56: Sweater Toska

83 25 10
                                    

Ahn Seokjin terkejut, saat mendengar Sojung berteriak melarangnya. Dia merasa khawatir, karena tingkah Sojung yang tiba-tiba. "Sojung, ada apa?"

Sojung kelihatan menarik napas dan berusaha untuk tenang. Dia menatap mata Seokjin lumayan lama, sebelum akhirnya kepalanya menoleh ke arah cangkir. Tanpa mengubah tatapannya yang mengarah ke cangkir, Yang Sojung bertanya, "Sejak kapan kau suka minum kopi dicampur bubuk matcha?"

Seokjin mendadak tertawa lantaran berpikir bahwa Sojung sedang mengajaknya bercanda. "Aku tak pernah melakukan apa yang kau ucapkan." Seokjin lantas melanjutkan kalimatnya dengan pertanyaan, "Memangnya kenapa? Kenapa kau bertanya demikian?"

Sojung menatap Seokjin sejenak. "Kau tidak melakukan itu?"

Seokjin mengernyitkan dahinya. Laki-laki itu semakin bingung ke mana arah pembicaraan mereka. "Sochie, ada apa? Sebenarnya apa yang terjadi?"

Sojung yang semula ragu, lantas akhirnya berusaha untuk terus terang pada kekasihnya. "Ada bubuk hijau yang samar-samar tersebar di tepi cangkir dan sekitarnya. Aku curiga, jika itu bukan bubuk matcha yang sengaja kau tambahkan, maka itu adalah zat yang berbahaya." Sojung menatap baik-baik mata Ahn Seokjin. "Kupikir itu adalah ... racun."

"Racun?" Tatapan mata Ahn Seokjin lantas mengarah pada cangkir kopinya. Dia cukup terkejut saat melihat sendiri apa yang dikatakan Sojung.

Laki-laki itu lantas mengumpulkan bubuk-bubuk hijau yang tersisa dengan tissue. Setelahnya dia menatap Sojung di belakang. "Kau tahu siapa yang melakukan ini?"

Sojung menggelengkan kepalanya. "Tapi aku sempat melihat orang yang mencurigakan. Kupikir orang itu adalah salah satu pegawai, tapi dari caranya berpakaian ... cukup mencurigakan."

"Mencurigakan?" tanya Ahn Seokjin. "Mencurigakan bagaimana?"

"Dia pakai sweater toska, juga penutup kepala," kata Sojung. "Aku tidak ingat secara detail jenis penutup kepala apa yang dia gunakan, aku hanya ingat dia berjalan sambil membawa cangkir juga menundukkan kepala hingga aku tak bisa melihat jelas bagaimana rupa wajahnya."

"Tapi untuk apa dia berniat meracuniku? Apa dia mengenalku?" tanya Seokjin. "Aku tidak bisa mengerti, apa tujuannya melakukan hal ini padaku."

"Aku juga tidak mengerti. Kau bukan pegawai tetap dengan masa kontrak yang hampir habis, kau jelas bukan musuh dari sudut pandang pegawai dalam posisi apapun." Sojung melanjutkan kalimatnya, "Terlepas dari itu, perilakumu selama ini tidak mendapat banyak perhatian, jadi kupikir kau tidak punya orang yang membencimu."

Seokjin sebenarnya sangat penasaran akan siapa dan mengapa orang itu menaruh zat berbahaya dalam kopinya. Tapi tak mau semakin membebani pikiran kekasihnya, Ahn Seokjin memilih tak ambil pusing. "Lupakan. Aku berterimakasih karena kau menyelamatkanku." Seokjin memberikan Sojung senyuman di akhir kalimatnya.

"Kau mau melupakan hal ini begitu saja? Kau tidak khawatir akan keselamatanmu?" Sojung kembali bertanya, alih-alih menerima ucapan terimakasih kekasihnya.

"Ne," jawab Ahn Seokjin sambil membawa cangkir kopinya ke wastafel. "Intinya terimakasih, aku merasa berhutang budi pada kekasihku sendiri. Lain kali akan kutraktir kau makanan enak."

Sojung mendengus. Namun, matanya memerhatikan dengan baik bagaimana Ahn Seokjin menuang kopinya di wastafel, lalu mencuci gelasnya. Dia juga menyadari bahwa raut wajah Seokjin seolah benar menunjukkan bahwa laki-laki itu memilih tak ambil pusing akan hal yang baru saja terjadi. "Kalau begitu, apa bisa kau katakan padaku alasanmu memilih tak ambil pusing padahal kau hampir saja meminum racun dari kopimu?"

