🐥 Twenty Eight 🐥

413 26 2
                                    

DAVID POV

Kepalaku terasa begitu berat, seluruh tubuhku nyeri, bahkan kelopak mata ini sulit sekali untuk terbuka. Pukulan-pukulan yang diberikan bodyguard Alston kemarin memang sangat kuat, sehingga membuat tubuhku remuk seperti ini, penuh dengan lebam.

Saat aku berhasil membuka mataku meskipun terasa nyeri, aku mengamati pemandangan sekitar, ruangan yang kosong, hanya ada aku di sini, sepertinya hari juga telah pagi, karena aku dapat melihat cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah ruangan ini.

Lalu kemanakah perginya mereka? Mengapa tidak ada siapapun di sini? Baguslah jika mereka tidak ada di sini, ini adalah kesempatanku untuk kabur dari sini, tangan serta kakiku masih terikat dengan kursi yang aku duduki, walaupun seluruh tubuhku terasa nyeri, aku tetap berusaha menggunakan sisa-sisa tenagaku agar aku bisa lepas dari tempat sialan ini. Tanganku terus aku goyang-goyangkan agar tali ini bisa mengendor dan tanganku bisa terlepas. Namun setelah sekian kali aku mencoba, tetap saja tali itu tidak bisa terlepas dari tanganku, yang ada malah tenagaku yang terkuras habis.

Aku menghela napas dengan pasrah.

Ya Tuhan! Bantulah hambamu ini.

Tiba-tiba saja telingaku menangkap sebuah suara langkah kaki yang sepertinya akan menuju kemari. Aku sudah menebaknya, itu pasti mereka. Mereka telah kembali dan aku belum berhasil lolos dari sini. Sialan.

Dan benar saja, pintu perlahan terbuka, menampakkan sosok Alston beserta ke empat bodyguardnya yang perlahan masuk ke dalam ruangan ini. Tapi tunggu, mereka seperti ketambahan anggota, ada satu orang gadis yang berjalan di belakang Alston sembari membawa nampan berisi makanan serta minuman? Siapakah gadis itu? Apakah dia yang kemarin menelponku dan memberi kabar palsu tentang Keiza?

"Kau sudah bangun rupanya". Kaki Alston perlahan mendekat. "Aku ke sini cuma mau mengecek apakah kau berhasil kabur atau tidak, ternyata kau masih ada di sini, dasar lemah".

For God's sake!

Aku ingin sekali untuk menjahit mulutnya itu.

"Kau pasti lapar kan? Tenang saja aku tidak akan membiarkanmu mati kelaparan di sini, meskipun aku ingin hal itu terjadi".

"Sebenarnya apa yang anda mau? Anda ingin membunuh saya? Silahkan! Tidak perlu berlama-lama lagi!".

"Waww! Kau sudah siap mati ternyata, namun sayang, aku masih ingin menyiksamu terlebih dahulu, hahaha!". Tawanya menggelegar, membuatku semakin merasa kesal kepadanya.

"Baiklah selamat makan, kau akan ditemani Camelia sepupuku di sini, aku mau pergi dulu, mencari cincin untuk pertunanganku dengan Keiza". What? Dia serius ingin melamar Keiza? Tidak akan semudah itu tuan Alston. Keiza tidak akan semudah itu beralih mencintaimu.

Namun, mengapa aku merasa aneh saat Alston mengatakan hal itu, seolah hatiku seperti tercubit, dan aku tidak mengerti apa artinya itu.

My Godness!

Aku melupakan Deandra. Bagaimanakah kabarnya hari ini? Aku belum meminta maaf dan menjelaskan pada keluarganya tentang pembatalan pertunangan ini. Betapa bodohnya diriku! Bukannya membuat Deandra merasa bahagia, namun aku malah membuatnya merasa kecewa.

"Hai Mr. David!". Sapaan itu mampu membuyarkan lamunanku. Aku hanya menatap gadis itu dengan datar. Aku mengingat wajahnya, dia merupakan salah satu mahasiswi yang hobinya hanya bermalas-malasan.

"Anda pasti yang telah menipu saya kemarin! Anda kan yang memberi kabar palsu tentang Keiza?". Gadis itu tampak tersenyum miring.

"Sir pandai sekali, itu memang aku, hahaha!". Mahasiswi macam apa itu? Tidak memiliki etika sama sekali terhadap dosennya.

KEIZA✔ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang