Paginya saat Sojung tersadar, gadis itu langsung berusaha untuk bangun dan mencuci hidungnya yang berdarah. Dia juga membersihkan lantai yang mendapat bercak darahnya.
Sojung menatap kaca besar di hadapannya. Dia menatap dirinya dalam-dalam. Dia bertanya pada dirinya: apa dia siap untuk kejadian menyakitkan yang mungkin terjadi dalam waktu dekat? Pun, apa dia mampu melawan gadis dengan sweater toska yang super licik itu? Apa dia yakin, bahwa dia adalah yang kalah nantinya?
"Ah, sialan! Siapa perempuan itu? Kenapa aku tak mendapat kesempatan untuk menarik masker dan kaca matanya?" Sojung menggeram sendirian. Dia menggertakkan gigi dan memukul wastafel penuh keputus-asaan.
"Aku tidak akan mati sia-sia! Kalaupun salah satu dari kami harus mati, gadis itu 'lah yang justru akan mati di tanganku!" Sojung mengatur napasnya sejenak, lalu kembali berbicara. "Aku harus temukan bukti bahwa Sooyoung adalah gadis dibalik sweater toska itu!"
Sojung keluar dari kamar mandi dan segera menghubungi Seokjin. Dia bilang, dia mungkin tak akan masuk hari ini. Saat ditanya alasannya, Sojung bilang bahwa dia perlu mengantar Meonji ke dokter hewan karena anjing peliharaannya itu sepertinya memiliki beberapa masalah pada tubuhnya sendiri.
Sojung tak mau memberitahu alasan yang sebenarnya, karena takut Seokjin khawatir. Dia ingin menyelesaikan masalahnya sendiri saat ini. Jadi dia memutuskan untuk pergi ke alamat Sooyoung sendiri, tidak bersama dengan Seokjin.
Sampai di sana, Sojung langsung mengetuk pintu, juga menekan bel apartemen Sooyoung. Saat gadis itu keluar, saat itu juga Sojung berjalan mundur untuk membuat jarak dengan Sooyoung.
"Kau? Mau apa datang kemari?" Sooyoung bertanya dengan wajah angkuh. "Pagi-pagi begini datang ke tempat tinggalku, untuk apa?"
"Untuk bicara denganmu," jawab Sojung dengan cepat dan tegas. "Aku perlu berbicara empat mata denganmu. Ayo kita cari cafe sekitar sini untuk berbicara."
"Kalau hal yang ingin kau bicarakan adalah Lee Namjoon, maka aku menolaknya dengan tegas!" Sooyoung menajamkan matanya pada Sojung saat dia mengatakan bahwa dia menolak berbicara. "Aku dan Namjoon sudah selesai. Jadi tidak ada yang perlu dibicarakan antara kau dan aku. Aku sudah tidak mencintainya dan aku tidak peduli baik padanya, ataupun padamu!"
"Sooyoung-ssi!"
"Sojung, aku sibuk! Aku harus bekerja agar aku dapat bertahan hidup!" Sooyoung melangkah maju dan menutup pintu apartemennya. "Jangan pernah temui aku lagi karena aku sudah menghapus namamu dan Namjoon dari kehidupanku! Jangan berani datang lagi kemari!"
Sooyoung pergi begitu saja meninggalkan Sojung. Sementara Sojung sendiri sebenarnya ingin sekali menyelesaikan masalahnya dengan Sooyoung. Dia tetap ingin bicara setidaknya lima belas menit secara empat mata bersama Sooyoung.
Namun, akibat benturan keras tadi malam, Sojung mendadak merasa pusing lagi. Dia merasa tidak bisa memaksa berlari dan menahan Sooyoung. Dirinya harus istirahat, agar kesehatannya kembali pulih.
°・Him; Seokjin・°
Seokjin kembali ke rumahnya dengan rasa sedikit sedih. Hari ini Sojung tidak bisa masuk kerja, dia juga tidak bisa menemui Sojung hari ini karena Sojung bilang dia butuh waktu istirahat. Bukan hanya Meonji, tapi Sojung juga mendadak sakit dan butuh waktu istirahat yang cukup.
Seokjin bukan tipe kekasih yang menetapkan prinsip harus selalu bersama kekasihnya kapanpun waktunya. Seokjin adalah kekasih yang menghargai privasi. Sojung berhak dapat kebebasan menentukan pilihannya.
Jika Sojung ingin Seokjin datang, baru laki-laki itu akan datang menjenguknya. Namun, jika Sojung bilang dia tidak ingin dikunjungi dan hanya ingin mendapat waktu istirahat sendiri, maka Seokjin tidak akan datang dan membiarkan Sojung memanfaatkan waktu istirahatnya sebaik mungkin.
Usai makan malam sendiri di ruang makan, Seokjin hendak kembali ke kamarnya. Namun, dia menemukan ponsel Ibunya tergeletak di meja ruang keluarga. Di sekitarnya, Ibunya tak ada di sana.
Kondisi ponsel sedang menyala. Itu jelas saja menarik perhatian Seokjin. Laki-laki itu lantas berjalan mendekat. Dia duduk di sofa dan mengangkat ponsel Ibunya.
Satu alasan yang mampu menjelaskan alasan Seokjin membelalakkan matanya tiba-tiba adalah karena dia melihat Sojung di sana. Bukan Sojung yang sedang tersenyum, atau fotonya diambil tanpa izin. Tapi Sojung yang berdarah. Gadis itu tampak terluka.
Foto itu dikirim sore tadi, namun dilihat dari pesan si pengirim, sepertinya kejadiannya adalah tadi malam. Kesimpulannya, si pengirim adalah pelaku yang membuat Sojung menjadi celaka begitu.
Saat Ibunya kembali, Seokjin spontan mengepalkan tangan dan meremas ponsel Ibunya. "Apa yang sudah kau lakukan pada kekasihku?"
"Seokjin, tenanglah. Ada apa? Ceritakan baik-baik, mari kita bicara dengan kepala dingin," ujar Ibunya.
"Aku tak akan bicara baik-baik padamu!" tekan Seokjin. "APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADA SOJUNG? APA YANG KAU RENCANAKAN UNTUK MENGUSIK KEKASIHKU?"
Ibu Seokjin menampar putranya saat Seokjin berani berbicara nada tinggi padanya. "AKU INI IBUMU! TURUNKAN NADA BICARAMU SAAT KAU BERBICARA DENGANKU!"
Seokjin memegangi pipinya, namun segera ia balas menampar pipi Ibunya. "Kau bukan Ibuku! KAU ADALAH IBLIS! KAU IBLIS YANG JAHAT!"
Seokjin tak bisa menahan tangisannya. Dia membiarkan air matanya jatuh selagi dia masih berbicara. "Kau melukainya? Kau menyuruh seseorang untuk melukainya? KENAPA KAU LAKUKAN ITU PADANYA? KENAPA?"
"KARENA KAU TAK MAU MENDENGAR APA KATAKU!" Ibu Seokjin balas berteriak. Dengan rahangnya yang menegang, Ibu Seokjin menatap putranya dengan tegas. "DIA SUDAH MEMENGARUHI PIKIRANMU DAN KAU BERHENTI MENDENGAR SEMUA YANG KUKATAKAN. ITU ALASANNYA KENAPA AKU RELA MEMBAYAR ORANG UNTUK MENYAKITINYA!"
"EOMMA!" Seokjin mengatur napasnya yang membuat dadanya naik turun begitu cepat. "Katakan padaku, apa yang bisa kulakukan, agar kau berhenti mengusik kekasihku dan membiarkannya hidup tenang."
Ibu Seokjin lantas membalas, "Jawabanku masih sama. Kau harus bergabung dengan perusahaan keluarga atau pergi melanjutkan pendidikanmu di luar negeri, kemudian kau harus mengakhiri hubungan dengannya!"
"Mengakhiri hubungan?" Seokjin mendecih dan tertawa satu sudut. "Bagaimana kalau aku menolak? Bagaimana kalau aku tak mau mengakhiri hubungan dengan kekasihku? Pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan, kurasa itu sudah cukup untuk memenuhi keinginanmu."
"Jangan berani bermain-main denganku, Seokjin!" Ibu Seokjin menatap putranya sangat tajam. "Kalau aku mengetahui hubunganmu dengannya masih berlanjut, maka aku tak akan segan untuk menghabisi nyawanya! Aku akan membunuhnya! Aku tak peduli meski aku harus bertanggungjawab atas perbuatanku, yang penting kau tidak hidup berdua bersamanya!"
"Kau benar-benar sudah gila!" Seokjin berhenti berbicara dengan Ibunya. Dia membawa ponsel Ibunya untuk bukti, kemudian dia bergegas segera mungkin untuk tiba di apartemen Sojung. Karena dia yakin, malam ini si pelaku pasti akan datang dan menemui Sojung lagi.
°・Him; Seokjin・°
A/N:
😭😭😭😭 ya gimana ya, ternyata emaknya bapak seokjin yang nyelakain Sojung.
makin berat ya guis, tapi tenang, badai bentar lagi berlalu😉jangan lupa tekan bintang!🌟⭐ biar Him; Seokjin cepet sampe di part 65!🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Him; Seokjin
FanfictionYang Sojung adalah pegawai di salah satu perusahaan penerbit yang ada di Kota Seoul, Korea Selatan. Luka patah hati mengantar atensinya pada pegawai baru―yang beberapa waktu lalu, sebenarnya telah mengatakan perasaannya. Setelah sekian waktu berlalu...