Seokjin sudah selesai mencuci. Dia berdiri membelakangi wastafel dan mengambil sedikit tempat untuk duduk di sana. Tangannya meraih tangan Yang Sojung, lalu senyumannya terukir begitu saja. "Aku memahami apa yang kau katakan. Kau bilang aku bukan lawan dari pegawai dalam posisi apapun, kau juga bilang bahwa aku tak mungkin memiliki musuh yang tak suka perangaiku. Jadi kupikir, itu bukanlah kesengajaan. Bisa jadi, setelah aku, ada pegawai lain yang masuk sebelum si pemberi racun. Singkatnya, si pemberi racun itu salah sasaran. Dia pikir cangkir yang ada di meja, adalah cangkir pegawai lain, bukan aku."

Ahn Seokjin melanjutkan kalimatnya, "Kalaupun bubuk hijau yang tadi kita lihat itu bukan racun, melainkan benar bubuk matcha, bisa jadi pegawai tadi yang kau lihat yang tak sengaja menumpahkan bubuk itu ke cangkirku."

"Tapi terlepas dari dua kemungkinan itu―"

"Terlepas dari itu,"--Ahn Seokjin memotong dan mengambil alih kalimat Sojung dengan maksud berbeda--"cangkir dan kopinya sudah berhasil kusingkirkan. Kau berhasil menyelamatkanku dan aku merasa berterimakasih pada kekasihku yang kucintai."

Sojung mendecih dan tertawa sedikit. "Masih sempat menggodaku di saat seperti ini?"

Ahn Seokjin dengan percaya diri mengangguk. "Dalam situasi apapun, membuatmu tersenyum dan tersipu adalah tujuan utamaku. Aku tak pernah gagal. Bukan begitu?"

"Bicaralah sesukamu!" cibir Sojung.

°・Him; Seokjin・°

Walaupun Sojung sudah tahu apa alasan Seokjin enggan membahas lebih lanjut masalah kopi dan bubuk hijau, Sojung masih belum mengerti sepenuhnya. Gadis itu berbanding terbalik dengan Ahn Seokjin yang tampak tenang. Yang Sojung merasa gelisah, dia masih penasaran akan siapa dan apa alasannya ingin mencelakai Ahn Seokjin.

Sojung terus berpikir, berusaha menemukan sosok di dalam sweater toska yang ia lihat keluar dari dapur tadi. Sambil bersandar pada kursinya, Yang Sojung mengetuk meja dengan kukunya. "Tidak mungkin Im Nayeon, karena tinggi gadis itu tidak mungkin sampai pada tinggi pegawai yang kulihat tadi."

"Kepala Han juga sangat tidak mungkin, karena yang kulihat adalah sosok perempuan," lanjut gumam Sojung. "Mungkinkah orang suruhan? Tapi Kepala Han dan Im Nayeon, hanya bermasalah denganku. Im Nayeon mungkin pernah bertengkar dengan Ahn Seokjin, tapi sulit memperkuat alasan bahwa dia juga membenci Ahn Seokjin bukan hanya diriku."

Sojung kembali berpikir. Dia menenggak tehnya yang tadi dibuatkan oleh Seokjin. Gadis itu masih belum lanjut mengerjakan tugasnya, sebab masih penasaran akan sosok gadis dibalik sweater toska yang tak bisa ia lihat wajahnya dengan jelas.

"Seorang gadis ... tinggi, ramping, setidaknya dia mungkin punya masalah denganku tapi berniat menghabisi Seokjin karena Seokjin dianggap sebagai pengganggu." Sojung terus menggumam, jari telunjuknya juga belum berhenti mengetuk meja.

"Apa mungkin?" Jari telunjuknya berhenti mengetuk meja, matanya membelalak sempurna, ekspresinya wajahnya pun langsung berubah. "Sooyoung Kim? Dia berulah lagi? Perempuan gila itu, benar-benar berniat mengajakku berperang? Sialan! Apa dia pikir aku akan diam saja? Ini tak bisa dibiarkan!"

Tangan Yang Sojung spontan mengepal. Tatapannya pun berubah marah. Hatinya berapi-api. Kali ini dia yakin bahwa Sooyoung Kim adalah orang dibalik sosok gadis dengan sweater toska yang sempat Sojung lihat tadi. Tidak salah lagi.

°・Him; Seokjin・°

A/N:
waw. apakah mantannya mas joon terlibat? xixi.
ayo jangan mau lama-lama digantung, tekan bintangnya🌟⭐ jangan lupa kasih komentar kalau kamu rasa perlu dan bikin greget. see ya!</3

Him; SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang