My Ice Prince - 39

4.3K 554 22
                                    

Selamat malam semuanya.

Gimana kabarnya? Semoga selalu sehat ya. Aamiin...

Happy reading semuanya.

💛💛💛

Shaeron dan Dirly kini sedang menonton film bersama di ruang tengah. Dirly memutuskan untuk kembali menginap dan keputusannya ini tentu saja membuat orang rumah bersorak. Mereka senang Dirly dan Shaeron bisa akur lagi, terutama Varsha. Dirly rasa dia harus berterima kasih kepada Varsha, karena ide adiknya itu kini dia bisa memeluk Shaeron yang sedang duduk di pangkuannya.

"Lu Jin itu dingin dan omongannya nyelekit, tapi bisa seromantis itu ke Gu Shengnan. Kayak kamu" kata Shaeron tanpa menatap Dirly. Matanya masih terfokus kepada drama China berjudul Dating in the Kitchen itu.

"Oh ya?! Masak aku sejahat itu?!" Dirly membalas masih dengan tangan yang memainkan rambut gadisnya.

"Suka nggak nyadar kamu ya!" kesal Shaeron sambil mencubit paha Dirly yang sudah ia duduki sejak hampir dua jam yang lalu.

"Lihat, udah selesai dramanya, sekarang waktunya belajar. Kita masih punya waktu dua jam sampai jam sepuluh" kata Dirly yang membuat Shaeron langsung mendongak dengan wajah memelas.

"Tiga episode lagi ending, Bang. Mau lihat sampai..."

"Janjinya cuma satu episode tapi aku kasih bonus satu episode lagi. Apa kamu nggak merasa malu masih minta bonus lagi?!" Shaeron seketika terdiam sebelum turun dari pangkuan Dirly dan dengan kaki yang dihentakkan kesal, ia melangkah menuju kamarnya.

Dirly hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Shaeron itu benar-benar kekanakkan, sedikit-sedikit ngambek, sedikit-sedikit marah, ditambah dia sangat keras kepala dan cerewet.

Entah apa maksud Tuhan membuatnya jatuh cinta kepada gadis itu. Padahal di luaran sana banyak sekali wanita yang jauh lebih bisa mengimbangi Dirly dalam semua aspek. Tapi hatinya hanya bisa jatuh untuk gadis kecil itu.

Dengan segera Dirly menyusul Shaeron menuju kamarnya. Dirly tersenyum kecil saat menemukan Shaeron sudah tengkurap di atas ranjangnya dengan beberapa buku di depannya. Buku tulis gadis itu terbuka namun masih kosong, tidak ada tulisan apapun di sana bahkan hanya untuk sekedar coretan.

"Belajar apa?" Shaeron nampak menoleh dengan cepat, tak menyangka jika Dirly akan menyusulnya menuju kamar.

"Ekonomi sama Matematika. Bener-bener ya yang bikin jadwal, kenapa dua mata pelajaran ini dijadikan satu?! Kan masih ada mata pelajaran yang lain lagi?!" kesal Shaeron sambil menatap bukunya lagi.

"Ekonomi? Kamu kan anak IPA" kening Dirly nampak berkerut tak paham. Bagaimana bisa anak IPA diberi Ekonomi? Apa tidak error itu otaknya?!

"Mana aku tau, Bang. Katanya peminatan gitu, dulu kelas sepuluh aku dapat Sejarah, sekarang dapat Ekonomi. Pusing aku tuh, orang Kimia aja aku nggak paham, malah dikasih yang beginian" adunya yang membuat Dirly gemas. Bagaimana tidak, wajah gadis itu sudah sangat amat keruh dan bibirnya maju beberapa senti.

"Sini aku ajarin" Dirly pun mendekati Shaeron, ikut menelungkupkan tubuhnya di sebelah tubuh mungil gadis itu. "Matematika aja, kalau Ekonomi aku juga nggak bisa" lanjutnya sambil meringis yang membuat Shaeron memutar bola matanya.

💛💛💛

Tidak seperti pagi-pagi sebelumnya, hari ini Shaeron membuka matanya dengan senyum lebar. Bagaimana tidak, kini dia sedang memuaskan diri melihat wajah bantal Dirly yang masih sangat tampan.

Mungkin Tuhan sedang sangat bahagia saat menciptakan Dirly sehingga semua yang ada di diri laki-laki itu benar-benar indah.

Lihatlah wajahnya yang tampan, tubuhnya yang tinggi dan atletis, juga otaknya yang cerdas bukan main. Shaeron tau dari Varsha jika Dirly lulus kuliah dengan begitu cepat dan dengan nilai yang bagus juga.

Dirly bahkan termasuk lulusan terbaik dari Sapienza University of Rome, salah satu universitas terbaik di Eropa. Jangan lupa program spesialisnya di University of Palermo. Laki-laki itu benar-benar tanpa cela.

Saat mengingat semua itu Shaeron selalu merasa rendah diri. Dirly sangat tampan sedangkan dia tidak secantik itu. Okay, banyak yang bilang jika Shaeron cantik dan imut dengan wajah khas Koreanya. Namun siapa yang tau kan jika itu hanya kata-kata bohong untuk menghiburnya. Hal itu karena sejak kecil, semua temannya menjauhinya karena wajahnya yang aneh. Matanya yang sipit dan hidungnya yang mungil juga kulitnya yang pucat, kata mereka itu aneh.

Lalu Dirly itu dari kalangan orang kaya, sedangkan dirinya? Mampu bersekolah di Taruna Bangsa saja sudah termasuk sebuah anugerah. Eommanya bekerja keras untuk sekolahnya, dan untuk kelangsungan hidup mereka. Bukannya Shaeron tidak bersyukur, dia hanya mengungkapkan sebuah fakta.

Kemudian Dirly itu cerdas, sangat cerdas dilihat dari almamaternya yang benar-benar W.O.W alias wow. Sedangkan Shaeron? Masuk sepuluh besar dari dua puluh tujuh siswa saja sudah sangat syukur. Tidak begitu membuat Eommanya malu. Shaeron selalu bodoh meskipun dia sudah belajar dengan bersungguh-sungguh. Otaknya benar-benar sangat sulit untuk diajaknya berkompromi dalam urusan belajar.

Dan yang paling Shaeron benci, Dirly sehat sedangkan Shaeron memiliki kelainan. Ya, Dirly bilang jika autophobianya bukanlah penyakit. Setiap orang pasti memiliki ketakutannya sendiri-sendiri dengan hal dan kadar yang berbeda. Namun Shaeron selalu merasa jika penyakitnya ini kelak akan selalu menyulitkan Dirly.

"Puas lihatin aku?" tanya Dirly dengan mata yang terbuka, membuat Shaeron yang wajahnya memang dia dekatkan ke wajah Dirly menjadi memerah.

Shaeron akan menarik kepalanya namun dengan cepat Dirly menarik leher Shaeron hingga kini bibir mereka saling menempel. Hanya menempel, tidak ada yang menggerakkan bibirnya. Mata mereka saling menatap dalam, mencoba mengutarakan apa yang sedang mereka rasakan dalam diam.

"Makasih untuk morning kissnya" kata Dirly setelah melepaskan tautan bibir mereka. Dengan senyum lebar Dirly mendaratkan kecupan di kening Shaeron sebelum bangkit dari tidurnya.

"Aku masak dulu, kamu sekarang mandi. Nanti kalau selesai makan kamu yang cuci piring, gantian aku yang mandi" kata Dirly sebelum membuka pintu kamar Shaeron dan segera berlalu. Meninggalkan Shaeron yang masih melongo di tempatnya.

Sungguh Shaeron merasa sangat terkejut sekarang. Pertama karena ciuman mereka. Memang tadi bukanlah ciuman pertama mereka, tapi melakukannya di atas ranjang dan di pagi hari benar-benar membuat Shaeron berhalusinasi menikah dengan laki-laki itu. Kedua karena senyum manis laki-laki itu. Tadi adalah senyuman terlebar yang pernah ia lihat dari Dirly. Dan ia semakin bahagia karena alasan senyum laki-laki itu adalah dirinya.

Dengan wajah yang memerah padam, Shaeron menyerukkan wajahnya ke bantal lalu berteriak dengan keras. Bodoh amat kalau Dirly bisa mendengar teriakannya, yang Shaeron tau ini adalah cara satu-satunya untuk mengungkapkan kebahagiaannya di pagi hari ini.

"Damn, Dirly Nugraha, you driving me crazy"

💛💛💛

Gimana menurut kalian part ini? Suka nggak? Kalau suka jangan lupa vote and comments ya.

Satu kata untuk Shaeron?

Satu kata untuk Dirly?

See you soon.

Much love💚
Effe👰🏻
13 Juni 2021🌱

My Ice Prince✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang