40: Berkunjung

118 27 22
                                    

Hari yang sama saat Seokjin tahu bahwa kekasihnya melukai diri sendiri, gadisnya itu justru memohon pada Seokjin untuk diizinkan berkunjung ke rumah abu tempat abu Ibu Sojung disemayamkan. Seokjin tak bisa menolak keinginan Sojung lantaran tujuannya adalah mengunjungi abu Ibunya. Seokjin cukup paham, di saat-saat seperti ini, yang Sojung butuhkan adalah Ibunya.

Seokjin kembali meminjam pakaian milik Yeonseok, kali ini dia meminjam kemeja hitam yang kebetulan ada satu di lemari kecil milik Yeonseok.

Sementara Sojung, sebenernya dia tampil cantik dengan dress hitam sederhana namun terlihat indah, tapi kondisi wajahnya mengurangi aura kecantikan yang seharusnya melekat padanya. Alih-alih cantik, Sojung justru terlihat menyedihkan. Wajahnya benar-benar datar tanpa ekspresi, mata dan pipinya masih sembab, juga kasa yang melilit pergelangan tangannya ... menyedihkan sekali Yang Sojung.

Di depan ruang abu Ibunya, Yang Sojung meletakkan telapak tangan kanannya. Matanya menunjukkan kilat air mata, begitu jelas, bulir air bisa jatuh kapan saja. "Aku datang berkunjung," lirihnya.

"Eomma, annyeong!" Sojung menurunkan kembali tangannya, dia melanjutkan kalimatnya mengenai yang ingin ia bicarakan. "Bagaimana kabarmu? Kau baik-baik saja? Kau sudah bahagia di sana? Aku harap kau tak tersesat di dunia ini, melihatku yang menderita karena kesulitan menyelesaikan masa laluku."

"Tapi, eomma ... kenapa semuanya terasa sangat sulit untukku?" Air mata Sojung menetes. "Kenapa aku harus melalui jalan yang menyakitkan begini? Apa yang salah denganku? Kesalahan apa yang kubuat di kehidupan masa lalu ... sampai akhirnya aku menjadi seperti ini."

"Kalau aku boleh jujur, aku menginginkan kedamaian dalam hidupku. Satu atau dua rintangan akan kulewati, asal tak sesulit apa yang sedang kualami sekarang,"--Sojung menyeka air matanya dengan telunjuknya--"aku sudah banyak menangis. Tapi air mataku belum juga habis. Itu hal yang luar biasa, atau malah tubuhku mendukung jiwaku untuk menjadi menyedihkan?"

"Aku kesulitan menjalani hidupku. Sempat berpikir untuk pergi menyusulmu, tapi di sini aku masih punya Yeonseok ... juga Seokjin," lirih Sojung. "Mereka adalah alasan kenapa aku meragu untuk mengakhiri hidupku. Mereka menyayangiku, memberiku perhatian yang lebih, selalu berbicara padaku dan membuatku lupa akan apapun. Aku takut kalau aku makin kesulitan menjalani kehidupanku, tapi aku lebih takut kalau Yeonseok dan kekasihku terpukul karena aku meninggalkan mereka secara tiba-tiba."

"Aku sungguh tak mau, mereka merasakan pahit yang sama, duka dan rasa sakit yang sama ... seperti aku saat kehilanganmu dulu," kata Sojung.

Seokjin maju satu langkah. Tangannya bertengger di bahu Sojung. Jarinya bergerak, memberi ketenangan tersendiri untuk gadis yang sedang berbagi cerita pada Ibunya itu.

"Eomma ... kau percaya bahwa aku kuat 'kan? Aku akan berusaha sedikit lagi, agar aku tak merasakan luka masa lalu kembali. Aku akan hidup sebagai wanita bahagia, wanita yang sukses, dan wanita yang akhirnya akan membuatmu tersenyum bangga." Sojung menyeka air matanya sejenak, lekuk sabit di wajahnya datang menggantikan. "Aku berjanji untuk merawat diriku. Aku akan pulih dalam beberapa waktu."

°・Him; Seokjin・°

Meonji dibiarkan lepas di dalam apartemen Sojung. Anjing kecil itu berlari kesana-kemari. Sementara majikannya―Ibu yang mengadopsinya―berada di dapur bersama pasangannya; Ayah baru Yang Meonji.

Mereka berdua sibuk dengan alat yang dipegang masing-masing. Sebenarnya hanya Seokjin, Sojung hanya membantu menyiapkan apa yang diperlukan laki-laki itu. Sebab Ahn Seokjin yang super protektif, melarang dirinya untuk ikut campur lebih jauh mengingat kondisi Yang Sojung belum baik-baik saja.

"Apa sudah cukup? Atau kita perlu lebih banyak lagi?" tanya Sojung ketika selesai merendam rumput laut di dalam wadah berisi air.

"Kupikir sudah cukup. Kecuali kau mau makan lebih banyak," jawab Seokjin yang sibuk dengan bawang putih dan pisaunya.

"Kalau begitu boleh aku tambah sedikit lagi?" tanya Sojung.

"Kau mau makan sup lebih banyak?" tanya Seokjin. "Kau yakin?" tambah laki-laki itu.

Sojung mengangguk dengan rekah senyumnya. "Ne!" seru gadis itu. "Aku tak akan pernah menyia-nyiakan masakan lezat yang dibuat kekasihku."

"Aigo ... gadisku ini sedang memuji atau menggodaku?" Seokjin menatap Sojung, memberinya tatapan menyelidik.

"Bukan keduanya," jawab Sojung. "Aku berkata yang sebenarnya. Aku suka masakanmu, tapi bukan berarti aku sedang memujimu."

"Ah ... apa benar begitu?" Seokjin mengulang pertanyaannya.

"Memang benar begitu," jawab Sojung.

Seokjin memalingkan kembali wajahnya, bibirnya mengerucut dengan lucu. Lekuk wajahnya jelas sekali menunjukkan bahwa dia kecewa pada Yang Sojung.

Gadis itu tahu. Dia jelas-jelas tahu bahwa Seokjin kecewa padanya. Tapi Yang Sojung tak akan mengabaikannya dan melewatkannya begitu saja. Dia harus menebus kesalahannya dengan cara membahagiakan Ahn Seokjin. Dia berjinjit sedikit, mencuri celah dan mengecup pipi Ahn Seokjin.

Usai itu Sojung tersipu, tentu saja. Senyumannya terkulum dengan manis, rona wajahnya samar-samar terlihat dengan warna merah muda. Ketika Ahn Seokjin menoleh dan memberikan sisi pipinya yang lain, tawa kecil Sojung malah keluar begitu saja.

Sudah Sojung bilang bahwa dia tak akan meninggalkan kesempatan ini begitu saja. Lantas dirinya mengulang hal yang sama, seperti apa yang dia lakukan pada sisi pipi Seokjin yang sebelumnya.

Menggantikan Sojung, kepala Ahn Seokjin bergerak maju. Bibirnya mengecup bibir Sojung dengan cepat, lalu mengulas senyum manis karena pria itu tersipu, sama seperti Sojung yang sudah lebih dulu.

"Oppa, sepertinya akan berbahaya kalau aku terus di sini menemanimu," komentar Sojung. Matanya bergerak memutar, menghindari kontak mata dengan Seokjin karena takut salah tingkah. "Aku akan menunggumu di dalam saja ... bersama dengan Meonji."

Sojung berjalan ke sudut ruangan, mengambil Meonji yang sedang main di dekat lemari es, lalu meletakkannya ke dalam pelukan gadis itu. Satu kaki bagian atas milik Meonji dia gerak-gerakkan. "Appa, annyeong! Selamat memasak!"

Seokjin menarik kedua sudut bibirnya, terkekeh kecil sambil menundukkan kepala sejenak. "Ne!"

Sojung membawa Meonji kembali masuk ke dalam rumah. Dia melepas Meonji di ruang tengah, mengambil bola mainan anjing manis itu. Yang Sojung bermain bersama Meonji, layaknya Ibu yang bermain bersama anak kecilnya.

"Tangkap dan bawa kemari," kata Sojung pada Meonji. Dia menggelindingkan bola dengan cepat, Meonji berlari untuk mendapatkan bola itu.

Ketika dapat, Meonji menggiring bola dengan mulutnya ke hadapan Sojung. Gadis kesayangan Yeonseok dan Seokjin itu langsung memeluk Meonji dan memberi anjing kecilnya beberapa kali ciuman. "Meonji semakin dewasa dan semakin pintar! Ibu bangga padamu!"

°・Him; Seokjin・°

A/N:
aku ambil liburnya besok aja kali, ya?
yeay! selamat hari raya semuanya―buat temen-temenku yang muslim!🙌

jangan lupa tekan bintang!🌟⭐ kita ketemu secepatnya! happy eid mubarak eve!🙌

Him; SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang