32: Dia Terganggu

124 27 21
                                    

Sojung kembali membuka ikat rambutnya. Merapihkan sedikit, kemudian membiarkan rambut panjangnya terurai begitu saja. Dia melepas kaca matanya, menyimpannya dengan tepat pada kotaknya.

"Selesai!" Ahn Seokjin, selaku rekan kerjanya―kalau di luar perusahaan, dia mungkin menjadi kekasihnya―dengan bangga berseru demikian. Tugas yang diminta kepala, selesai lebih cepat dari pada waktu yang diharapkan.

Sojung menunjukkan kedua ibu jari tangannya pada Seokjin; yang baru selesai mengirim hasil edit naskah yang mereka kerjakan berdua. "Jarhaesseo!"

Seokjin menoleh. Alisnya terangkat sebelah, satu sudut bibirnya mengikuti. "Geutji?" Seokjin menyombongkan diri, atas hasil kerja kerasnya.

Yang Sojung mendecih, melihat kelakuan rekannya. Detik berikutnya, dia dibuat terkejut lantaran Ahn Seokjin menarik kursi putar yang ia duduki. Mereka saling berhadapan, mata mereka saling menatap, ditambah posisi tubuh Ahn Seokjin yang condong ke depan, membuat Sojung tiba-tiba merinding ... tubuhnya spontan bersandar pada kepala kursi, menghindari Ahn Seokjin. "Kau sadar bahwa mungkin saja ada yang melihat kita di sini 'kan?"

Seokjin mengangguk. "Dinding ruang rapat dibuat dari kaca semi transparan. Siapapun bisa saja melihat apa yang sedang kita lakukan di sini."

Sojung membesarkan matanya. Dia cukup dibuat kehabisan daya untuk berpikir, oleh Seokjin. Laki-laki itu jelas sadar, apa yang sedang dia lakukan pada Sojung akan dilihat oleh pegawai lain. Lantas ... kenapa laki-laki itu tak segera menjauhkan badannya, dan melepaskan dirinya agar menjauh? Wah!

"Yang Sojung-ssi. Baru saja kemarin Cho Saeki menilaiku sebagai laki-laki yang agresif. Apa kau setuju akan itu?" Seokjin bertanya, sambil menaikkan satu alisnya.

Sojung mendadak gugup. Entah apa alasannya, tapi Yang Sojung merasa dia sedang diintimidasi oleh kekasihnya sendiri. "Tidak. Aku tidak setuju dan itu tidak benar."

Satu sudut bibir Seokjin terangkat. "Kalau begitu, perlukah aku membuatmu setuju dan menganggap hal itu benar?"

"Ahn Seokjin-ssi!"

Seokjin tertawa sedikit. "Omong-omong, selama menjalin hubungan, kita belum pernah berciuman. Aku hanya mengecup pipimu sekali ... tapi aku belum pernah―"

"Yak!" Yang Sojung menegakkan tubuhnya. Dia menatap Seokjin dengan mata membola, dia juga mendorong tubuh kekasihnya agar menjauh dengan kasar.

Dada Sojung yang naik turun, lantaran emosinya yang sempat tak stabil, perlahan gadis itu kendalikan. Dia menyelipkan anak rambut yang mengganggu wajahnya ke telinga, lalu mencoba berbicara seringan mungkin. "Jangan coba-coba bahas hal itu di perusahaan! Kalau kau masih mencoba, aku tak bisa jamin apa yang akan terjadi pada kita setelahnya!"

Sojung mendorong kursi Seokjin, mengambil ruang agar dia bisa berdiri. Tab dan segala keperluan kerjanya, sudah ia bawa. Kakinya melangkah, membawa gadis itu menuju ambang pintu. Sebelum pintunya terbuka, Sojung sempat menoleh pada Seokjin. "Kau tahu, bukan hanya kau yang punya naluri! Jadi ... jangan coba-coba menggodaku, apalagi kau melakukan itu di perusahaan!"

"Kalau begitu, perlukah kita tidur bersama malam ini?" tanya Seokjin.

Sojung menggertakkan heelsnya di lantai. Tangannya juga mengepal, menandakan bahwa dia punya banyak emosi jengkel terhadap Seokjin. "Kau mau aku merobek mulutmu? Wah!"

Seokjin hanya tertawa, melihat Sojung salah tingkah ... sekaligus jengkel sekarang. Sementara Sojung sendiri, yang kian merasa jenuh berada di dekat Ahn Seokjin, akhirnya memutuskan untuk benar-benar keluar dari ruang rapat dan meninggalkan Seokjin sendirian.

Him; SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang