Sojung menutup pintu apartemennya, kakinya melangkah menyusuri koridor. Kemudian gadis itu turun ke lantai dasar dengan elevator yang tersedia.
Dia berjalan lagi sedikit, sebelum akhirnya berakhir duduk di mobil. Gadis itu mengendarai mobil, dengan kecepatan sedang sampai tempat tujuannya.
Lima belas menit Sojung diarahkan oleh penata acara, kemudian dia masuk ke dalam studio dan duduk di samping penyiar radio.
"Hai, listeners, kembali lagi bersama saya di D-Radio 88,6 FM!" penyiar radio tersenyum sambil menatap Sojung. "Di podcast hari ini, saya kedatangan bintang tamu yang belakangan ini namanya meledak karena karya tulisnya yang benar-benar menyentuh hati para pembaca. Dia, siapa lagi kalau bukan ... Yang Sojung!"
"Annyeonghaseyo! Senang bisa bertemu dengan anda," sapa penyiar itu.
"Ne, annyeonghaseyo," balas Sojung. "Senang juga bisa bertemu dengan anda."
"Boleh diceritakan, bagaimana rasanya saat nama anda banyak disebut di beberapa platform digital? ... atau mungkin, ada hal yang ingin anda sampaikan untuk para penggemar karya anda?"
Sojung tersenyum, sebelum menjawab, "Satu-satunya yang ingin saya sampaikan kepada para penggemar adalah rasa terimakasih saya. Terimakasih sudah mencintai dan mendukung karya saya." Ada jeda dalam kalimat gadis itu sebentar. "Kalau ditanya bagaimana rasanya, jawabannya pasti bahagia. Namun, kembali lagi, tanpa para penggemar yang mendukung saya dan karya saya, itu semua tidak akan terjadi. Jadi, sekali lagi, saya sangat berterimakasih untuk itu."
"Waw, terimakasih kembali, Nona Sojung. Di sini, saya mewakili penggemar. Well, saya juga jatuh hati sih dengan buku yang anda tulis." Penyiar itu lantas melanjutkan pertanyaannya, "Yang saya tahu, cerita ini adalah cerita yang berdasarkan cerita nyata, cerita sebagian kisah kehidupan penulisnya. Mau berbagi latar belakang cerita tersebut di sini? Sekaligus memberitahu apa yang menjadi alasan anda memutuskan untuk menulis sebagian kisah hidup anda sendiri?"
Sojung mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja dengan gugup, sebelum akhirnya menanggapi. "Well, seperti yang sudah saya sampaikan di buku. Saya menulis buku itu karena saya pernah menemukan laki-laki ... yang sebenarnya kalau orang lain lihat dari sudut pandang mereka, dia itu biasa-biasa saja. Nothing as special 'bout him. Tapi bagi saya, kebaikan hatinya, kebijaksanaan dan kedewasaan dia ... ditambah perhatian yang dia berikan untuk saya, semuanya yang ada padanya itu terasa sangat tulus untuk saya."
"Sampai suatu ketika, saya merasa bingung, saya pernah bertanya seperti ini pada diri saya, 'Saya pernah melakukan kebaikan apa? Hal baik dan istimewa apa yang buat Tuhan terkesan sampai akhirnya Tuhan mempertemukan saya dengan laki-laki yang hatinya tulus seperti dia?'"
"Sampai seperti itu?" tanya penyiar.
"Sampai seperti itu," jawab Sojung. "Dia spesial untuk saya, sangat berarti. Saya juga yakin, di antara anda-anda semua, hampir semuanya memiliki orang spesial yang kadang membuat kita sebagai manusia bersyukur pada Tuhan sang pencipta dan penentu jalan semuanya."
Penyiar menampilkan senyum harunya. "Ya ampun, saya jadi terharu ...," ujarnya. "Baik, kalau begitu, terimakasih kepada Sojung―yang sudah menyempatkan waktu untuk menyapa dan sedikit bercerita di podcast hari ini."
Sojung tersenyum, juga membalas ucapan terimakasihnya. Kemudian setelah selesai, dia langsung melenggang keluar studio. Menyapa beberapa staff yang bertugas di belakang studio, lalu keluar dari gedung dan masuk ke dalam mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Him; Seokjin
FanfictionYang Sojung adalah pegawai di salah satu perusahaan penerbit yang ada di Kota Seoul, Korea Selatan. Luka patah hati mengantar atensinya pada pegawai baru―yang beberapa waktu lalu, sebenarnya telah mengatakan perasaannya. Setelah sekian waktu berlalu...