63: Pergi dan Datang

136 26 50
                                    

"Pergi ke luar negeri dan mengakhiri hubungan denganku?" Sojung bertanya.

Seokjin diam, menahan emosinya sebisa mungkin. Lalu kepalanya mengangguk. "Ibuku memang benar-benar sudah gila. Aku tidak mau kau harus menderita karenanya."

"Kau tak mau aku menderita karenanya, tapi kau mau aku menderita karenamu?" Sojung bertanya. "Seokjin, kita jelas-jelas bisa memertahankan hubungan kita. Kau hanya harus bilang padanya kalau kita sudah putus, lalu pergi ke luar negeri. Kita masih bisa berhubungan, walau jarak yang memisahkan terasa jauh."

"Sojung, tidak bisa begitu," kata Seokjin. "Mungkin bisa untuk beberapa waktu. Tapi kalau dia tahu kita tidak putus, sementara aku jauh di sana, kau berada dalam bahaya."

"Aku bisa pindah apartemen, aku bisa cari yang lain. Ibumu tak akan tahu keberadaanku," jawab Sojung.

"Tapi dia tahu di mana kau bekerja," timpal Seokjin.

"OKAY!" Sojung meninggikan suaranya secara spontan. "KALAU MENURUTMU HUBUNGAN KITA TIDAK BISA DISELAMATKAN, MAKA HENTIKAN. Mari kita berhenti di sini. Malam ini, aku dan dirimu, sudah bukan pasangan kekasih lagi."

Seokjin yang duduk di sebrang Sojung spontan menundukkan kepalanya. Dia sempat menangis, tapi dengan segera laki-laki itu mengendalikan emosinya. "Aku minta maaf."

Sojung sebenarnya sama hancurnya. Ini terlalu tiba-tiba untuknya. Semua hal buruk seolah menimpanya hari ini. Sojung benar-benar merasa hancur. Dadanya terlalu sesak, karena menahan isak tangis.

Seokjin mendadak menjatuhkan dirinya di lantai. Dia berlutut di hadapan Sojung. Seokjin memegang kaki gadis itu sambil menatap wajah Sojung. "Aku ... benar-benar putus asa. Aku terlalu takut untuk melihat menderita. Aku tak mau kau kesulitan karena aku. Aku minta maaf."

Runtuh sudah pertahanan Sojung. Dia ikut menangis dan terisak sekarang. "WAE?" Sojung berteriak lantaran putus asa. "KENAPA HARUS AKU YANG MERASA HANCUR SEKARANG? KENAPA HARUS AKU YANG SELALU MENDERITA?"

Sojung mendorong Ahn Seokjin hingga laki-laki itu tersungkur. Sojung berjalan ke arah jendela, dia berteriak sekencang mungkin meluapkan emosinya. Tangannya sempat memukul-mukul tiang pembatas, namun sekarang dirinya mulai keluar melewati batas itu.

"ANDWAE!" Melihat itu tentu saja Ahn Seokjin tak tinggal diam. Dia menarik Sojung dengan seluruh kekuatannya, membuat gadis itu jatuh terduduk di hadapannya. "Tolong jangan lakukan hal seperti itu! Jangan bahayakan dirimu, Yang Sojung ...."

"TAPI ITU YANG IBUMU INGINKAN!" sahut Sojung. "Sudah cukup ...." Sojung meringkuk, dia memeluk lututnya. "Kupikir aku menemukan kebahagiaanku saat bersamamu. Kupikir aku menemukan orang yang bisa selalu bersamaku. Tapi ternyata ... TERNYATA KAU HANYA SINGGAH DAN TIDAK TETAP TINGGAL! AKU BENCI HIDUPKU YANG SELALU MENDERITA! AKU BENCI CARA DEWA MENGUJIKU!"

"Kalau kau memang takut aku menderita, maka izinkan aku mengakhiri hidupku. AKU SUDAH BENAR-BENAR MUAK DENGAN HIDUPKU! AKU BENCI DEWA! DEWA SELALU TIDAK ADIL PADAKU!"

Seokjin berjalan mendekat pada Sojung, dia memeluk mantan kekasihnya dengan harapan Sojung bisa sedikit lebih tenang. Namun, kenyataannya hal itu semakin menghancurkan Sojung. Tangisan Sojung semakin pecah, dia membalas pelukan Seokjin dan menggelengkan kepalanya. "Kenapa harus begini?" tanya Sojung pada Seokjin.

"Maafkan aku, aku tak bisa berbuat banyak," lirih Seokjin dalam pelukan mereka.

"Ahn Seokjin ...." Sojung masih menangis dan terisak. "Aku ... benar-benar membenci kehidupanku."

°・Him; Seokjin・°

Saat pagi kembali menyapa, Sojung membuka matanya. Dia menyadari bahwa dia tak sendirian di atas ranjangnya. Ahn Seokjin―laki-laki yang semalam resmi menjadi mantan kekasihnya, tidur merengkuh badannya. Dadanya yang cukup bidang, sekarang menjadi objek pertama yang dilihat mata Sojung.

Him; SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang