14: Membenci

141 33 28
                                    

Laki-laki yang diminta menemuinya malam ini, sepulang kerja, telah menunggunya di luar kantor. Sojung menemuinya, tanpa melempar senyum―bahkan sedikit pun padanya. Kesan dingin Sojung berikan, sejak awal mereka bertemu malam ini.

Seokjin sebenarnya bingung, lantaran Sojung tak bersikap seperti biasa. Dia merasa aneh, canggung juga mengerikan dalam satu waktu. Sojung benar-benar membuat pikirannya terbang ke arah yang tak seharusnya.

"Cari tempat makan dekat sini saja," kata Sojung sambil memasang sabuk pengamannya. "Pikirkan baik-baik apa yang ingin kau makan. Jangan banyak bicara padaku, sebelum kita sampai di tempat tujuan."

"Tapi mengapa?" tanya Seokjin. Wajahnya menoleh, matanya menatap Sojung dengan dalam. "Ada yang salah denganku? Kau marah padaku?"

Sojung balas menatap Seokjin. Namun, tatapannya berbeda dengan tatapan yang Seokjin berikan padanya. Sojung terlalu dingin menatap Seokjin, wajahnya berbicara tanpa memasang ekspresi. "Eo, anggap saja begitu."

Seokjin mendesah seringan mungkin. Dia mulai memutar roda kemudinya, lalu menekan pedal gas yang ada di bawah. Pandangan matanya mengarah pada jalanan, bahkan sampai keduanya tiba.

Kesan dingin yang Sojung bawa sejak tadi, membuat Seokjin takut mengambil langkah. Dia tidak tahu cara bertindak, tanpa mengambil kesalahan.

Keduanya ternyata tak memesan makanan, ketika sampai di tempat tujuan. Sojung memesan lemon tea, serta Seokjin yang memesan cappuccino latte di tengah dinginnya kota Seoul di musim semi bulan May, tahun ini; 2015.

Sojung tak mau menunggu lama, dengan menunggu pesanan mereka tiba lalu berbicara. Dia akan segera berbicara, ketika ada kesempatan.

"Kau yang menemukan Lee Namjoon bersama dengan wanita lain?" tanya Sojung. Nada bicaranya perempuan itu masih seperti biasa, walau memang lebih terkesan dingin.

Laki-laki yang ada di sebrangnya lantas mengangguk. "Iya."

Sojung menghela napas, menatap baik-baik mata lawan bicaranya. "Kau juga yang meminta Namjoon untuk mengakhiri semuanya? Termasuk hubunganku dan dia?"

Seokjin menunduk sebentar, lalu kembali mengangkat kepalanya ke atas, menatap Sojung. "Kulakukan itu ... karena aku tak ingin melihatmu terus-menerus ditipu, bahkan dikhianati."

"Kenapa? Kenapa kau begitu?" sahut Sojung dengan cepat, bertanya. Namun, tanpa menunggu jawaban Seokjin, gadis itu melanjutkan kalimatnya. "Memangnya kau pikir, kau ini siapa? Posisimu apa dalam kehidupanku? Peranmu apa? Kau bahkan sama sekali tak punya hak untuk ikut campur masalahku!"

Seokjin menghela napas, menatap Sojung dengan getaran hatinya. "Benar, aku bukan siapa-siapamu. Aku harusnya tak ikut campur. Tapi, Sojung-ssi, aku tak akan ikut campur kalau kau bukan yang dirugikan dalam hal ini."

Sojung mendecih, menyunggingkan bibirnya. Matanya menatap Seokjin penuh sirat kebencian. "Dengan kata lain, kau melakukan itu demi aku?" Sojung melipat tangannya di depan dada, sambil memberikan ruang untuk pelayan yang baru saja datang mengantar pesanan.

Begitu pelayan pergi, Sojung kembali berbicara. "Kau pikir, kau benar-benar membantuku?" tanya Sojung. "Aku sama sekali tidak terbantu dengan itu, Seokjin-ssi. Kau bukan orang pertama yang mengetahui bahwa aku adalah gadis selingkuhan Lee Namjoon!"

Seokjin menaikkan kedua alisnya. Tatapan matanya seolah meminta Sojung untuk terus terang, menjelaskan apa maksud dari kalimat terakhirnya.

"Aku sudah tahu, kalau ternyata aku lah yang dijadikan Namjoon sebagai selingkuhannya!" tekan Sojung. "Aku melihat dengan mataku sendiri ... jauh sebelum kau datang dan akhirnya merusak hubungan kami!"

Him; SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang