🐥 Eleven 🐥

706 43 1
                                    

Setelah kurang lebih 25 menit aku berada dalam lingkungan kebekuan David, akhirnya sekarang kita telah sampai di sebuah laboratorium milik Prof. Wijaya. “Sir, kamu juga ikut bergabung di sini?” tanyaku setelah turun dari dalam mobil.

“Saya sudah bergabung dengannya sejak tiga tahun yang lalu,” balasnya dingin lalu berjalan meninggalkanku, dasar songong! Dosen sih dosen, namun tidak usah seperti itu juga.
Dengan perasaan yang masih kesal aku pun melangkahkan kakiku menuju ke dalam laboratorium tersebut.

“Prof. Wijaya,” panggilku ketika masuk ke dalam lab ini, aku melihat Prof. Wijaya yang tengah mengamati sebuah senyawa kecil di dalam wadah menggunakan mikroskop.

Dan akibat mendengar suara panggilanku yang cukup cempreng ini membuat Prof. Wijaya menghentikan pengamatannya dan menoleh ke arahku. “Wah, selamat datang Keiza, mahasiswi terhebat di Universitas Batharayudha,” sambut Prof. Wijaya sembari berjalan ke arahku.

“Prof mah bisa aja.”

“Selamat datang Kei,” sambut Prof.  Wijaya sekali lagi.

“Kei senang sekali bisa ikut bergabung di sini dengan Prof,” ucapku yang membuat Prof. Wijaya ikut tersenyum.

“Kata Mr. David Prof sedang meneliti sebuah virus baru, memangnya virus apa Prof?” tanyaku dengan mata yang mulai menyapu pemandangan laboratorium ini, terdapat ada beberapa orang yang kelihatannya lebih tua dariku tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing, mataku juga sempat mengangkap sosok David yang kini telah melapisi kemeja miliknya dengan jubah putih, dia seperti sedang mengetes suatu senyawa yang ada di dalam tabung reaksi di depannya.

“Virus ini saya dapatkan di sebuah tulang belulang manusia yang mungkin sudah berumur ratusan tahun Kei, waktu itu saya sedang menelusuri hutan bersama dengan mereka dan menemukan tulang ini, awalnya saya hanya ingin mengetes berapa tahun umur dari tulang ini, tapi ketika saya menemukan sebuah senyawa langka di sini mampu membuat saya semakin tertarik untuk meneliti virus yang terdapat dalam tulang ini,” terang Prof. Wijaya.

“Terus apa lagi yang Prof dapatkan dari tulang itu?” tanyaku kembali.

“Masih sulit sih Kei karena ini senyawanya langka, tetapi kalau menurut saya sih ini merupakan virus langka yang dapat membuat kekebalan tubuh bertambah dan bisa merubah manusia menjadi monster.”

“Monster? Maksudnya Prof?” tanyaku tidak mengerti.

“Saya juga belum mengerti Kei, sekarang kamu pakai jas ini dan tugas kamu adalah mencatat dan memahami senyawa yang diteliti oleh David di sana,” ucap Prof. Wijaya seraya menyodorkan sebuah jas lab berwarna putih kepadaku.

Aku mengerut tidak setuju. “Ha? Kenapa harus sama Mr. David? Kei juga bisa sama Prof kok,” protesku karena lagi-lagi aku harus bersama Mr. David. Menjengkelkan.

“Tugas David terlalu berat untuk dilakukan sendiri Kei.”

Aku mendesah lelah, “Hmm, yaudah deh Kei ke sana dulu,” akhirnya aku menyerah dan mulai melangkahkan kakiku ke arah David yang bahkan tidak menoleh ke arahku sama sekali, Ya Tuhan! Mengapa engkau harus menciptakan mahkluk seperti dia?

“Sir, ada yang bisa Kei bantu?” tanyaku setelah sampai dihadapan David.

“Pecahkan rumusan masalah yang tadi saya catat,” balasnya tanpa menolehku, memang harus ekstra sabar menghadapinya.

“Ya Allah tolong selamatkan hambamu ini dari kebekuan ya Allah,” sindirku yang membuatnya menoleh menatapku datar, mulutnya tidak berniat membuka suara sedikitpun, melihat tatapan wajahnya saja sudah mampu memberikan jawaban kalau aku tidak boleh banyak bicara dan harus segera menurutinya, huh! Dasar dosen kutub!

KEIZA✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang