Selamat malam semuanya.
Maaf ya lama nggak update, soalnya buntu banget mau digimanain cerita ini😭
Happy reading semuanya.
💛💛💛
Aku menyetir dalam keadaan kacau, saat ini perasaanku sedang dalam mood yang tidak baik. Hatiku sedikit tercubit saat menyaksikan dengan mataku sendiri bagaimana Shaeron menangis dan memaafkan Neneknya dengan begitu mudahnya. Shaeron memaafkan orang yang sudah memberikan banyak luka untuknya dan Ibunya, baik secara fisik maupun psikis.
"Shit!" aku mengumpat saat mobilku hampir saja menabrak mobil yang lain. Dengan jantung yang berpacu cepat, aku akhirnya menghentikan mobilku di tepi jalan.
Aku menyandarkan keningku ke kemudi, merutuki diriku sendiri yang melamun saat menyetir yang menyebabkan nyawaku dan nyawa orang lain dalam bahaya. Saat ini aku benar-benar tidak bisa menyetir sendiri, pikiranku sedang tidak bisa fokus karena otakku hanya ingin memikirkan gadisku. Shaeronku yang manis benar-benar terlalu baik.
"Kak..." lirihku saat sambungan telefon sudah diangkat oleh orang yang aku tuju.
"Dirly? Kenapa?" suara Kak Romeo benar-benar satu-satunya yang aku butuhkan sekarang. Walau kami tidak dekat bahkan terkadang suka bertengkar, dia adalah satu-satunya laki-laki selain Papa yang bisa menenangkan diriku.
"Aku mau ketemu Kakak. I need you right now" lirihku memelas. Aku bisa mendengar umpatan kecil seorang wanita di ujung sana. Laki-laki ini memang benar-benar tidak ada kapok-kapoknya bermain wanita.
"Mau ketemu di mana?" aku tersenyum tipis mendengar jawabannya yang diucapkan dengan nafas yang saling berkejaran. Aku tebak dia sedang sibuk menggunakan pakaiannya lagi.
"Apartemen Kakak. Tapi aku mau Kakak jemput aku di dekat Hotel Nirmala, aku lagi nggak bisa nyetir sendiri" aduku seperti adik kecil kepada Kakaknya.
"Okay, lima menit lagi Kakak sampai" putusnya sebelum sambungan dimatikan. Aku kembali menyandarkan kepalaku ke kemudi. Mencoba mengistirahatkan tubuhku barang sejenak saja.
Shaeron Amaris Lee, gadis itu adalah duniaku sekarang. Entah apa yang bisa aku lakukan saat dia tidak ada di hidupku nantinya, yang aku tau adalah aku bisa saja mati saat itu juga.
Aku tau ini terdengar berlebihan, tapi di hidupku, Shaeron bagaikan keajaiban. Shaeron yang cerewet melengkapiku yang pendiam. Shaeron yang hangat melengkapiku yang kata orang sangat dingin. Dan Shaeron yang ceria melengkapiku yang jarang tersenyum.
Sejak dulu aku bertanya-tanya mengapa semua wanita mundur teratur saat mengetahui sosokku yang sebenarnya. Sosokku yang cuek dan dingin. Aku selalu berfikir jika mereka memang mencintaiku, mereka pastinya akan mencoba menerimaku apapun yang terjadi. Ternyata aku salah, wanita manapun tentunya mau dimanjakan, bukan mendapat kata-kata yang dingin dan seringkali tidak diperhatikan.
Sejak dulu aku mencari sosok wanita yang dewasa dengan latar belakang yang baik, pendidikan yang tinggi, juga dengan sifat yang sama sepertiku. Dengan begitu kami tidak akan pernah saling menuntut satu sama lain untuk menjadi sosok yang lebih manis.
Lagi-lagi aku salah. Ternyata sosok yang aku butuhkan adalah sosok yang mampu melengkapiku. Dan seorang Shaeronlah pemenangnya.
Shaeron memang bukan sosok wanita dewasa yang selalu aku idam-idamkan, namun darinya aku tau bagaimana caranya menikmati hidup. Dari Shaeron aku banyak belajar untuk mensyukuri kehadiran orang-orang yang sebelumnya aku rasa tidak begitu penting. Gadis itu berhasil menyita semua cinta dan perhatianku. Buktinya saat ini hanya dia dan selalu dia yang berputar-putar di pikiranku.
Tok... tok... tok...
Ketukan di kaca mobilku membuat aku mendongak dan benar saja, Kak Romeo ada di sana dengan wajah yang diselimuti keringat. Aku segera turun dan Kak Romeo menatapku dalam-dalam seakan menyelidiki apa yang sedang terjadi kepadaku.
"I'm not drunk" kataku saat tau arti tatapannya yang menuduh itu.
"Terus kenapa nggak bisa nyetir?!" tanyanya dengan nada yang meninggi. "Ah udahlah kita ke apartemen dulu aja" belum aku menjawab, Kak Romeo sudah mendorong tubuhku untuk segera naik ke sisi yang lain. Tanpa kata aku pun mengikuti apa yang diperintahkannya.
"So?!" Kak Romeo memecah keheningan sesaat setelah mobilku melaju menuju ke apartemen Kak Romeo.
"Tadi Neneknya Shaeron ke rumahnya"
"Terus?!" Kak Romeo nampak sangat marah, terlihat dari tangannya yang mencengkram kemudi dengan erat.
"Sama, Kak, itu juga yang aku rasakan tadi" ingin aku ucapkan itu kepada Kak Romeo, namun berakhir hanya dengan aku ucapkan di dalam hati.
"Neneknya menawarkan untuk membantu Eomma dan Appa rujuk, dia akan merestui hubungan keduanya sekarang dengan balasan Shaeron mau kembali ke Jeonju Lee Clan dan menjadi penerusnya. Shaeron dengan bodohnya setuju dengan mengajukan beberapa syarat" jelasku yang membuatnya langsung menginjak rem. Untung saja jalanan di daerah ini sedang sepi.
Tanpa kata, Kak Romeo kembali melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi menuju apartemennya. Setelah sampai di depan gedung apartemennya, Kak Romeo menyuruhku untuk turun dan beristirahat. Katanya Kak Romeo masih punya urusan yang harus dia lakukan sekarang dan dengan patuh aku menurutinya. Mungkin memang aku sedang membutuhkan waktu untuk beristirahat barang sejenak.
💛💛💛
Aku terbangun dan menemukan diriku ada di apartemen Kak Romeo, tepatnya di kamar laki-laki itu. Dengan malas aku mengambil ponselku untuk menghubungi Mama jika malam ini aku akan menginap di sini. Setelah itu aku keluar dari kamar dan menemukan Kak Juliet yang sedang menata makanan di meja makan.
"Udah bangun?! Barusaja mau Kakak bangunin. Ayo makan malam dulu" Kak Juliet menyambutku dengan senyum manis andalannya. Dalam diam aku pun memakan masakan Kak Juliet yang selalu terasa enak di lidahku.
"Kak Romeo mana?" tanyaku karena yang aku butuhkan sekarang adalah dirinya. Tidak mungkin aku menceritakan ini kepada Papa, tentu saja pemikiran orang tua dan anak-anak sepertiku sangat berbeda.
"Ada urusan mendadak jadi Kakak yang akan nemenin kamu di sini" katanya sebelum mengulurkan tangan untuk menggenggam tanganku. "Dirly, apapun yang terjadi nanti, kamu hanya cukup percaya kepada kami" lanjutnya yang membuat keningku mengerut tak paham.
"Maksudnya?"
"Bukan apa-apa. Untuk sekarang kamu bisa berbagi sama Kakak, Romeo lagi nggak bisa dengerin cerita kamu" katanya yang membuat aku menunduk memainkan makananku layaknya anak kecil. Jika sudah bersama dengan Kak Juliet, jiwa anak-anakku kembali muncul tanpa aku sadari.
"Shaeron akan kembali ke klannya" lirihku sedih.
"Lalu? Apa salahnya?! Aku dengar kalau dia mengajukan syarat kalau dia nggak akan mau dinikahkan dengan siapapun dari klan itu. Dek, Shaeron cuma cinta sama kamu" katanya yang membuat aku cemberut.
"Lee Yoonhee itu licik, Kak! Gimana kalau nanti dengan tipu muslihatnya dia akan maksa Shaeron untuk menikah sama orang dalam?!" kataku berapi-api.
"Gimana kalau nanti Shaeron ninggalin aku?" lirihku yang membuat Kak Juliet terkekeh.
"Dirly Nugraha, kamu punya kami" katanya sambil mengusap puncak kepalaku lembut. "Kamu atau lebih tepatnya kita nggak akan pernah kehilangan seorang Shaeron. Kita semua sayang sama Shaeron, kita akan jaga Shaeron bersama-sama, supaya gadis manis itu selalu menjadi milik kita" katanya yang membuat perasaanku sedikit tenang.
"Besok kita temui Lee Yongjoo, ya?! Sekarang kamu tenang aja, istirahat yang banyak, jernihkan pikiran" kata Kak Juliet lagi yang hanya aku jawab dengan anggukan. Entah malam ini aku bisa tidur dengan nyenyak atau tidak.
💛💛💛
See you soon.
Much love💚
Jiwoo Lee👰🏻♀️
29 November 2021🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Prince✔
RomansaMy Ice Prince *** Dirly Areza Nugraha, laki-laki 25 tahun yang merupakan anak sulung dari pasangan Revano Ilyasa Nugraha dan Arini Aida Utama. Muda, tampan, cerdas, berwibawa, dan kaya membuatnya digandrungi banyak wanita. Namun begitu, seperti Papa...