23: Duka

142 28 10
                                    

May, 2015

Sojung sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian duka; hanbok hitam dengan garis sedikit putih, serta pita putih kecil yang tersemat di rambutnya―yang sudah terikat dengan manis. Namun, alih-alih terlihat manis, Sojung justru terlihat menyedihkan. Kondisinya yang berduka, membuat gadis itu susah memberikan senyuman pada orang yang datang untuk memberi penghormatan terakhir pada Ibunya.

Semua kerabat dekatnya, orang-orang yang mengenal Ibunya ... datang berkunjung untuk mendoakan.

Sojung dengan kerendahan hatinya membungkukkan badan pada tamu, memperhatikan mereka yang membakar dupa, juga menaruh bunga krisan di atas altar, di hadapan figura Ibunya.

Sojung benar-benar sudah mengeluarkan semua air matanya, dia cukup lelah ... tapi rasa pilu belum juga bosan mengusik dirinya.

Ketika tamu mulai sepi, Sojung memenuhi panggilan temannya untuk berkunjung ke salah satu meja tempat tamu menyantap hidangan. Sojung mengambil tempat duduk di samping Seokjin. Di hadapannya ada Taehyung, sebelah laki-laki itu ada Yerin.

Dengan wajah penuh kesedihan, Yerin menggenggam tangan Sojung di atas meja. "Aku turut berduka atas meninggalnya Ibumu. Aku benar-benar terpukul."

Sojung menarik kedua sudut bibirnya, membuat senyum tipis, lalu kembali melepas senyuman itu kemudian. Dia mengalihkan pandangannya dari Yerin, lalu memerintahkan Seokjin, Taehyung dan Yerin untuk segera menyantap makanannya.

Seokjin berusaha memberi Sojung satu suapan daging sapi dari sup yang tersaji, namun gadis itu menolak dengan senyumannya. "Kau saja yang makan," kata Sojung.

Seokjin tak menyerah, dia terus membujuk Sojung untuk membuka mulutnya―walau hanya sekali. "*Mogo ...," bujuk Seokjin dengan suara lembutnya.

Sojung tahu bahwa Seokjin tak akan berhenti. Jadi dari pada menolak dan membuat hal itu berlanjut, Sojung lebih memilih membuka mulutnya dan menyudahi semuanya.

Usai itu, Sojung mengambil botol alkohol yang tersedia di atas meja. Dia menuang sedikit alkohol ke dalam gelas kecil, lalu menenggaknya dalam satu kali tegukan.

Tak lama setelah itu, Sojung mendapat tamu lagi. Kali ini bukan tamu biasa, sebab yang datang adalah teman dekatnya―bersama Yerin.

Sojung langsung bangun untuk menyambut mereka. Yerin juga begitu, untuk menyapa sahabatnya yang lain. Mereka memeluk Sojung, secara bersamaan. Mereka juga bilang, "Jangan merasa sedih apalagi kesepian. Kau masih punya kami." Sojung benar-benar merasa tersentuh, atas perhatian yang teman-temannya berikan.

Yang Sojung mungkin memang bukan anak yang beruntung; yang hidup bahagia dengan orang tuanya yang damai. Tapi Yang Sojung adalah manusia ... yang dikelilingi orang baik. Sojung bersyukur pada Dewa, yang masih berbaik hati mengirim orang baik di sekitarnya.

°・Him; Seokjin・°

Sudah hari ketiga sejak saat Ibunya disemayamkan di rumah duka. Hari ini tubuh Ibu Sojung yang sudah mati, akan dikremasi dan dikumpulkan abunya.

Abu Ibu Sojung, diantar sendiri oleh putrinya ke rumah abu. Sojung berjalan paling depan di antara kerabat dekatnya. Seokjin sedikit lebih di belakang, membawa figura Nyonya Yoo Jian. Taehyung dan teman-teman Sojung yang lain, membawa barang berharga milik Ibu Sojung.

Mereka menyusun abu, serta barang berharga itu di ruang kecil berbentuk persegi panjang, kecuali figura Ibu Sojung. Mereka menutup dan mengunci kaca ruang kecil tempat menyimpan abu Ibu Sojung, lalu berdoa semoga Ibu Sojung; Yoo Jian, pergi ke alam baka tanpa penyesalan.

Sojung mengusap kaca penutup kamar abu Ibunya, tersenyum tipis sambil menatap bingkai kecil yang berisi fotonya bersama Ibu dan kakaknya. "Oppa pasti akan segera berkunjung ke sini. Dia bilang padaku, dia akan kemari secepat yang ia bisa. Dia pasti menyesal ... karena tidak sempat menemuimu sebelum kau menjadi abu."

Him; SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang