🐥 Twenty Five 🐥

444 29 0
                                    

AUTHOR POV

Jangan tanyakan lagi seberapa buruknya keadaan Deandra saat ini. Dia menjadi serba salah, dan bingung ingin melakukan apa untuk mengembalikan ke-tentraman persahabatannya dengan Keiza. Perkataan dan perbuatan gadis itu kemarin dapat menggores hatinya begitu dalam.

Keiza benar-benar marah kepadanya.

Bahkan kemarin saat dirinya dengan David tengah merundingkan sesuatu di depan kelas, dia sempat melihat Keiza di ujung koridor dengan sorot mata yang tajam menusuk ke matanya.

Keiza tidak memberikan kesempatan untuk dirinya menjalaskan tentang kejadian yang sebenarnya. Dia terus saja mengecap jika Deandra telah merebut David dari genggamannya.

"Sudahlah Deandra. Mungkin Keiza butuh waktu untuk mendengarkan penjelasanmu". Perkataan itu terucap seiring dengan tangan kekarnya yang membelai lembut rambut Deandra. Berusaha untuk menyalurkan ketenangan di sana.

Sedangkan Deandra yang masih berada di dalam dekapan laki-laki itu, tampak menyembunyikan wajahnya semakin dalam di dada bidang laki-laki itu.

Dia menangis di sana.

Dan dengan pekanya Laki-laki itu langsung mengusap punggung Deandra yang bergetar.

Perlahan Deandra mengangkat wajahnya. Menatap tepat di manik mata milik David.

Tidak bisa dia pungkiri, dia sangat menyukai kelopak mata itu. Dia sangat mencintai laki-laki yang mendekapnya ini.

Namun sepertinya, semesta berkata lain.

"Sir, aku tidak bisa seperti ini terus. Aku dan Kei sudah seperti saudara, aku tidak ingin kita terpecah belah".

David tampak tidak merespon ucapan Deandra. Dia lebih memilih untuk menyelipkan anak rambut Deandra yang nakal ke belakang telinganya.

"Sir, setelah semalaman aku berpikir, sepertinya aku sudah menemukan keputusan". David menghentikan kegiatannya seketika. Matanya beralih menatap Deandra yang sudah melepaskan dekapannya.

Deandra menghapus sisa air matanya yang masih di pipi. Lalu memberanikan diri untuk menatap David meskipun jantungnya sudah tidak normal kala itu.

Tangan kirinya menggenggam erat tangan David. Sedangkan tangan kanannya mengusap lembut pipi David.

"Sebaiknya kita batalkan pertunangan ini".

Damn it!

Perkataan itu seolah seperti bom yang meledak di hati kecil David.

Mengapa dengan mudahnya Deandra mengambil keputusan seperti itu?

Bahkan sebenarnya jika kita menjelaskan semuanya dengan baik-baik kepada Keiza, mungkin gadis itu akan mengerti.

Deandra tidak perlu mengambil keputusan seperti itu.

"Tidak. Aku tidak akan membatalkan pertunangan ini!".

"Come on sir. Aku tidak ingin mengorbankan persahabatanku! Aku sudah mengatakan jika aku sekeluarga sudah memaafkanmu. Sir tidak perlu melakukan hal yang sangat memaksa ini". David segera menggenggam erat tangan Deandra. Sangat erat, sehingga membuat Deandra mengeluh kesakitan. Matanya menyorot tajam di manik mata Deandra. Sekejap membuat tubuh Deandra bergetar ketakutan menerima tatapan tajam itu.

"Aku tetap ingin bertanggung jawab!". Deandra mulai mendengus kesal, kenapa sulit sekali untuk merubah keputusan David?

"Tapi sir-----".

Cup!

Perkataan Deandra terpotong saat dia merasakan sesuatu yang lembut dan kenyal menempel di bibirnya.

KEIZA✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang