Dding ddong ....
Meonji langsung berlari, menghampiri Ibunya yang sedang berdiri di depan kulkas. Anjing kecil itu melaung kecil, terdengar menggemaskan di telinga setiap orang yang mendengarnya.
Tangan Sojung membawa Meonji ke dalam pelukannya dengan segera. "Ibu dengar. Ayo kita lihat, siapa yang datang."
Sojung berjalan ke arah pintu. Memastikan dulu, siapa wajah yang muncul di layar intercom. Dia membentuk lekungan sabit indah pada wajahnya, kemudian membuka pintu, menyambut kunjungan orang tersebut.
"Ei ... lihat siapa yang datang," Sojung berbicara dengan nada menggodanya. Alih-alih pada wajah orang yang datang berkunjung untuknya, matanya justru mengarah pada bingkisan yang dibawa laki-laki itu.
Sojung mendecak beberapa kali, senyumannya terukir untuk memuji kedatangan laki-laki di hadapannya. "Kau terbaik, Ahn Seokjin-ssi!" Mata mereka baru bertemu, saat Sojung mengangkat kembali arah tatapan matanya.
Sayangnya, kontak mata mereka tak terlalu lama. Seokjin langsung dipersilakan masuk oleh Sojung. Laki-laki itu diarahkan untuk duduk di sofa, menunggu dirinya yang ingin memasukkan anjing kecilnya ke dalam kandang. "Sudah malam, Meonji. Waktunya kau untuk tidur," ujar Sojung pada hewan peliharaannya.
Sebelum kembali bersama dengan Seokjin, Sojung berjalan ke arah dapur, mencuci tangannya. Dia juga mengambil dua hot americano yang dia buat sendiri―tentunya menggunakan bahan baku instan, yang banyak tersedia di pasaran.
Begitu Sojung duduk, Seokjin memberikan paperbag yang ia bawa di hadapan wanita itu. Sojung dengan senang hati menerima, lalu membukanya. "Whoa, ternyata ada tiga roti. Kau memberiku dua, lalu milikmu ... hanya satu. Memangnya cukup?"
Seokjin menggelengkan kepalanya. "Harusnya tidak cukup. Tapi aku sudah makan di sana, bersama Taehyung."
"Taehyung?" Sojung bertanya sambil mengambil satu roti panggangnya. "Kau jadi dekat dengannya, ya, sekarang? Aigo ...."
Seokjin terkekeh, melihat tingkah Sojung. "Omong-omong, kelihatannya kau sudah lebih baik, dari apa yang diceritakan Taehyung."
Sojung menajamkan matanya, menatap Seokjin tiba-tiba. "Cho Saeki itu ... apa saja yang sudah dia ceritakan padamu? Dia katakan apalagi selain itu?"
Seokjin mengangkat bahunya, balik menatap Sojung dengan tatapan tak begitu serius. "Dia bilang ... kalau kau begini karena Lee Namjoon. Kalian berdua ... sudah berpisah, begitu yang dia bilang."
Sojung balik mengangkat bahunya, membuang wajah dari yang semula menatap Seokjin dengan serius. Mulutnya terbuka memang untuk bersuara, tapi bukan bersuara yang pertama kali Sojung lakukan. Dia menggigit rotinya dulu, mengunyahnya hingga beberapa saat, lalu berbicara tanpa menatap lawannya. "Ya ... memang begitu. Aku dan dia sudah pisah, tidak ada hubungan apa pun sekarang."
"Oh ya? Apa itu benar?" tanya Seokjin. Laki-laki itu tanpa sadar melanjutkan kalimatnya, "Itu jalan yang terbaik. Kau membuat keputusan yang bagus karena berpisah dengannya."
Mendengar itu Sojung terkekeh, dia menatap Seokjin dari ekor matanya. "Entah ini benar-benar keputusan yang baik untukku, atau malah sebaliknya. Aku masih meragukan itu."
Seokjin membuka matanya. Bukan terkejut karena jawaban Sojung, melainkan kalimatnya yang ternyata didengar baik oleh Sojung. Dia berbicara tanpa sadar ... dengan suara yang dapat Sojung dengar. Ini sungguh hal yang memalukan, menurut Seokjin.
Laki-laki itu lantas batuk dengan segera, berusaha mengalihkan suasana yang tengah menyelimutinya. Namun, karena terlanjur gugup dan merasa malu, Seokjin meraih gelas di atas meja, dan menenggak isinya sampai hampir habis.
Lantas Sojung yang melihat itu, merasa kebingungan. Dia mengerjapkan matanya beberapa detik, memastikan bahwa yang dia lihat bukanlah ilusi semata. "Apa masih kurang, Seokjin-ssi? Biar kubuatkan lagi, kalau memang dirasa seperti itu."
Seokjin spontan menatap Sojung, lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak. Tidak perlu!"
Sial ... apa yang terjadi saat ini bisa saja menjatuhkan harga dirinya. Ahn Seokjin yang ceroboh ... kenapa begitu tidak pandai menjaga sikap di depan perempuan yang kau suka?
Sungguh memalukan.
°・Him; Seokjin・°
Hari berikutnya, Sojung sudah kembali masuk ke dalam kantor. Suasana hatinya nampaknya sudah pulih. Entah benar atau dia hanya berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Hanya gadis itu yang tahu, bagaimana suasana hatinya yang sebenarnya.
Beberapa jam berkutat dengan layar monitor, mendiskusikan beberapa hal dengan Seokjin. Juga membantu Taehyung dengan menjawab beberapa pertanyaannya. Membuat Sojung akhirnya lelah, terlihat menyedihkan saat jam makan siang tiba.
"Aku mau makan enak!" seru Sojung dengan raut wajah menyedihkannya; seperti tidak makan makanan yang enak selama beberapa hari.
"Mau makan apa?" tanya Yerin. "Makan di kantin lagi?" Gadis itu sengaja datang ke sekat bagian di mana teman-temannya berada. Yerin masih berada dalam divisi fiksi, sama seperti Taehyung, Sojung dan Seokjin. Hanya saja posisinya adalah sebagai digital marketing bersama beberapa rekannya yang lain.
"Menu apa hari ini yang ada di kantin?" tanya Sojung pada Yerin. Gadis pewaris marga Yang itu belum bangun dari posisi duduknya. Dia masih hanya menatap tiga temannya yang berdiri di tempatnya masing-masing.
"Tidak tahu," jawab Yerin. "Tapi kudengar dari temanku, mereka membicarakan sup rumput laut hari ini."
Sojung menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Tidak mau sup rumput laut!"
"Lantas, mau makan di mana kita?" tanya Seokjin. Laki-laki itu terus memerhatikan Sojung dari tadi, sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Terserah kalian," jawab Sojung. "Tapi aku mau pergi ke toserba. Aku mau makan ramen instant yang enak, kimbab, juga memilih es krim sebagai makanan penutup."
"Terdengar menarik," kata Seokjin. "Aku ikut denganmu, aku juga mau makan makanan di toserba."
Yerin dan Taehyung ikut mengangguk. Mereka akhirnya setuju untuk ikut Sojung pergi ke toserba. Yerin berjalan sejajar dengan Sojung, sementara Taehyung dan Seokjin berjalan di belakang para gadis.
Sojung dengan segera mengambil makanan yang ingin ia santap, membayarnya di kasir lalu memanaskan juga memasak makanan yang ia beli. Tentu saja tak hanya Sojung, yang lain juga turut mempersiapkan makanannya sendiri.
Mereka mengambil tempat duduk di luar ruangan. Duduk bersama, lalu menyantap makanan yang mereka inginkan masing-masing.
"Sojung Eonnie," panggil Yerin.
Sojung yang sedang menyuapkan kimbab ke dalam mulutnya, terpaksa menoleh ke samping untuk menatap lawan bicaranya.
"Bukan maksudku untuk mengganggumu, tapi kurasa kau harus berterimakasih pada Seokjin Oppa," kata Yerin.
Sementara Sojung mengerutkan dahi serta menyatukan alisnya. Mempercepat kunyahannya dan menelan kimbab sewajarnya. "Kenapa aku harus begitu?" timpal tanyanya pada Yerin.
"Sebab dia yang pertama kali tahu bahwa Namjoon mengkhianatimu," kata Yerin. "Dia bilang, dia juga menyuruh Namjoon Oppa untuk berhenti membohongimu, dia minta Namjoon Oppa untuk berhenti mempermainkanmu. Dia benar-benar peduli padamu.
Sojung menatap Seokjin kemudian. Laki-laki itu menatap Sojung dengan canggung, namun Sojung tahu ada senyum tipis yang menghiasi bibir Seokjin. Dia menarik napas, sebelum memberi senyuman penuh arti pada Seokjin.
Ternyata dia.
"Ahn Seokjin-ssi, punya waktu untuk makan malam, hari ini?" tanya Sojung. Gadis itu menyudahi kontak mata mereka, matanya sekarang beralih menatap ramen dengan tak berselera. "Ada yang ingin kubicarakan padamu."
°・Him; Seokjin・°
A/N:
kira-kira mak sojung mau ngomong apa ya sama bapak?🤔
jangan lupa tekan bintang🌟⭐ kita ketemu di part depan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Him; Seokjin
FanfictionYang Sojung adalah pegawai di salah satu perusahaan penerbit yang ada di Kota Seoul, Korea Selatan. Luka patah hati mengantar atensinya pada pegawai baru―yang beberapa waktu lalu, sebenarnya telah mengatakan perasaannya. Setelah sekian waktu berlalu...