🐥 Thirty Four 🐥

370 23 7
                                    

Tubuh Keiza menegang beberapa saat ketika Alston yang memeluknya secara tiba-tiba, dirinya tidak membalas pelukan tersebut, namun sesaat kemudian, tangannya segera mendorong dada bidang Alston hingga menimbulkan jarak di antara tubuh mereka berdua.

Keiza menatap tajam mata berpigmen hitam kecokelatan itu, berani-beraninya Alston memeluknya di depan mamanya sendiri?

"Beib, apakah kita bisa mempercepat pernikahan ini?". Mata Keiza membola lebar. Yang benar saja? Bahkan Keiza sangat berharap jika pernikahan yang akan dilaksanakan minggu depan itu bisa diundur, namun dengan dirinya? Dengan seenaknya mengusulkan untuk mempercepat pernikahan itu.

"Bersabarlah Alston, semua keputusan tergantung dengan hari yang baik". Sahut Darla dari arah belakang mereka berdua, yang seketika membuat pandangan mata Alston teralihkan dari mata Keiza, dan beralih untuk menatap Mommynya.

"Alston hanya tidak ingin Kei direbut oleh pria lain Mom". Ucapnya lalu duduk kembali di sofa yang ada di sana.

Darla tersenyum. "Tidak akan ada yang bisa merebut tunanganmu, Alston". Entah mengapa ketika mendengar perkataan dari calon mertuanya itu membuat Keiza menunduk sedih, pasalnya dia tidak mencintai Alston, dan apakah dirinya sudah tidak lagi mempunyai kesempatan untuk mengejar cintanya?

Bloody Hell!

Mengapa dia harus kembali memikirkan itu semua? Jelas-jelas ini adalah takdir yang diberikan oleh Tuhan untuknya, yang artinya dia harus bisa menerima ini semua, menerima kenyataan jika Alston memanglah jodohnya yang akan menemaninya di sepanjang hidupnya nanti. Dia sendiri juga harus sadar, jika orang yang dia cintai juga sama-sama telah mempersiapkan hidupnya bersama dengan orang lain. Dia tidak boleh menjadi benalu. Mungkin dia perlu menanamkan rasa syukur yang lebih tulus di dalam hatinya tentang kehadiran Alston, sehingga kebahagiaan pun juga akan lebih mudah untuk menghampirinya.

"Kei, mari sini". Panggilan itu mampu memudarkan lamunan Keiza, spontan dirinya segera tersenyum dan mengangguk, lalu mulai melangkahkan kakinya untuk menuju ke sofa, dan berkumpul dengan mereka berdua.

○○○

Waktu telah menunjukkan pukul 1.00 PM. Sudah tiga puluh menit yang lalu Keiza keluar dari butik milik Darla, dan saat ini dirinya tengah melangkahkan kakinya menyusuri Jl. Gardenia untuk menuju ke toko buku yang ada di jalan ini.

Sesampainya di sana Keiza segera mengarahkan pandangannya melihat ke seluruh tempat yang ada di sekitar toko buku ini untuk mencari keberadaan Deandra, namun tak kunjung dia temukan.

Hingga akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke dalam toko, karena barang kali Deandra berada di dalam sana. Namun, ketika dirinya baru saja melangkahkan kakinya satu langkah ke depan, tiba-tiba ada tangan seseorang yang mencekal lengan tangannya, membuat pergerakannya terhenti, dan segera berbalik untuk melihat siapa orang yang mencekal lengannya.

"Deandra?". Ucap Keiza dengan binar bahagia.

"Maaf, tadi gue harus mengerjakan tugas dari Mrs. Edyta dulu, maka dari itu gue telat datang ke sini". Terang Deandra menyesal, Keiza tampak tersenyum maklum, perlahan dirinya pun menepuk pelan pundak Deandra.

"Astaga Deandra, gue aja juga baru datang".

"Syukurlah kalau begitu".

"Lalu gimana? Apakah kita harus mulai menyelidiki gedung tua itu sekarang?". Tanya Keiza sembari melirik ke arah bangunan gedung tua yang terlihat seram yang berada tak jauh dari bangunan toko buku ini berdiri.

KEIZA✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang