🐥 Thirty Eight 🐥

444 26 11
                                    

"Kalian bertiga! Angkat tangan kalian!" Spontan kepala Camelia beserta kedua bodyguardnya segera menoleh ke belakang tatkala mendengar suara teriakan tersebut.

Mata mereka bertiga kembali membola terkejut tatkala melihat empat orang polisi yang berdiri di belakang mereka sembari mengarahkan senjata mereka masing-masing ke arah mereka bertiga, membuat Camelia beserta kedua bodyguardnya segera mengangkat kedua tangan mereka sembari menunduk, Camelia pun juga telah menjatuhkan senjata apinya ke lantai karena terkejut.

'Sial! Ini pasti ulah Deandra!' Batinnya geram.

Kedatangan ke-empat polisi itu mampu membuat Raya beserta David bernapas lega, polisi itu datang tepat waktu, coba saja para polisi itu datang terlambat satu menit saja, maka mungkin senjata api milik Camelia akan mengenai David beserta Raya sekaligus.

"Kalian, bawa mereka bertiga keluar!" Titah salah satu dari polisi tersebut, ketiga polisi lainnya langsung mengangguk dan segera menarik Camelia beserta kedua bodyguardnya untuk keluar dari ruangan ini menuju ke mobil polisi untuk membawa mereka bertiga ke kantor polisi.

"Bagaimana dengan keadaan teman anda?" Tanya polisi itu ke Raya, membuat Raya menatap ke arah Deandra sejenak lalu menghela napas panjang.

"Biarkan saya dan David yang membawa teman kami ke rumah sakit, Bapak lanjutkan saja penyelidikan Bapak untuk mencari  barang bukti di tempat ini," polisi itu terlihat mengangguk menyetujui. "Baiklah, saya akan membantu kalian untuk membawa teman kalian ke depan," ucap pak polisi lalu beralih membantu David untuk membopong Deandra menuju keluar dari gedung tua ini, karena mengingat kondisi David yang cukup lemah sehabis disekap beberapa hari di ruangan tertutup yang pengap dan minim udara bersih.

"Makasih banyak Pak bantuannya, saya mohon tolong urus kasus penyekapan ini dengan se adil-adilnya, saya sebagai saksi dan David sebagai korban akan ke kantor polisi besok untuk memberikan keterangan yang jelas." Ucap Raya setelah berhasil memasukkan tubuh Deandra ke dalam taxi, polisi itu hanya mengangguk patuh, hingga akhirnya Raya pun ikut menaiki taxi tersebut untuk membawa Deandra ke rumah sakit.

○○○

Wajah Deandra terlihat begitu pucat, terbaring lemah di brankar yang didorong oleh para perawat menuju ke ruang operasi. Ya, Deandra harus dioperasi secepatnya demi mengeluarkan peluru yang masih bersarang di bahu kanan Deandra.

"Deandra, kamu harus kuat, kamu harus berjuang untuk aku." Lirih David sembari mengusap puncak kepala Deandra dengan lembut, lalu mengecup dahinya singkat sebelum Deandra benar-benar dibawa masuk ke dalam ruang operasi, hal itu sempat membuat Raya merasa kebingungan. Bukankah kata Deandra David ini adalah dosennya? Namun mengapa tingkah David saat ini layaknya seperti seorang kekasih?

"Kamu sabar ya Vid, Deandra pasti akan selamat." David mengangguk yakin, lalu dirinya duduk di kursi tunggu, sementara Raya, dia tampak beranjak dari sana untuk pergi ke kantin, berniat membelikan David makanan, karena dia tahu jika David belum sarapan pagi ini.

Hingga sepuluh menit berlalu, akhirnya Raya kembali lagi ke tempat David duduk, membawakan sekotak nasi lengkap dengan lauk pauknya beserta dengan sebotol air mineral. "David, aku tahu kamu belum sarapan, ini aku belikan kamu makanan, kamu harus tetap makan ya," David tersenyum tipis lalu menerima kantong plastik dari Raya yang berisi sekotak makanan dan sebotol air mineral itu. "Makasih," Raya mengangguk, kemudian mengambil tempat duduk di samping David.

KEIZA✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang