57: Dia yang Berharga

83 22 25
                                    

Pulang dari perusahaan, Ahn Seokjin berniat untuk mampir ke apartemen Sojung. Jadi dia ikut menemani Sojung pergi ke minimarket sebentar untuk membeli beberapa persediaan yang sudah habis di apartemennya.

Sojung dan Seokjin pergi ke bagian perlengkapan mandi. Tangan Sojung mengambil dua botol shampoo sejenis dengan aroma yang berbeda. "Oppa, bisa bantu aku memilih?"

Seokjin melihat barang apa yang diambil Sojung. "Shampoo? Kau mengganti shampoo-mu?"

Sojung mengangguk. "Yang lalu justru membuat rambutku rapuh."

Seokjin lantas mengambil botol dari tangan Sojung satu persatu. Lalu dia memilih wangi yang dia suka, karena opsi shampoo yang disediakan Sojung memiliki fungsi yang sama yakni memperbaiki rambut yang rapuh.

"Ini lebih baik?" Sojung memastikan.

"Ya. Aku suka karena wanginya lembut," jawab Seokjin. "Tapi jangan salahkan aku saat akhir pekan nanti, aku tak akan melepasmu dari pelukanku karena kau memilih wangi shampoo yang membuatku merasa nyaman."

"Begitukah?" Sojung bertanya, berniat menggoda. "Kalau begitu haruskah aku pilih shampoo yang satunya?"

"Yak, jangan mempermainkanku! Apa gunanya minta pendapatku jika kau memilih shampoo yang bukan pilihanku?" Ahn Seokjin sedikit tak terima, saat pendapatnya menjadi sia-sia.

"Entahlah." Sojung akhirnya tetap memasukkan shampoo pilihan kekasihnya. Ucapannya yang sebelumnya, dia katakan hanya untuk main-main. Hal itu lantas membuat Seokjin mendecak sebal dan memutar bola matanya. Sojung bisa lihat Seokjin melakukan itu, karena dirinya sengaja menoleh ke belakang untuk melihat wajah kekasihnya yang mengeluh karena kesal.

Langkah kaki Sojung mendadak berhenti saat dia melihat gadis dengan sweater toska berada tak jauh dari tempatnya. Dia hendak menghampiri gadis itu, namun mengingat proporsi tinggi gadis yang dilihatnya, Sojung mengurungkan niatnya.

"Bukan. Tingginya masih jauh dari tinggi badan gadis yang kulihat," gumam Sojung. "Lagipula gadis yang kulihat sekarang bukan Sooyoung Kim. Jadi bukan dia orang yang kau cari, Yang Sojung."

"Sochie, aku pergi mencari strawberry."

Teriakan Ahn Seokjin yang pamit pada Sojung, membuat gadis itu memecah lamunannya dan beralih fokus pada kekasihnya. "Eo, ne!"

Sojung terpaksa melepas atensinya dari gadis dengan sweater toska. Dia melangkahkan kakinya ke arah di mana Ahn Seokjin menunggunya setelah meninggalkannya lebih dulu.

"Mau beli berapa banyak?" tanya Sojung setelah berhasil sepenuhnya meninggalkan atensinya pada gadis dengan sweater toska tadi.

"Berapa, ya? Kau mau untuk persediaan kulkasmu?" balik tanya Ahn Seokjin.

"Hm ... kalau aku bisa mendapatkannya gratis, mana mungkin aku menolak?"

Ahn Seokjin menertawakan tingkah konyol kekasihnya. "Aigo, memangnya kapan aku pernah membiarkan kekasihku makan tidak gratis?"

Sojung mendecak dan ikut tertawa kecil. "Benar. Kekasihku memang yang terbaik! Wanjeon daebak!" Sojung menunjukkan dua ibu jarinya di depan Ahn Seokjin.

Seokjin kembali mengendalikan ekspresi wajahnya. Dia menatap mata Sojung dengan dalam dan hati-hati. "Geuraeseo, *ramyeon meokgo gallae?"

Sojung menajamkan matanya. Kedua ibu jarinya mendadak hilang lantaran tangan Sojung mengepal dengan spontan. "*Jugullae?"

Seokjin mendadak gugup dan merasa tidak baik-baik saja akan ancaman Yang Sojung. Dia meneguk salivanya dan mengalihkan tatapan mata ke arah lain, sebelum akhirnya mengatakan, "Ani. Joesonghamnida."

Him; SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang