

Azka memilih duduk di hadapan gadis itu. Ketiga inti Bradiz masih berdiam diri di dalam kelas seraya menunggu Anya yang sedang bersama Azka. Entah apa yang ingin Anya lakukan.

"Mau ngapain lu?" tanya Azka curiga.

"Diem lo!"

"Temen lu mau ngapain dah?" Ivana berbisik disebelah Key. Gadis itu hanya mengangkat pundak nya tidah tahu. Sedangkan Asya masih menatap Anya bingung.

"Lu mau ngapain sih?" serkas Azka. Ia menjadi takut berada di hadapan Anya. Entah mengapa gadis itu menatapnya dengan tatapan kesal.

"Gue mau kuncir rambut lu"

"Tapi..."

"Apasih tapi-tapi! Banyak bacot lu ya"

"T-tapi..."

"TAPI APA LAGI?!"

"Tapi gue kan botak"ucap Azka lirih.

Anya baru tersadar jika Azka tidak memiliki rambut. Dirinya semakin dibuat kesal atas ucapan lelaki itu. Anya langsung menatap Azka datar, sedangkan pria itu malah tersenyum cengengesan dihadapannya.

"Udah lah anjir! Gue dapet bagian dark mulu," Anya kesal. Ia bangkit dari kursinya keluar kelas. Bahkan ketiga sahabatnya sudah tertawa ngakak sejak tadi.

Azka masih mencoba untuk mencegahnya, "Anya tunggu dulu, bulu ketek gue bisa dikuncir kok"

"Bodoamat lah anjir! Gedeg gue!"

Anya sudah keluar dari dalam kelas. Tetapi Azka terus mengikutinya, "Anya, katanya mau nguncir bulu ketek gue,"

"DIEM LU AZKA, NGOMONG SEKALI LAGI MULUT LU GUE AMPLAS SAMPE DATAR SEMUKA-MUKANYA!"

Azka kicep. Ia tidak berani mengikuti gadis itu lagi. Padahal ia sudah berniat baik, namun salahkan saja Anya yang lupa jika dirinya memang tidak memiliki rambut.

Asya memilih untuk menghampiri Azka dengan tertawa terbahak-bahak,"Ka, maafin temen gue ya"

"Sial masih ngakak gue"

"Gapapa Sya, udah nasibnya begini emang"

"Kalau gitu kita duluan ya" mereka memilih untuk mengejar Anya yang sedang berjalan dengan langkah penuh amarahnya menuju kantin.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang