7: Tentu Saja

135 31 26
                                    

Sama seperti biasanya, Sojung dan Namjoon menyantap makan siang mereka dengan banyak perbincangan ringan. Mereka tertawa bersama. Tak peduli kalau ternyata hal yang mereka tertawakan, menurut orang lain adalah hal yang biasa.

Namun, di tengah itu, Sojung merasa suasana hangat dan ceria yang mengelilinginya juga Namjoon, tiba-tiba berubah. Laki-laki di hadapannya tak lagi tertawa, menarik kedua sudut bibirnya dengan lebar ke atas.

"Oppa ... kenapa? Ada apa?"

Namjoon mengulum senyumannya. Laki-laki itu menunduk sejenak, menghindari tatapan mata Sojung.

Hal itu sebenarnya cukup mengganggu Sojung. Tapi ... Sojung bisa apa? Selain memberikan Namjoon waktu untuk melakukan apa yang laki-laki itu mau, sebelum dia sendiri yang bilang atas apa yang terjadi sehingga dia seperti itu.

"Aku bingung," jawab Namjoon setelah mengangkat wajahnya kembali.

"Tiba-tiba?" Sojung melanjutkan kalimatnya sekali lagi, "Mau berbagi cerita padaku, alasan kenapa kau bingung sekarang?"

Namjoon menaruh sumpit di atas meja. Menegakkan badannya, lalu menyatukan kedua tangannya dengan semua jari yang tersemat satu sama lain. "Aku sendiri tidak begitu yakin―maksudku, tidak tahu harus mulai semuanya dari mana."

Usai menenggak minumnya, Sojung menaikkan kedua alisnya. Sampai sini, gadis itu belum mengerti apa yang ingin Namjoon sampaikan. "Mulai saja dari apa yang membuatmu terganggu."

"Bagaimana rasanya menyukai teman dekat?"

Pertanyaan Namjoon barusan, berhasil membuat mata Sojung membesar. Gadis itu sempat menahan napas, lantaran terlalu terkejut. Sambil berusaha menenangkan dirinya sendiri, Sojung menarik kedua sudut bibirnya ke atas. "Bahagia," jawab Sojung. "Setiap saat bertemu, setiap saat mendengar kabarnya, kadang kala melihat dia menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Pasti bahagia."

"Berarti apa benar aku menyukaimu?" tanya Namjoon.

Sojung batuk, meski tidak sedang menyantap atau menenggak apapun. Pikirannya belum menyambung, dia masih berusaha keras memproses maksud pertanyaan Namjoon barusan.

"Oppa, aku tidak tahu. Aku tidak bisa menjawabnya."

"Bagaimana kalau aku benar-benar menyukaimu? Aku mencintaimu," lanjut ujar Namjoon. "Mau berkencan denganku, Yang Sojung?"

Alih-alih melakukan kontak mata, Sojung malah melemparkan tatapannya ke arah lain. Dia mengambil tissue, kemudian mengelap mulutnya dengan anggun.

Mungkin secara kasat mata, Sojung menunjukkan sikap angkuh pada Namjoon. Dia sengaja mengabaikannya. Tapi yang sebenarnya terjadi bukan begitu. Yang Sojung ... sedang berusaha menyadarkan dirinya.

Apa ini benar-benar nyata?

Ini bukan mimpi?

Lee Namjoon menyukainya? Mencintainya?

Lama menunggu jawaban, Namjoon berdehem, lalu terkekeh kecil. "Mungkin ini memang aneh. Lupakan saja, kalau kau memang menolakku."

Ketika Sojung kembali menatap Namjoon, laki-laki itu dengan tatapan tulusnya, lanjut mengatakan, "Tapi aku sangat berharap kau mau berkencan denganku."

Perlahan tapi pasti, gadis itu menarik kedua sudut bibirnya ke atas. Pipinya berubah warna, mungkin sebagian wajahnya juga. Dia tersipu malu. "Oppa, aku juga menyukaimu."

"Jadi ... kita berkencan sekarang?"

Sojung mengangguk. Dia menutup wajahnya karena malu. Gadis itu benar-benar merasa bahagia ... dia sama sekali tidak tahu bahwa Namjoon juga menyimpan rasa yang sama. Dia juga tak pernah menyangka bahwa hari ini akan terjadi.

Him; SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang