🐥 Thirty Seven 🐥

413 24 3
                                    

Suara derap langkah kaki terdengar melalui indera pendengaran Keiza, membuat segala lamunannya buyar, serta menoleh ke arah sumber suara untuk melihat siapa yang datang menghampirinya, tidak mungkin jika itu kakak kembarnya, karena sore ini Gavin sempat memberitahu Keiza jika dia tidak pulang ke rumah akibat urusan kantor yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

Seulas senyum tampak terbit di bibir pink milik Keiza tatkala matanya menangkap siapa orang yang datang menghampirinya. Sungguh, sudah terbilang cukup lama sekali dirinya tidak duduk berdua dengan sosok itu untuk mengobrol barang sejenak akibat pekerjaannya yang menumpuk, mungkin hanya saat berkumpul dengan keluarga saja Keiza bisa berbicara dengannya. Ini merupakan momen yang sangat Keiza rindukan.

Sosok itu segera duduk di samping Keiza, membuat Keiza yang semula merebahkan tubuhnya segera bangkit. "Kenapa Papa tiba-tiba menghampiri Kei?" Tanya Keiza.

"Apakah salah jika Papa menghampiri putri Papa sendiri?" Keiza menggeleng dengan cepat. "Jelas tidak salah. Kei senang Papa bisa duduk berdua sama Keiza seperti ini."

Arjuna tampak tersenyum manis sembari mengusap rambut Keiza dengan lembut. Dirinya memang cukup lebih dekat dengan putrinya dibandingkan dengan Gavin, karena Gavin sendiri pun juga lebih dekat dengan bundanya dari pada dengan dirinya.

Namun, walaupun seperti itu, kasih sayangnya untuk kedua buah hati akan tetap sama, mengalir sama besar di hati masing-masing anaknya. "Kei," panggil Arjuna pelan yang membuat Keiza mendongak sembari memberikan tatapan penuh tanya pada Arjuna.

"Papa sudah mendengar semua masalah kamu dengan David dari Gavin." Spontan Keiza segera mengalihkan pandangannya dari tatapan sang papa, dirinya tidak ingin jika sampai pendar sedih yang memancar melalui matanya ini dapat dilihat oleh Arjuna.

Arjuna menghela napas panjang, dia jelas tahu apa yang sedang dirasakan oleh putrinya. Namun dia juga tidak bisa bertindak apapun untuk masalah ini, karena setiap insan berhak untuk memutuskan sesuatu, apalagi dia dengar tunangan David ini adalah sahabat putrinya sendiri, itu akan semakin membuat putrinya berada dalam posisi yang sulit.

"Kei," panggil Arjuna sekali lagi membuat Keiza segera menatap papanya itu sembari tersenyum penuh, seolah tidak terjadi masalah apapun yang melingkupi hidupnya. "Iya Pa? Masalah soal Mr. David ya? Kei hanya kagum sama dia Pa soalnya orangnya jenius banget, sebelas-dua belas seperti Kak Gavin, beberapa kali Kei sama Mr. David memang melakukan riset bersama, senang juga sih banyak pengalaman, tetapi rasa kagum Kei untuk dia sudah hilang karena ada Alston yang menurut Kei lebih mengagumkan." Bohong! Keiza bohong! Semua yang diucapkannya itu tidak sesuai dengan kenyataannya, apalagi pasal Alston yang mengagumkan, itu tidak benar.

"Kamu tidak perlu menyembunyikan rasa sedihmu Kei, Papa tahu kamu cinta sama dosen kamu itu, tetapi dia sudah memiliki tunangan, yaitu sahabat kamu sendiri." Keiza menunduk seketika, matanya berkaca-kaca, namun dirinya tidak boleh menangis dihadapan papanya, dia masih bisa menahan ini.

Keiza tertawa garing. "Papa sok tahu deh, Kei cintanya cuma sama Alston kok sekarang." Arjuna menggeleng pelan, kemudian dirinya segera membawa putrinya itu ke dalam dekapannya, tidak tega melihat Keiza yang terus-menerus menutupi lukanya dengan pura-pura bahagia.

Keiza suka dekapan itu, dekapan yang sama seperti dekapan milik kakaknya, selalu menghangatkan, dan selalu membuatnya merasa tenang. "Pa, Kei nggak papa." Ucap Keiza lalu melepas dekapan itu.

"Kei, kalau kamu memang tidak bahagia, sebaiknya kamu batalkan saja pernikahan kamu dengan Alston." Secepatnya Keiza segera menggeleng kuat. "Tidak Pa! Kei akan tetap berusaha untuk membuat hati Kei nyaman, mungkin memang Alston yang ditakdirkan untuk Kei, awalnya memang akan terasa berat, namun lambat laun semuanya pasti akan sempurna, seperti pernikahan Papa dengan Bunda."

KEIZA✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang