17. Khawatir

16.1K 1.6K 11
                                    


"Kak Anya"

"Kak Key"

"Kak Ivana" Moza memanggil mereka satu persatu. Ketiga wanita itu juga memandang Moza kaget. Dipeluk nya ketiga teman Asya dengan sangat erat.

Asya melangkah berniat menarik kursi di sebelah Ivana, "Mereka akan tinggal bersama kita"

"Lu yakin Sya?" tanya Key. Asya hanya mengangguk sambil meneguk minumannya.

"Rasya, kemari" Asya memanggil Rasya untuk mendekat dan bergabung bersama mereka, "Rasya perkenalkan ini teman Kak Asya"

"Itu namanya Ivana, yang sebelah nya ada Anya, terus yang muka nya datar itu namanya Keane tapi panggil aja Key " Asya menunjuk ketiga wanita itu bergantain sekaligus memperkenalkannya. Rasya hanya tersenyum kikuk menatap mereka.

"Hai..." ucap ketiga wanita itu ramah. Mereka kembali duduk seperti semula. Tak lama, Dewi datang dengan membawa semua pesanan Asya. Karena dirasa semua pesanan sudah komplit, Dewi kembali ke bawah untuk menerima pelanggan yang lain nya.

"Selamat makan!"

Asya menatap Moza dan Rasya dengan tatapan nanar. Kedua pemuda itu sangat lahap. Pasti mereka sangat kelaparan sampai-sampai mereka hampir memungut nasi dari dalam tempat sampah, "Makan yang banyak ya"

"Oh ya, Rasya kelas berapa kamu?" tanya Anya, dengan mulut yang masih dipenuhi makanan.

"Kelas Sepuluh Kak, tapi aku udah berhenti sekolah karena biaya nya gak cukup untuk bayar SPP"

"Dimana sekolahmu sebelumnya?" tanya Ivana mulai mengintrogasi.

"SMA Pandawa"

"Oh gue tau. Apa ada yang pernah menyakitimu disana?"

"Belum ada Kak"

"Bagus lah"

Asya mendengar ucapan Rasya, ia ingin pria itu tetap harus sekolah, "Na, coba panggilin Aretta" suruh Asya, ia segera menelfon Aretta sebagai asisten pribadi Bradiz.

Tanpa memakan banyak waktu, Aretta masuk kedalam ruangan itu dengan memberi hormat kepada anggota Bradiz, "Jangan kaku seperti itu, anggap saja kita seumuran"

"Iya Sya, jadi apa yang perlu gue bantu?" tanya Aretta, dengan memberi senyuman  kepada Moza dan Rasya.

"Tolong daftarkan Rasya untuk bersekolah di sekolahan kami"

"Oke, bakal gue daftarin hari ini"

"Eh Aretta, lu udah makan?" tanya Anya.

"Belom sih"

"Suruh Dewi bikinin makanan buat lu, awas aja abis ini gue tanya Dewi lu gak pesen makan"

"Iya siap, terimakasih semuanya" Aretta segera pamit dan bergegas memasan makanan. Asya menatap teman nya dengan perasaan kagum, ia bangga karena mereka masih saling menghormati dan baik sesama orang di sekitarnya. Sedangkan Rasya masih menatap Asya tidak percaya, apakah ucapan Asya tidak main-main?

"Kak, aku serius bakal sekolah lagi?" kata Rasya, Moza juga ikut menatapnya tak percaya.

"Iya, biaya sekolahmu kami yang akan mengurus"

"Sekolah yang rajin, oke?" ucap Ivana memberi semangat.

"Pasti Kak!" jawabnya lantang.

"Kak Asya, maaf jadi merepotkan kalian" Moza menunduk takut, ia merasa tidak enak karena Asya dan teman-temannya sudah begitu banyak membantunya.

"Hey kata siapa ini merepotkan, justru kami senang" sahut Key dengan senyuman merekah. Bahkan mereka sangat senang saat membantu orang-orang yang membutuhkan.

MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓ [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang