25: Keras Kepala

133 30 28
                                    

Lebih kurang satu minggu setelah abu Ibunya diletakkan di rumah abu, Sojung rutin mengunjungi Ibunya. Setiap hari, ia berusaha meluangkan waktunya untuk mampir di rumah abu; untuk mendoakan Ibunya, semoga selalu mendapat ketenangan dan tak lagi punya penyesalan.

Setiap hari, Sojung selalu berusaha beradaptasi dengan kenyataan. Memang cukup menyakitkan, tapi akan lebih hancur kalau dia melupakan tujuan hidupnya dan pergi menyusul Ibunya.

Meskipun Ibunya sudah pergi, setidaknya dia masih punya Yeonseok―kakak laki-lakinya―yang menjadi alasan gadis itu mau bertahan di dunia yang kejam ini.

Sejak dua sampai tiga hari yang lalu, Sojung sudah aktif mengerjakan tugasnya. Dia sudah bisa kembali bekerja. Dia bisa menemui Seokjin, Yerin, juga teman menjengkelkannya, yaitu Cho Taehyung.

Hari ini, Sojung akan menemui Seokjin secara pribadi. Dia mengirim pesan pada laki-laki itu, untuk menemuinya sebentar di dapur kantor mereka. Setelah Sojung yang berjalan lebih dulu ke dapur, Seokjin menyusul dengan segala rasa penasarannya.

Ahn Seokjin disambut dengan senyuman manis Sojung, serta secangkir kopi yang sempat Sojung buatkan untuknya. "Untukmu. Baru saja kubuat, jadi masih sedikit panas." Begitu yang Sojung ungkapkan padanya, saat awal mereka bertemu di dapur kantor.

Seokjin menarik kedua sudut bibirnya, berterimakasih dan menyeruput kopinya sedikit.

Rupanya, Yang Sojung tak mau mengulur banyak waktu lagi. Dia langsung mengungkapkan tujuannya meminta Seokjin untuk meluangkan waktu kerjanya sejenak. "Aku tahu, kau mungkin sedang sibuk, sebab aku juga begitu. Geundae, Ahn Seokjin-ssi ... apa kau punya sedikit waktu malam ini? Kalau memang malam ini tak bisa, bagaimana dengan akhir pekan?"

Seokjin menatap Sojung, namun matanya segera memutar mencari jawaban yang tepat yang harus ia berikan untuk Sojung. "Aku tidak yakin kalau aku punya waktu di akhir pekan. Tapi kalau malam ini ...."

Seokjin menggantung kalimatnya, jelas saja itu membuat Sojung gelisah. Sojung tidak suka sesuatu yang belum―apalagi tidak pasti. "Bagaimana?" Sojung mengulang, untuk mendapat penegasan.

Seokjin mengangguk, sambil memberikan senyuman tipis. "Geurae. Aku tak akan lembur malam ini."

Sojung akhirnya tersenyum puas. Dia menjetikkan jarinya, lalu berjalan mendekat ke arah Seokjin―tujuannya hanya untuk menepuk lengan laki-laki itu. "Sampai jumpa nanti malam!"

Seokjin membalik badannya, melihat Sojung yang berjalan pergi meninggalkannya. Senyumannya hadir tak bisa ia hindari, sebelah tangannya laki-laki itu gunakan untuk mengelus lengannya yang ditepuk oleh Sojung. "Kenapa dia selalu menepuk lenganku? Apa dia tertarik dengan lenganku?" Seokjin menelengkan kepalanya beberapa saat, sambil menerka tanggapan untuk pertanyaannya sendiri. "Aigo ... bukankah akan terlihat lebih baik jika dia melingkarkan tangannya di lenganku seperti malam itu?"

Seokjin menggelengkan kepalanya, menepis emosi yang melibatkan rasa pada kehidupan pribadi. Seokjin harus kembali sadar, dia harus mengesampingkan urusan pribadinya jika sedang berada di kantor. "Aduh, Yang Sojung-ssi! Kau membuatku kacau dan tidak fokus begini!" Seokjin mengeluh keberatan, tapi Ahn Seokjin sendiri sebenarnya juga merasa bahagia setelah pertemuan singkatnya dengan Sojung barusan.

Ya ampun, Seokjin bisa gila, kalau terus begini dan tidak bisa kembali memertahankan profesionalitasnya.

°・Him; Seokjin・°

Sudah beberapa saat, setelah mereka berdua tiba di tempat yang Sojung inginkan. Seokjin menunggu, hal apa yang mungkin akan gadis itu lakukan. Dirinya dibuat menunggu, lantaran begitu tiba ... Sojung langsung pamit untuk pergi ke toilet sebentar.

Him; SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang