17: Pergilah Kau

136 33 29
                                    

Sooyoung berjalan ke arah ruang kerja Namjoon dengan cepat. Ekspresi wajahnya yang tak berbohong, jelas sekali menunjukkan bahwa ia sedang marah.

Pintu ruangan Namjoon juga ia buka dengan kasar. Matanya dengan tajam, menatap sosok Namjoon yang berdiri memunggunginya. Laki-laki itu baru berbalik, saat tahu bahwa ada orang yang masuk ruangannya tanpa mengetuk.

"Sooyoung-ah, kupikir kau orang lain," kata Namjoon. Laki-laki itu berjalan maju, ke arah sofa yang terletak di tepi ruangan. "Ada apa? Kemari ... duduk dulu, lalu ceritakan semuanya."

Selaku Chief Executive Officer, perusahaan IT yang namanya tinggi baru-baru ini, Namjoon punya fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan staff-nya yang lain. Pemandangan yang terlihat di jendela kacanya yang super besar pun ... terlihat amat menakjubkan. Namjoon sempurna, dengan posisinya sekarang ini.

"Oppa, aku benci perempuan rendahan itu!" ujar Sooyoung terus terang. Dia melempar tasnya di atas kursi, lalu membanting tubuhnya kemudian.

Alis Namjoon menyatu, dahinya mengernyit lantaran kebingungan. "Perempuan mana?"

Sooyoung menatap Namjoon dengan tatapan super malasnya. "Yang Sojung!" jawab Sooyoung terus terang.

Matanya Namjoon membelalak kemudian. Dia sama sekali tidak tahu, kalau hari ini Sooyoung pergi menemui Sojung. "Sooyoung, bukankah aku sudah bilang, bahwa kami sudah tidak ada hubungan apapun? Aku sudah mengaku dan sudah memperbaiki kesalahanku. Kenapa kau masih menemui dia?"

"Karena aku menaruh dendam padanya!" tukas Sooyoung tegas, dengan rahang yang menegang. "Aku mau beri dia pelajaran, tapi dia malah mempermalukanku! Dia menyebutku bodoh ... padahal kenyataannya tak begitu!"

"Harusnya kau tak memperpanjang masalah, Sooyoung," lirih Namjoon.

Sooyoung melipat tangannya di depan dada, membuang wajah dan mencebikkan bibir tak suka. "Kau pilih aku atau dia?" tanya Sooyoung tegas. "Kalau kau pilih aku ... temui dia dan buat dia minta maaf padaku!"

Sooyoung kembali menatap Namjoon, kali ini dengan tatapan menusuk. "Kalau kau tidak mau, akan kulaporkan semua tindakanmu yang menduakanku pada ayahmu! Kau akan kehilangan semuanya, Lee Namjoon-ssi."

Namjoon menghela napas, dia menatap Sooyoung dengan tatapan berserahnya. Dalam hatinya, dia mengetuk Sooyoung ... yang selama ini terus menekannya, juga menggunakan Ayahnya sebagai ancaman untuk dirinya.

"Akan kulakukan, secepat yang kubisa," kata Namjoon.

Satu sudut bibir Sooyoung terangkat dengan licik. "Aku tak mau menunggu lama!" tekannya.

Sekali lagi, Namjoon menghela napas dengan berat. "Akan kuusahakan."

°・Him; Seokjin・°

Seokjin yang hari ini sengaja tak membawa mobilnya, memilih untuk naik kereta bawah tanah bersama Sojung. Laki-laki itu juga malah memutuskan untuk mengantar Sojung ke apartemennya. Tentu saja Sojung menolak, tapi Seokjin berusaha supaya Sojung mau diantar. Setidaknya, hari ini Sojung harus cepat sampai di apartemen dan beristirahat.

"Ahn Seokjin-ssi, kalau boleh tahu, kenapa tak bawa mobil hari ini?" tanya Sojung, di sela sunyinya perjalanan mereka.

Sebenarnya tak ada alasan lain, selain sengaja meninggalkannya di rumah. Tapi Seokjin tak mungkin memberikan jawaban seperti itu pada Sojung. Jadi dia memilih opsi lain, berbohong. "Ada di bengkel. Mobilku perlu beberapa perbaikan."

Sojung mengangguk-anggukan kepalanya. Dia juga mendapat pertanyaan serupa dari Seokjin kemudian. "Kau juga punya mobil 'kan? Kenapa jarang sekali membawa mobil ke kantor?"

Him; SeokjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang