Akhir pekan ini Seokjin ada janji untuk bertemu teman lamanya. Seokjin kira, pertemuan mereka akan memakan waktu yang lama, mengingat Seokjin dan temannya adalah teman dekat dulu, serta sudah lama tak bertemu. Jadi, laki-laki itu mengira bahwa janji pertemuannya tak akan berakhir secepat ini.
Pukul empat sore. Masih terlalu awal untuk kembali ke rumahnya. Tanpa banyak berpikir, usai memberi kabar pada Yang Sojung lewat pesan suara, laki-laki itu langsung melesat dengan mobilnya menuju apartemen Sojung.
Sampai di sana, Ahn Seokjin disambut dengan suara anjing peliharaan Sojung―Meonji. Rupanya anjing itu ikut menyambut di depan pintu, bersama sang pemilik, di pelukan pemiliknya.
"Ya ampun. Aku merasa iri dengan anjing kecil ini," keluh Seokjin, dengan helaan napas ringannya.
Sojung memukul bahu Seokjin, karena merasa iri dengan Meonji. "Yak ... Meonji sudah lebih lama bersamaku. Jadi, jangan berani merasa iri padanya!"
Seokjin menatap Sojung, dengan satu sudut bibirnya terangkat. "Apa kau lebih memilih Meonji dibanding aku?"
"Tentu saja!" jawab Sojung yakin. "Meonji itu anjing yang pintar, dia juga setia. Sudah cukup lama, dia menemaniku dalam kesendirian. Kau harus berterimakasih dan menyayangi Meonji seperti anakmu, karena dia menjagaku dengan baik. Arasseo?"
Seokjin menarik sebelah sudut bibirnya yang lain, sekarang kedua sudut bibirnya terangkat dengan manis. Dia mengangguk-anggukan kepala. "Eo, arasseo."
Sojung menunjukkan jempolnya di depan wajah Seokjin. "Good!"
Sojung mempersilakan Seokjin untuk masuk. Gadis itu akhirnya melepas Meonji lagi, untuk berkeliaran di seluruh ruang apartemennya. Kakinya melangkah, seirama dengan langkah kaki Seokjin di sampingnya.
"Kau bilang, akhir pekan ini kau ada janji temu dengan teman lamamu?" tanya Sojung. "Apa tidak jadi? ... atau kalian sudah bertemu?"
"Sudah bertemu," jawab Seokjin.
Sojung bertanya lagi, "Lantas, bagaimana? Ada hal yang menarik perhatianmu darinya? Bagaimana dengan perubahannya setelah lama tak bertemu?"
Ahn Seokjin melepas mantelnya, lalu menyampirkannya di kepala sofa. Selanjutnya laki-laki itu mengambil posisi senyaman mungkin di atas sofa. "Tidak begitu. Dia masih sama seperti dulu, biasa-biasa saja. Jauh lebih tampan aku."
Sojung mendecih, mendengar kalimat terakhir yang Seokjin ucapkan. "Apa? Apa yang barusan kau bilang?"
"Aku tampan," jawab Seokjin. Keningnya mengerut bingung untuk beberapa saat. "Apa yang salah? Aku memang tampan dan ja...uh lebih tampan dibanding dia."
Sojung makin mendecih, dia tertawa setelahnya. "Benar. Katakan apapun sesukamu. Anggap kalau kau adalah laki-laki pa...ling tampan di dunia."
"Geurae," jawab Seokjin tanpa peduli bahwa kekasihnya ini sedang menggodanya, juga meragukannya.
Paha Sojung diselimuti mantel Seokjin, secara tiba-tiba. Sojung cukup terkejut. Tapi dia mengerti setelah Seokjin memberikan penjelasan. "Kau memang kekasihku. Ini juga jelas bukan di tempat terbuka―di mana ada orang lain selain kita. Tapi Sojungie, kau tahu bahwa aku itu laki-laki yang punya gairah serta naluri 'kan? Perbaiki pakaianmu ... jangan biarkan hal ini terulang, dan terlihat oleh laki-laki lain. *Aratji?"
Sojung menunduk sejenak, lalu kembali mengangkat kepalanya dan mengangguk-angguk mengerti. "Maafkan aku."
Seokjin meletakkan tangannya di kepala Sojung. Dia mengusak kepala gadis itu dengan penuh kasih sayang. "Tak perlu minta maaf. Kau hanya perlu perbaiki apa yang belum benar, untuk keselamatan dirimu sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Him; Seokjin
FanficYang Sojung adalah pegawai di salah satu perusahaan penerbit yang ada di Kota Seoul, Korea Selatan. Luka patah hati mengantar atensinya pada pegawai baru―yang beberapa waktu lalu, sebenarnya telah mengatakan perasaannya. Setelah sekian waktu berlalu...