Asya usai membawa gadis itu pergi sejak satu jam yang lalu. Ia membawanya kesebuah pondok yang tidak terlalu besar namun tidak juga terlalu kecil. Pondok ini berada didekat sebuah taman yang mungkin banyak orang tidak mengetahui nya dan tidak pernah melihatnya. Dan juga, tempat ini lumayan jauh dari keramaian.
Mungkin jika ada orang yang melihatnya, mereka bisa mengatakan jika bangunan ini merupakan sebuah rumah yang tak berpenghuni. Bangunin ini dilapisi kayu-kayu yang kokoh. Dinding, lantai, atap, semuanya Asya bangun menggunakan kayu yang sangat kuat. Ternyata tidak sia-sia ia memiliki pondok didaerah seperti ini.
Gadis disebelah Asya masih diam dengan tangan yang terus terpaut. Ia terus melihat ke seluruh sudut ruangan ini. Namun senyuman tipis berhasil terukir diwajah nya.
"Aku belum tau namamu" Asya menoleh untuk menatap wajah gadis itu dari samping.
"Aku Alika Kak"
"Kenalin, aku Asya. Aku harap kamu betah untuk tinggal disebuh pondok seperti ini"
"Pasti Kak!" balasnya antusias.
"Bagaimana kalau kita membersihkan tempat ini? agar kamu bisa cepat tidur dan istirahat," Alika mengangguk setuju. Mereka segera bekerjasama untuk merapikan tempat-tempat yang sudah dipenuhi debu.
Jika dilihat-lihat mereka seperti Adik Kakak, walaupun baru beberapa jam yang lalu mereka bertemu. Alika sudah tidak lagi merasa sedih seperti sebelumnya, sejak tadi ia hanya tersenyum dan sesekali tertawa bersama Asya.
"Sepertinya sudah selesai,"
Isi dari dalam pondok ini kembali tertata rapi dan bersih. Meskipun masih terdapat sedikit debu, namun sepertinya Alika tidak merasa terganggu. Yang terpenting kamar untuk dirinya beristirahat sudah sangat bersih.
"Kak, apa boleh tempat ini aku jadikan seperti rumahku?"
"Tentu saja boleh,"
"Tapi...apa aku juga harus membayar tempat ini?"
Asya tertawa kecil, "Tidak perlu, bahkan karena kamu sudah mau tinggal disebuah pondok seperti ini bagiku sudah sangat cukup dan membuatku bahagia"
"Kakak baik, terimaksih ya"
"Aku tidak sebaik itu. Tapi Alika, aku tidak bisa tinggal bersamamu disini. Apa kamu berani tinggal didaerah seperti ini seorang diri?"
"Kak Asya gak perlu khawatir, aku merasa aman berada disini"
"Syukurlah. Oh iya Alika, dilemari itu banyak sekali bajuku, mungkin kamu bisa memakainya. Dan ini uang untukmu membeli makanan" Asya menyodorkan beberapa lembar uang yang cukup banyak untuk Alika. Karena dirinya tidak mau jika gadis ini merasa kelaparan. Tetapi pemberian Asya malah ia tolak dengan halus, "Tidak perlu Kak, aku bisa tinggal ditempat ini saja sudah cukup. Bahkan aku memiliki beberapa uang simpanan untuk makan,"
"Dan juga, aku melihat dibelakang tempat ini terdapat kebun dengan berbagai macam buah dan sayuran. Itu semua bisa aku jadikan sebagai masakan"
Asya menghembuskan nafasnya dengan perlahan, ia merasa lega jika Alika bisa memasak dan bertahan hidup disini.
"Tapi bolehkah aku meminta tolong?" ujar Asya. Seperti perkataannya diawal, tempat ini tidak ada seorangpun tau kecuali Alika. Ia tidak mau Alika diketahui masyarakat karena itu juga akan membuatnya takut. Dan Asya juga tidak mau jika Alika terancam bahaya. Karena Asya tahu ia memiliki banyak sekali musuh yang sampai saat ini sangat membencinya.
"Apa itu?"
"Rahasiakan tempat ini dan kamu harus selalu hati-hati"
"Iya Kak, aku akan mengingat ucapan itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODYCLASS : THE FIRST WAR ✓ [SEGERA TERBIT]
Fantasy"Kelvin, terimakasih dan sampai jumpa..." Ini tentang Zatasya Louvina. Wanita yang banyak sekali memiliki musuh dihidupnya. Bagaimana seorang Asya bisa memiliki musuh? Itu terjadi karena peristiwa dua tahun yang lalu. Asya sendiri termasuk salah sa...